Tikam Samurai - 342

Si Bungsu diam saja. Lelaki yang disebut sebagai pedagang merangkap mata-mata, yang masih rapi itu, tiba-tiba merogoh kantong. Mengeluarkan sebungkus rokok Double As. Dia bangkit, menuju pada dua orang yang bengkak-bengkak itu.
”Silahkan…,” katanya menawarkan rokok.
Kedua orang itu saling pandang.Kemudian menatap orang yang menawarkan rokok itu.
“Silahkan merokok …”kata lelaki itu lagi.
Kedua lelaki itu mengambil satu batang seorang.Ketika mereka meletakkan ke bibir, lelaki rapi itu menghidupkan korek api dan membakarkan rokok kedua lelaki itu.
“Terima kasih…”ujar mereka perlahan sambil menghirup asap rokoknya dalam-dalam.
Lelaki itu tegak,berjalan mendekati si Bungsu seperti tadi,dia menawarkan pula rokok itu pada si Bungsu.Si Bungsu menolak dengan mengatakan bahwa dia tak merokok.Saat itu kembali terdengar pintu terbuka.Tiba-tiba si Bungsu merasa jadi dirinya tegang.Di pintu kelihatan tegak seorang OPR,Nuad Sutan Kalek!Ya dialah itu,Nuad mata-mata yang lihai itu.Beberapa hari hari lalu lehernya pernah diancam si Bungsu dengan samurai.Menyeretnya sampai ke Tambuo untuk melindungi diri dari tembakan tentara.Nuad,si OPR itu bersama seorang temannya yang juga OPR,segera mengenali si Bungsu.
“Benar,Benar dialah orangnya…!”seru Nuad.
Suara langkah ramai-ramai terdengar mendekati kamar tahanan itu. Dalam waktu singkat,ruangan itu penuh sesak oleh tentara. Semua melihat ke si Bungsu yang masih duduk sambil bersandar ke dinding dengan diam kedinding.
“He,kau berdiri!”seorang tentara memberi perintah.
Si Bungsu berdiri. Tentara itu menggeledah tubuhnya.
“Tak ada apa-apa…”katanya.
“He,mana samurai yang kau buat mengancam tempo hari..!”ujar Nuad sambil maju mendekat.
“Sudah saya buang…”jawab si Bungsu.
Sebuah tamparan mendarat dipipi si Bungsu.
“Babi! Dulu berani-beraninya kau mengancamku, he! Ini! ini!..inii!”bentaknya.
Setiap ucapan “ini”nya itu,sebuah pukulan atau tendangan dia hantamkan ke tubuh si Bungsu. Si Bungsu terhuyung-huyung ke dinding. Tapi begitu OPR itu berhenti menanganinya, dia menatap dengan mata yang berkilat dingin.
“Ooo,melawan kau ya!”bentak Nuad.
Tapi ketika akan menampar lagi,tangannya ditangkap seseorang. Ketika dia menoleh, ternyata tangannya di pegang oleh seorang sersan. Sersan yang tadi menangkap si Bungsu di rumah Kari Basa.
“Kabarnya kau menangis waktu diancam dengan samurai itu, benar Nuad?”tanya sersan itu.
Ucapan ini di sambut tertawa bergumam oleh beberapa tentara lain yang memadati ruangan itu.
“Menagis? Puih! menghadapi anak ingusan ini aku menangis? Taiklah!”
Sehabis ucapan, kakinya melayang. Menghantam perut si Bungsu. Kembali anak muda itu tersandar dan tersurut ke dinding. Tapi matanya yang berkilat seeperti memancarkan api.
“Kau berani menghadapinya,satu lawan satu?”sersan itu bertanya lagi.
“Saya? Heh, saya khawatir anak ini akan mati sekali saya pukul!”jawab si Nuad.
“Kau berani melawan orang ini,Bung?”
Sersan itu mengajukan ”tawaran” pada si Bungsu. Tapi yang ditanya hanya diam. Masih bersandar kedinding. Si sersan kembali bertanya lagi, akhirnya si Bungsu mengangguk perlahan. Anggukannya di sambut tepuk tangan tentara yang ada dikamar itu. Segera mereka keruangan yang lebih besar. Tentu saja ketiga teman si Bungsu tak bisa ikut. Mereka di kunci dikamar itu. Si Bungsu kini berada dikamar yang cukup luas.Lebih dari sekitar dua puluh tentara sudah tegak disekitar ruangan. Nuad sudah tegak pula ditengah. Si Bungsu dibawa tegak tiga depa dari Nuad. Dia ditinggalkan disana. Tegak sendiri!
“Nah,segera mulai…”kata sersan itu.
Pertarungan ini adalah seperti adu ayam. Tapi siapa dengan negeri yang sedang SOB, bila seseorang lelaki yang punya sangkut paut dengan peperangan hilang, tak usah terlalu banyak berharap dia akan kembali. Dalam negeri yang SOB, yang berkuasa bukan orang-orang. Yang berkuasa bedil. Bedil tak punya otak untuk menimbbang patut atau tidak patut. Si Bungsu tegak diam didepan OPR yang mata-mata itu. Dikelilingi oleh tentara APRI .Masih syukur sersan yang menangkapnya itu mau mengadu mereka berkelahi. Bagaimana kalau dibiarkan saja. Artinya OPR itu dibiarkan menghajarnya sampai lumat. Dia pasti tak dapat membalas. Kini kesempatan untuk membalah itu ada.
Dia tahu, kalaupun menang,maka kemenangannya hanya akan mendatangkan bencana pada dirinya. Artinya, kalah atau menang dalam perkelahian seperti adu ayam ini, akibat bagi dirinya hanya satu, Penderitaan! Oleh karena akibatnya tetap sama, makanya dia harus memenangkan perkelahian itu. Pikiranya terputus ketika tiba-tiba Nuad yang bertubuh tinggi besar itu menerjangnya. Si Bungsu mengelak. Tapi terlambat.Ujung tendangan OPR itu menyerempet rusuknya.



@



Tikam Samurai - 342