Tikam Samurai - 272

Ketika si Bungsu akan maju lagi, Cina itu mengibaskan tangan kanannya. Dan seperti tadi, si Bungsu lagi-lagi terlambat menghindar. Tangan babi gemuk itu bukan main cepatnya. Tamparan sambil lalu itu mendarat di pipi si Bungsu. tubuh si Ungsu terangkat setengah jengkal dari lantai, kemudian terpental!
Dan dia terpental justru ke tubuh gadis yang tadi mengantarnya ke kamar. Kedua tubuh mereka terguling ke lantai. Untung si Bungsu masih sadar. Dia segera memeluk tubuh gadis itu agar kepalanya tak membentur lantai. Dan gadis itu dalam kagetnya juga memeluk si Bungsu erat-erat.
Cina gemuk itu sambil melangkah menoleh ke belakang. Langkahnya terhenti. Dia melihat kedua anak muda itu saling peluk di lantai.
“Haayyaaa! Kalau mau pole-pole jangan sinilah. Masuk kamal saja” Ya tuhan, ya Rabbi! Muka si Bungsu jadi merah padam. Dia cepat bangkit dan menolong gadis Cina cantik itu bangkit. Kemudian melangkah ke depan.
“Tunggu!” katanya.
Cina gemuk itu berhenti melangkah. Kali ini si Bungsu benar-benar menghadapi lawan yang tak tanggung-tanggung. Pimpinan sindikat perdagangan wanita ini memang tak tak salah pilih.
“Apa lagi kawan…. Mau gelut lagi?” Cina gemuk itu menyindir. Demi malaikat, si Bungsu benar-benar mati kutu dibuat orang ini. Tapi sebuah pikiran lain masuk ke kepalanya. Karena itu, dia tak menjawab sindiran Cina gemuk itu. Dan Cina gemuk itu tahu benar akan ketangguhannya, dia melambaikan tangan:
“Bay-bay. Sampai ketemu lagi kawan..” katanya sambil cengar cengir. Dan kali ini, mau tak mau si Bungsu terpaksa nyegir kuda.
Si gemuk itu memang memiliki rasa humor yang hebat. Hingga dia tak memilih tempat dan waktu untuk bergurau. Dan tak pula memilih lawan. Tak peduli sedang berkelahi atau sedang makan, nampaknya dia suka benar bergurau. Guraunya gurau kuda pula.
Si Gemuk itu masuk ke taksi hitam yang sejak tadi menanti di depan.
“Dapat?” tanya Keling yang jadi sopirnya.
“Dapatlaah…” jawab si gemuk itu santai.
“Tak ada perlawanan?”
“Ada. Tapi hanya sekedar coba-coba”
“Lalu?”
“Lalu ya lalu. We gertak dia. Keluar dia punya kentuk. We tempeleng dia, keluar dia punya taik. Kini dia sedang belak, we pigi”
Orang Keling yang pegang stir itu tertawa seperti burung gagak.
Kemudian sedan itu berangkat meninggalkan hotel tersebut.
Taksi itu melaju membelah jalan-jalan di kota Singa tersebut.
Dengan rangkaian kejadian itu, bahkan sejak perkelahian di rumah Nurdin dengan sindikat perdagangan wanita beberapa hari yang lalu, si Bungsu telah terlibat langsung dalam lingkaran kontra sindikat itu. Namanya segera saja masuk dalam daftar orang-orang yang harus dilenyapkan.
Dan si Cina gemuk yang meninggalkan si Bungsu dalam keadaan hidup di hotel Sam Kok itu ternyata telah membuat kekeliruan. Dan kekeliruan itu segera harus dia bayar begitu sampai di markasnya.
Markas mereka terletak di sebuah taman yang mirip hutan yang bernama Bukit Merah. Sebuah rumah yang terletak lima puluh meter dari jalan Henderson, kelihatan angker. Dari jalan rumah itu tak kelihatan. Hanya nampak sebuah jalan masuk yang dipenuhi pohon-pohon serta pinang merah. Berpagar tinggi. Kesanalah taksi hitam leham itu meluncur.
Sedan tersebut berhenti persis di teras di depan rumah berwarna putih itu. Seekor anjing herder hampir sebesar harimau menggonggong dua kali. Lalau ketika Cina gemuk itu keluar dari mobil, anjing itu terdiam. Mengibaskan ekornya ke bawah perut, lalau duduk diam-diam. Cina dan orang keling itu masuk.
Di ruang tamu mereka segera saja membungkuk memberi hormat pada seorang bule berambut merah yang duduk dengan dada telanjang.
“Beres?” tanyanya dengan suara sengau.
“Beles bos” jawab si Cina. Sambil menyerahkan dokumen yang tadi dia rampas dari si Bungsu.
Bule itu menerima dokumen tersebut. Namun dia tak segera membukanya.
“Apakah dia kau bereskan?”
“Dia bukan apa-apa bos. Anak kemalin yang menangis kena geltak”
“Saya tidak bertanya apakah dia anak kemaren atau anak besok. Yang saya tanya apakah dia telah kau bunuh”
Cina itu ragu-ragu. Temannya yang Keling itu menunduk diam. Nampaknya orang Inggris yang berdada telanjang itu cukup berkuasa. Di belakangnya tegak seorang bule lain, yang bertubuh atletis. Si Bule yang satu ini tetap saja tegak.
Diam teka bergerak.
“Jawab pertanyaan saya, babi gemuk!” orang Inggris itu membentak.
“Ya. Ya, saya segera akan membereskannya bos” si gemuk itu menjawab dengan lemah. Orang Inggris itu mengerutkan kening.



@



Tikam Samurai - 272