Tikam Samurai - 165

Tokyo, Kyoto dan Nagasaki atau kota manapun di Jepang saat ini, keadaannya sama saja. Dimana-mana tentara Amerika kelihatan mondar-mandir. Dimana-mana orang kelihatan dicekam rasa takut dan penuh ketergesaan.
Dan dimana-mana kelaparan dan kekacauan ekonomi merajalela. Itulah Jepang ditahun 50-an. Jepang yang ditaklukan sekutu dengan 2 bom atom di Nagasaki dan Hirosima.
Dan kini bulan November. Musim gugur sudah mendekati masa akhirnya. Desember salju akan turun. Dalam musim gugur begini, semua orang kelihatan bergegas kemana-mana.
Daun-daun pada berguguran meski angin tak bertiup. Pohon-pohon kini pada gundul. Dahan dan ranting kelihatan seperti akar tercabut yang diletakkan terbalik menggapai langit.
Angin kencang yang bertiup seperti mengiris daging terasa dalam cuaca begini. Orang lebih baik tetap tinggal di rumah. Berlindung di bawah selimut. Jalan-jalan kelihatan sepi. Tokyo yang besar dan berpenduduk ramai itu juga sepi dalam cuaca musim gugur begini.
Di bahagian utara, masih dalam lingkungan kota Tokyo, ada sebuah taman yang terbengkalai. Namanya Asakusa. Rencananya taman itu akan dibuat besar dan indah. Tapi kekalahan dalam perang membuat rencana taman itu tak jadi dikerjakan.
Di sudut taman yang belum rampung itu berdiri sebuah bangunan tua tapi bersih. Bangunan itu semula adalah rumah penginapan bagi pekerja-pekerja yang akan membangun taman tersebut.
Karena tamannya tak jadi, maka rumah itu kini dijadikan penginapan. Namanya diambil dari nama daerah dan taman dimana dia berada. Yaitu penginapan Asakusa.
Diluar, penginapan itu kelihatan sepi.
Tamu-tamu tak seorangpun yang kelihatan di ruang depan. Pemilik penginapan sudah mulai bersiap-siap untuk mematikan lampu dan siap untuk tidur, ketika didepan penginapan itu terdengar suara mobil berhenti.
Kemudian disusul suara tawa dan pekik menghimbau. Setelah itu suara derap sepatu dan suara cekikikan perempuan. Pemilik penginapan itu segera bersinar wajahnya. Suara seperti itu pastilah pertanda uang masuk. Dia segera mendorong TO. Yaitu pintu yang bisa didorong kekiri dan ke kanan yang terbuat dari kertas berbingkai kayu.
Dan tiga orang serdadu Amerika dengan seragamnya yang mentereng segera saja masuk keruang tamu. Bersama mereka terlihat tiga orang perempuan Jepang.
“Konbanwa…!” yang berpangkat Letnan memberi ucapan “Selamat malam” dalam bahasa Jepang beraksen kasar.
“Konbawa…!” jawab pemilik penginapan sambil berkali-kali membungkuk memberi hormat.
“Kami butuh tiga kamar….” Tentara Amerika itu berkata. Dan kembali pemilik penginapan Asakusa itu mengangguk-angguk.
Dia mengantar dua tentara ke dua buah kamar yang kebetulan kosong. Dan si Letnan dia antarkan ke kamar yang dekat taman.
Pemilik kediaman itu mengetuk pintu.
“Gomenkudasai….” Katanya keras menyuruh membuka pintu. Ketika pintu tak juga kunjung dibuka dari dalam, dia langsung mendorong pintu TO tersebut hingga terbuka.
Di dalamnya, seorang lelaki muda menggeliat dibawah selimut.
“Maaf, keluar dahulu sebentar. Kamar ini akan dipakai…”
Lelaki muda itu tak memprotes. Sebab sejak tiga bulan tinggal di penginapan ini, kejadian seperti ini sudah sering terjadi.
Kamarnya dipakai sementara untuk berbuat mesum oleh tentara amerika. Kemudian jika selesai, dia masuk lagi. Yaitu setelah tentara Amerika itu keluar.
Menjijikkan memang. Tapi begitulah cara hidup yang aman di Jepang saat itu. Persetan segala kejadian. Berani melawan? Hmm, bisa ditangkap dengan tuduhan melawan tentara Amerika.
Buat saat ini, melawan tentara Amerika berkelahi misalnya, jauh lebih berbahaya daripada membunuh dua atau tiga orang Jepang.
Kalau membunuh dua atau tiga orang Jepang masih ada jalur hukum yang ditempuh. Kepengadilan, pengusutan dll. Tapi melawan tentara Amerika bisa ditembak ditempat. Tak peduli salah atau benar.
Sadar akan hal inilah makanya anak muda itu lalu bangkit. Kemudian memakai pakaian seadanya. Lalu melangkah keluar kamar. Di pintu langkahnya tiba-tiba berhenti. Menatap pada gadis yang tegak dengan mata sembab bekas menangis disamping tentara Amerika.
Gadis itu amat cantik. Berambut hitam berhidung mancung dan bermata gemerlap.  Tapi bukan kecantikannya itu yang membuat langkahnya terhenti.
Gadis itu pernah dia lihat dua hari yang lalu. Tapi ingatannya hanya sampai disana. Gadis itu telah ditarik oleh Letnan ke dalam. Dan pintu TO itu ditutupkan oleh pemilik penginapan



@



Tikam Samurai - 165