Tikam Samurai - 241

Apakah racun yang mereka taruh dalam obatnya tadi kurang keras? Padahal seingatnya, jumlah racun yang dimasukkan ke obat anak muda itu sanggup untuk membunuh sepuluh ekor anjing sekaligus?
Kini akan dia serangkah kedua orang yang tak berdaya ini? Atau lebih baik kabur? Kedua pilihan ini dipertimbangkannnya. Dia memang mencintai organisasinya. Tapi sudah tentu dia lebih mencintai nyawanya.
Kalau dia mati, bagaimana dengan dua orang isterinya yang muda-muda dan cantik itu? Tentu akan diambil alih oleh teman-temannya yang lain. Ih, mengingat ini, dia benar-benar tak mau mati.
Dan satu-satunya jalan untuk menghindar dari kematian adalah minggat dari tempat ini! Kedua lawannya ini takkan tertandingi olehnya dalam berkelahi. Meskipun mereka dalam keadaan sekarat. Hal itu sudah dia buktikan dengan anak muda asing ini.
Makanya, setelah ucapan si Bungsu tadi dia nyengir. Kemudian berkata:
“Bikin apa aku susah-susah melawan kalian. Cepat atau lambat, kalian akan mati disini. He….he…tinggallah…he..he..”
Dan dia berbalik.
Namun si Bungsu sudah berkata, bahwa dia akan membunuh lelaki itu. Dan itu dia buktikan.
Dengan mengerahkan sisa tenaganya, anak muda ini bergulingan dua kali. Pimpinan Kumagaigumi wilayah Kyoto itu terkejut dan berpaling ke belakang. Saat itulah sambil bangkit dari duduk, si Bungsu melemparkan samurainya.
Dan dalam saat yang bersamaan, tangan Zato Ichi bergerak pula. Semula pimpinanKumagaigumi ini hanya merasa heran melihat anak muda itu bergulingan.
Tapi melihat dia menghayunkan tangan, dia segera menyadari bahaya. Sebagai salah seorang pimpinan Kumagaigumi, komplotan bandit yang ditakuti, dia tentu punya kepandaian yang tak dapat dianggap enteng.
Dia segera mencabut samurai untuk memukul jatuh lemparan si Bungsu. Namun saat itu pula dia melihat tangan Zato Ichi yang terduduk tiga depa disampingnya bergerak.
Untuk sesaat, dia menoleh. Tapi waktu yang hanya sesaat itu adalah kesalahannya yang paling fatal. Paling fatal dan paling akhir. Sebab setelah itu, tak ada lagi kesalahan-kesalahan yang bisa dia perbuat.
Samurai kecil yang dilemparkan Zato Ichi meleset karena dia berputar. Meleset dari sasaran yang mematikan. Zato Ichi membidik dadanya, tapi yang kena hanyalah bahunya.
Namun lemparan samurai si Bungsu justru menancap di lehernya yang berpaling ke arah Zato Ichi itu!
Demikian kuatnya lemparan dalam jarak dua depa itu. Samurai tersebut menancap hampir separoh. Tembus ke samping lehernya yang kiri.
Urat nadi besar di lehernya putus keduanya. Dan lelaki ini mati sebelum tubuhnya jatuh ke lantai batu!
Si Bungsu menoleh pada Zato Ichi. Zato Ichi menunduk.
“Lemparanmu sangat cepat dan mahir sekali Bungsu-san…” katanya pelan.
“Engkau tak apa-apa Ichi-san?”
Zato Ichi menggeleng lemah.
Namun begitu geleng kepalanya selesai, tubuhnya rubuh. Perutnya yang luka terlalu banyak mengeluarkan darah.
Si Bungsu tak segera dapat membantu. Buat sesaat dia masih bertelekan ke sarung samurainya. Dia masih jongkok di atas kedua lututnya. Memejamkan mata. Mengatur konsentrasi. Kemudian mengatur pernafasan menurut methode Silek Tuo Praiangan!
Dan sebenarnya, sistim pernafasan inilah kembali yang menyelamatkan nyawanya. Begitu tadi dia terminum racun, dia memang segera menyangka bahwa Zato Ichilah yang berbuat laknat itu.
Dia benar-benar tak menyangka bahwa pahlawan rakyat Jepang itu mau berbuat serendah itu. Meracuni orang yang sedang sakit.
Karena itu, dia segera mengatur pernafasan. Pernafasan secara silat Tuo Pagaruyung itu menghentikan denyut darah merah ke arah jantungnya.
Dia tak menghirup nafas dengan hidung, melainkan dengan mulut. Demikian juga ketika menghembuskannya keluar. Dengan menahan nafas sebisanya, dia berhasil mencegah masuknya racun itu ke jantung.
Dengan tetap mempertahankan sistim pernafasan begitu, dia berjalan keluar. Dan menantang Zato Ichi. Ketika dia bicara, sistim pernafasan itu sudah tentu tak bisa dia pertahankan, dan saat itulah dia muntah darah.
Namun segera setelah muntah darah hitam itu, dia mendapatkan dirinya agak lebih segar sedikit. Ketika Zato Ichi mendekatinya tadi, dan di saat dia bersiap untuk mencabut samurai melawannya, saat itu pulalah telinganya yang tajam itu mendengar nafas beberapa orang di belakangnya.
Firasatnya bekerja cepat sekali. Suara nafas itu pastilah berasal dari beberapa orang yang sedang bersembunyi. Kalau ada orang yang bersembunyi, tentulah ada hal yang tak beres.
Dia mencabut samurainya, dan berpura-pura rubuh!



@



Tikam Samurai - 241