Tikam Samurai - 57

“Siapa yang merampok ?”
“Orang Melayu ..”
“Berapa orang ..?”
“Ada delapan orang. Mereka semua memakai pedang..” salah seorang yang luka itu menjawab.
“Mereka tidak merampok perempuan ?”
Jepang itu bertanya lagi. Sementara matanya nanar menatap Mei-mei yang duduk memeluk si Bungsu.
“Semula mereka memang ingin. Tapi begitu dia ketahui bahwa gadis ini sakit lepra, mereka cepat cepat menyingkir. Dan hanya uang kami yang mereka sikat …” jawab si Bungsu.
“Lepra ..?” Jepang itu bertanya kaget.
“Ya. Isteri saya ini sakit lepra .. akan dibawa kerumah sakit Bukit Tinggi ..” si Bungsu menjawab lagi.
Kepala Jepang itu dengan cepat menghilang keluar. Kemudian terdengar perintah untuk cepat cepat jalan. Bus itu kemudian merayap lagi. Mereka semua menarik nafas lega. Kelima lelaki itu menjadi lega, karena mereka lepas dari tangan Kempetai. Sebab merekalah yang melakukan beberapa kali perampokan di sepanjang jalan Bukittinggi Payakumbuh. Dan bus ini salah satu alat mereka untuk itu. Si Bungsu tak mengetahui, bahwa yang dia lukai adalah perampok perampok. orang Minang yang mempergunakan kesempatan dalam kesempitan orang yang mengail di air keruh. Ketika penduduk sedang ketakutan dan menderita di bawah kuku penjajahan Jepang, mereka menambah penderitaan itu dengan merampok.
Padahal yang mereka rampok hanya orang-orang sebangsanya, mana berani mereka merampok tentara Jepang. Tapi malam ini mereka mendapat pelajaran pahit dari anak muda ini. Untung saja anak muda ini tak mengetahui sepak terjang mereka selama ini. Kalau saja si Bungsu tahu, mungkin kelima lelaki ini sudah mampus semua. Bungsu merasa lega karena dia lepas dari pengawasan Kempetai. Kalau saja mereka tahu, bahwa dialah yang membunuhi Jepang di bulan-bulan terakhir ini, mungkin dia akan mati mereka tembak di dalam bus ini. Untung saja mereka tak tahu.
Sementara itu Mei-mei menatap si Bungsu dengan perasaan takjub. Dia merasa takjub, dan amat berdebar mendengar ucapan si Bungsu yang terakhir pada Jepang itu :
“Isteri saya ini sakit lepra .. akan dibawa kerumah sakit”
Kata kata Isteri saya ini yang diucapkan si Bungsu mengirimkan denyut amat kencang kejantungnya. oh, kalau saja benar bahwa anak muda ini menjadi suaminya, alangkah bahagiannya dia. Dia merasa aman dalam pelukannya. Merasa tentram dan terlindungi di sisinya. Si Bungsu merasa gadis itu tengah menatapnya. Dia balas menatap.
“Moy- moy ..” katanya sambil tersenyum.
“Koko..”
“Sebentar lagi kita akan sampai di Bukittinggi ..” bisiknya.
Mei-mei hanya mengangguk. Kemudian menyandarkan kepalanya ke bahu si Bungsu. Bus itu tadi dicegat lagi oleh Kempetai di pos penjagaan di Baso. Mereka memang tengah mendekati Bukittinggi. Kota itu mereka masuki hampir tengah malam.
“Antarkan saya kepenginapan ..” si Bungsu berkata pada sopir.
“Ya .. ya..” sopir yang masih merasa ngeri pada samurai di tangan anak muda yang berada di belakangnya ini menjawab cepat.
Bus berhenti di sebuah penginapan di Aur Tajungkang. Sebelum turun, si Bungsu menoleh kepada ke lima lelaki yang masih tersandar dan luka luka itu. “Saya tak pernah menyusahkan sanak sebelum ini. Saya tak mau kita berurusan lagi. Ingatlah itu..” katanya berlahan
Kemudian dia membimbing tangan Mei-mei turun dari bus. Meninggalkan para rampok itu terperangah. Diam dan mati kutu. Dua orang perempuan separoh baya yang sejak tadi duduk ketakutan di belakang, ikut bergegas turun di penginapan itu. Mereka adalah dua orang perempuan yang berjualan kacang dan jagung dari Bukittnggi ke Payakumbuh dan Padang Panjang. Ketika mereka sama sama mendaftar di penginapan kecil itu, kedua perempuan itu menceritakan tentang perampokan yang beberapa kali pernah terjadi terhadap pedagang pedagang.
“Apakah kelima orang tadi adalah perampok itu ?” tanya si Bungsu.
“Tak tahu kami. Kebetulan kami tak pernah mengalami nasib kena rampok. Tapi beberapa teman yang telah pernah mengalami mengatakan, bahwa perampok perampok itu memang orang awak jua. Dan caranya memang seperti tadi. Sama sama menompang bus. Kemudian berhenti di tempat sepi. Untung ada anak muda. Kalau tidak. pastilah kami yang kena rampok …”
Si Bungsu terdiam. Kemudian mereka masuk kekamar karena hari sudah larut malam. Karena semua kamar penuh, maka dia terpaksa satu kamar dengan Mei-mei. Untung dalam kamar itu ada dua tempat tidur.
“Tidurlah Moy- moy. Besok kita cari famili ibumu yang di Kampung cina..” katanya perlahan.
“Koko tidak tidur ?”
“Ya. Saya juga akan tidur. Tapi saya akan sembahyang dulu”



@



Tikam Samurai - 57