Tikam Samurai - 105

Kejadian pembunuhan terhadap sersan Kepmpetai itu tepatnya berlangsung pada tanggal 5 Agustus 1945. Dua belas hari setelah itu, Kemerdekaan Indonesia di proklamirkan di Jakarta.
Kembali pada saat-saat letusan bergema dalam gua sesaat sebelum si Bungsu jatuh pingsan. Letusan itu ternyata bukan ditujukan pada dirinya atau pada diri Kari Basa. Letusan itu adalah letusan bedil dan pistol “pasukan khusus” yang membebaskannya.
Pejuang-pejuang bawah tanah itu berhasil bergerak cepat dan menemukan tempatnya sebelum terlambat sangat. Letusan pertama adalah letusan yang ditujukan ke kepala penjaga di luar pintu kamar tahanan.
Begitu penjaga itu mati, pintu diterjang. Dan letusan-letusan berikutnya ditujukan pada si Letnan, si sersan dan prajurit yang ada dalam ruangan itu.
Ketiga Kempetai sadis ini mati saat itu juga. Mereka tak sedikitpun menyangka akan ada perlawanan begitu dahsyat. Ketiga mereka mati dengan kepala rengkah kena tembak.
Dan enam orang “pasukan khusus” yang masuk keruangan itu pada mengucap istigfar takkala melihat keadaan tubuh kedua teman mereka yang tergantung itu. Yang tergantung itu bukan lagi tubuh manusia. Tapi lebih tepat untuk dikatakan sebagai manusia yang telah dijagal.
Namun harapan kembali timbul ketika mereka melihat bahwa kedua orang itu masih bernafas. Dengan gerakkan cepat, kedua mereka dilepaskan dari belenggunya. Kunci belenggu berada dalam kantong si letnan.
Dan tengah malam itu juga, kedua mereka dibawa ke rumah orang yang telah menyiapkan penampungan dan pengobatan. Pengobatan disediakan sesuai dengan pesan Kapten Dakhlan Djambek. Bahwa setiap tawanan Jepang yang dibawa ke terowongan di bawah kota itu, bila sempat keluar hanya akan mengalami dua hal.
Pertama mati. Dan kedua tubuh mereka lumat. Maka yang kedua hampir-hampir menemui kenyataan. Makanya obat-obatan telah disediakan. Kedua mereka dirawat di rum,ah yang berlainan.
Setelah tubuh kedua orang itu sampai di rumah yang dimaksud, pasukan khusus itu lenyap. Dan jejaknya tak pernah tercium sedikitpun!.
Pihak militer Jepang bukan main kagetnya atas serbuan dan penculikan tersebut. Mereka memeriksa setiap rumah penduduk untuk mencari jejak para penculik dan kedua tawanan itu.
Ada delapan orang yang jadi korban dipihak mereka dalam peristiwa itu. Yang pertama sersan pengawas bahagian peta penggalian terowongan. Sersan ini yang mati di tebas Tai-I Dakhlan Djambek tak pernah ditemukan mayatnya. Tiga orang lagi adalah penyiksa sadis yang mati dalam kamar tahanan. Yang satu mati di pintu bahagian luar kamar tahanan tersebut. Sedangkan tiga orang lainnya mati di sepanjang terowongan menuju ke kamar tahanan.
Pihak Jepang segara dapat menduga, bahwa kamar tahanan itu diketahui melalui mulut si sersan pengawas bahagian peta penggalian terowongan. Mereka menyangka bahwa seluruh jaringan dan penyimpanan amunisi vital dalam terowongan itu telah diketahui oleh pejuang-pejuang pribumi. Makanya mereka memasang perangkap untuk menjebak kalau-kalau pejuang-pejuang itu muncul lagi.
Namun pejuang-pejuang itu tak pernah mengorek keterangan tentang hal-hal lain mengenai terowongan tersebut. Tugas mereka hanya mengetahui dimana si Bungsu dan Kari Basa ditahan. Kemudian membebaskan kedua orang itu. Dari segi ini, para pejuang itu memang alpa. Kalau saja mereka bisa sedikit sabar dalam menghadapi si sersan, kemudian merencanakan masak-masak akan banyak sekali rahasia tentang terowongan itu yang akan terungkapkan.
Itulah sebabnya kenapa sampai puluhan tahun kelak, yaitu sampai turunan demi turunan, terowongan di bawah kota itu tetap saja merupakan suatu misteri yang tak kunjung terungkapkan. Tak seorangpun di kota itu yang tahu dengan pasti, berapa panjang terowongan di bawah kota mereka.
Misteri itu tetap tak terungkapkan, karena selama puluhan tahun tak ada yang berminat untuk menyelidikinya. Baik menyelidiki dengan mencari peta rencana pembuatan terowongan tersebut. Peta itu pasti ada pada pihak militer Jepang.
Akibat dari peristiwa itu, pihak Kempetai makin curiga pada anggota Gyugun. Namun mereka tak pernah mendapatkan bukti akan keterlibatan para Gyugun itu. Seluruh anggota Gyugun yang ada di Bukittinggi diinterogasi. Dimana dan kemana mereka dimalam lenyapnya si Sersan yang memegang rahasia terowongan itu.
Semua anggota Gyugun mempunyai alibi. Punya bukti-bukti bahwa mereka berada disuatu tempat, dimana banyak orang jadi saksi. Tai-I Dakhlan Djambek sendiri yang ikut diinterogasi pihak Kempetai, mempunyai alibi (alasan) yang kuat. Bahwa dia tak ikut dalam gerakan itu.



@



Tikam Samurai - 105