Tikam Samurai - 271

“Tak ada apa-apa la. Hanya sikit gelut-gelut. We punya kawan bobok dalam lemali…he…he” Cina itu coba menjelaskan pada pengunjung di pintu kamar. Para pengunjung tak diundang itu cepat-cepat menarik diri. Masuk ke kamar mereka. Takut dibawa serta pula dalam “gelut-gelut” seperti yang dikatakan raksasa sipit itu. Dan takut kalau disuruh tidur pula dalam lemari. Hih!
Selesai membenahi dokumen, Cina gemuk itu pula berjalan kepintu tanpa menoleh pada tubuh si Bungsu yang entah hidup entah sudah berpulang ke akhirat. Dia melangkah sambil mulutnya dimonyongkan. Lalu terdengar siulnya perlahan seperti bunyi peluit kapal pecah.
Dan mungkin karena siul maut itu pula si Bungsu yang “tidur” dalam lemari itu mulai menggoyangkan kepala.
Cina gemuk itu turun ke jenjang. Si Bungsu keluar dari lemari. Bahunya luka dimakan kaca. Kepalanya berdenyut-denyut. Sempat dua kali aku dihantam Cina itu, maka akupun sampailah di jembatan Siratol Mustaqim, pikirnya.
Cina itu berpapasan dengan gadis yang tadi mengantar si Bungsu ke kamarnya.
Ternyata dia mendengar suara ribut. Karena masih ada tamu, dia tak sempat ke atas. Kini baru bisa. Dan dia berpapasan dengan Cina gemuk itu. Cina gemuk itu menghentikan siulnya yang mirip kapal retak tersebut. Tersenyum, ah lebih tepat dikatakan nyengir, kepada gadis cantik itu.
“Ada apa ribut di atas?” tanya gadis itu sambil tetap melangkah ke atas. Namun tiba-tiba tubuhnya tersentak. Cina gemuk itu menyentakkan tangan si gadis, dan tubuh gadis itu jatuh kepelukannya. Si gemuk hanya memeluknya dengan sebelah tangan. Tangan kiri. Seperti memeluk boneka kecil dari plastik saja.
“Tak ada libut. Hanya sikit gelut-gelut..” sehabis berkata begini, si gemuk mengirimkan sebuah sun kepipi gadis cantik ini.
Bukan main muka dan berangnya gadis itu, dia meludahi muka si gemuk yang kayak babi itu. Ludahnya mendarat dihidung si Cina. Tapi cina gemuk itu tak berang. Malah tertawa senang. Dia lepaskan gadis itu. Kemudian menghapus ludah di hidungnya. Lalu menjilatnya. Gila!
Gadis itu berlari ke atas. Melihat pintu kamar anak muda tadi hancur. Lalu masuk, dan saat itu dia hanya melihat punggung anak muda itu saja ketika yang terakhir ini melompat dari jendela tingkat dua itu ke jalan di depan hotel di bawah sana!
Gadis itu memburu, melihat ke bawah kelihatan parkir taksi hitam pekat yang tadi ditompangi babi gemuk itu. Tapi anak muda yang baru melompat ke bawah itu tak dia lihat. Dia balik lagi ke bawah.
Sementara itu, si gemuk itu sudah sampai di Lobby hotel. Dengan gerakkan seperti babi bunting, dia menuju ke pintu. Di pintu ada tamu yang masuk dan berjalan ke arahnya. Dan tiba-tiba Cina itu tertegak. Dia mengernyitkan kening. Salah lihatkah dia?
Tamu yang baru masuk ini mirip sekali dengan anak muda yang tadi dia gelut-gelut dan dia suruh tidur dalam lemari. Salahkah dia?
Tamu itu tersenyum padanya. Dan tak salah lagi, memang anak muda tadi! Tapi demi perutnya yang gendut, kenapa anak muda itu bisa berada disini?
Dan saat itu gadis anak pemilik hotel itu sampai pula di sana. Dia menatap pada anak muda yang tegak menghadang di tengah pintu. Kedua orang itu mirip seperti perbandingan kerbau dengan kambing!
Tapi nampaknya Cina gemuk itu memiliki saraf baja dan rasa humor yang tinggi juga. Dia segera saja mendahului menegur si Bungsu.
“He, ketemu lagi! Tadi tidul dalam lemali. Cekalang cudah mangun. Haiyya, cincaila..”
Tumbung juga si gendut ini, sumpah si Bungsu dalam hati. Dan si gendut itu berjalan ke arahnya.
Si Bungsu tiba-tiba menyerang. Dia tak ingin didahului oleh si gendut itu. Dia sudah merasakan akibatnya. Untung saja yang kena adalah dirinya. Yang sudah terlatih bertahun-tahun. Kalau orang lain, dia yakin sudah tiba di akhirat.
Makanya kini dia membuka serangan. Dia hantam perut gendut itu dengan pukulan karate yang dia pelajari dari Kenji. Hop! Mendarat persis tentang pusat. Cina itu tetap tegak. Malah tersenyum. Pukulannya seperti menerpa karet yang kenyal. Memantul kembali.
Sebuah lagi puklan, kini menuju tempat yang mematikan. Yaitu tentang jantung. Bukankah menurut Kenji, dada bahagian jantung adalah tempat yang paling lemah dalam tubuh? Tempat itu bisa mematikan kalau dipukul dengan kuat dan dengan kecepatan yang penuh perhitungan.
Ah tentang kekuatan, cepat dan penuh perhitungan, dia tak usah malu. Dia sudah ahli. Maka pukulan itupun mendarat. Tepat di tentang jantung Cina gendut itu. Dan laknatnya, pukulannya memental lagi. Dan jahanamnya, Cina itu ngomong setelah kena pukul:
“Haaayaaa, jangan gelut-gelut dimuka olang lamailah kawaaan. Malu kita dilihat olaang. Masak sudah besal masih gelut-gelut”
Syetan. Benar-benar syetan Cina gemuk ini. Dia sudah memukul dengan jurus mematikan, dengan penuh perhitungan dan penuh kecepatan, ternyata dicemoohkan sebagai gelut-gelut saja. Muka si Bungsu jadi merah padam. Dan Cina itu berjalan terus ke pintu.



@



Tikam Samurai - 271