Dengan tangan kiri memegang perutnya yang belah, dia maju menyerang. Dia sebenarnya tukang pukul yang ditakuti di Jakarta saat itu. Namun samurai Michiko menantinya lagi. Sebuah sabetan menghantam kepalanya! Cress! Kulit kepala lelaki itu berikut rambutnya seluas telapak tangan terbang! Demikian tajam dan demikian cepatnya. Darah meleleh. Husein berhenti lagi. Sedepa di depannya,
Michiko tegak lagi menanti! Husein maju. Kembali samurai Michiko bekerja. Cress! Dan kali ini arahnya adalah sebuah benda di bahagian depan bawah. Husein terhenti.
Kali ini dia tak bisa untuk tidak meraung. Tangannya segera mendekap selangkangnya. “Lewat samping sini aja nona, lebih dekat kelobi..” ujar sopir itu. Michiko menuruti saran sopir itu. Dia masuk lewat samping hotel itu, begitu dia masuk, pintu di belakngnya ditutupkan. Dan kini dia berada di sebuah ruangan yang besar, Michiko menoleh kebelakang. Sopir itu tegak dengan sopan, namun jauh berbeda. Walau masih terlihat sopan tapi wajahnya tersenyum licik. Dia mendengar sesuatu disampingnya. Ketika dia menoleh, alangkah kagetnya dia melihat ada babah gemuk itu. Ya, babah gemuk yang sepesawat dengannya, yang menyuruh husen menyergapnya di hotel Angkasa.
Kini, babah gemuk Cina yang tadi dia tendang kerampangnya itu duduk di sebuah kursi dengan senyum sumbangnya. Di sisinya tegak dua orang lelaki, yang satu bertubuh besar seperti Husen…yang satunya bertubuh kurus tinggi, di belakang nya berdiri sopir yang kelihatan sopan itu.
Michiko masuk perangkap! Ya, itulah yang terjadi. Dia menyesal, mengapa tidak naik taksi yang disopiri Cina tadi. Padahal, kalau dia naik taksi itupun kejadiannya tetap sama. Kedua sopir taksi itu memang sudah “dipasang”oleh sibabah itu untuk menjebaknya. Apek gendut itu ternyata memimpin sebuah sindikat kejahatan di Jakarta. Ada beberapa sindikat saat itu di Jakarta, diantara nya yang terkenal adalah kelompok “Ular sanca”,”Tongkat Mas” dan “Kramat Sakti”
Bidang ”usaha” mereka mulai dari merampok, menodong,menyelundupkan candu ke Singapura, sampai menjual perempuan atau gadis-gadis dari berbagai kota di Jawa dan Sulawesi. Gadis-gadis itu dijual kerumah-rumah bordir di Singapura atau pun Jakarta sendiri. Musuh berbagai sindikat itu adalah “Sindikat178″, sebuah sindikat yang anggotanya terdiri dari eks pejuang 17-08-45. Mereka dengan gigih memerangi sindikat bandit-bandit Jakarta, yang mengotori perjuangan mereka semasa Revolusi. Si babah adalah salah satu pemimpin dari tiga pimpinan “Sindikat Kramat Sakti”Komplotan yang ber markas di sebuah gedung mewah, tapi sangat rahasia yang ada di kramat.
Dia mempunya anak buah di berbagai posisi, mulai dari pegawai,sampai ketukang copet dan sopir taksi. Kini Michiko berada di salah satu markas dari kelompok Kramat sakti itu. Michiko menatap tajam si babah gemuk itu, kalau ada kesempatan, maka yang akan di bunuh nya pertama kali adalah sibabah itu
Sementara si babah gemuk itu berkeinginan pertama adalah menikmati tubuh gadis didepannya.!
Sudah sejak dari pesawat pagi tadi hal itu dia khayalkan. Kini hari sudah malam dan malam hari segala sesuatu bisa diatur. Michiko masih memegang samurai ditangan kiri. Dia berpura-pura bersisir, dan dengan cepat dia mencabut jepit rambut yang berupa samurai kecil itu.
Dengan penuh kebencian,dengan sekuat tenaga pada kesempatan pertama samurai kecil itu dia ayunkan kearah leher si gemuk itu.Si gendut benar-benar tidak tahu bahaya yang mengancam jiwanya.Dia masih cengar-cengir menatap dengan napsu pada michiko.saat itu samurai itu bergerak kearah lehernya, tiba-tiba lelaki kurus yang tegak disampingnya bergerak cepat,ternyata dia mempunyai penglihatan yang tajam.
Dia melihat sebuah benda yang seperti terbang kearah tenggorokan bos nya, dan tangan nya bergerak dia berhasil memukul samurai kecil itu.Samurai itu terpental karena angin kibasan tangannya,tertancap di pintu!Michiko terkejut si babah juga terkejut,mukanya berubah pucat dan meraba lehernya.
Leher gemuk yang hampir saja disikat samurai kecil itu. Dia menatap ke samurai yang tertancap itu. Kemudian beralih ke Michiko. Bergantian menatap samurai dan Michiko. Sambil tangannya masih meraba lehernya.
”Perempuan sundal. Kau akan rasakan akibat perbuatanmu ini…” desis Babah itu sambil menyeringai buruk.
Michiko tak memperhatikannya. Dia justru tengah memperhatikan lelaki kurus berwajah pucat itu. Semakin diperhatikannya, semakin jelas olehnya bahwa lelaki itu sebenarnya adalah seorang Cina. Tak diketahuinya karena kulitnya hitam. Sama seperti orang melayu.
Tapi melihat matanya yang sipit, tak ayal lagi, sikurus ini adalah Cina tulen. Selain dia Cina tulen, nampaknya dia juga memiliki ilmu silat yang tangguh. Itu terbukti dari kibasan tangannya yang berhasil memukul samurai kecilnya tadi. Michiko pernah mendengar dan membaca kehebatan pesilat-pesilat Cina yang mampu melompati pagar atau tembok setinggi atap.
Yang mampu memukul roboh lawan dari jarak dua atau tiga meter dengan mempergunakan ”tenaga dalam”. Dia tak yakin bahwa ada orang Cina yang memiliki ilmu sehebat seperti di dalam cerita-cerita silat itu. Namun apakah yang telah dilakukan Cina kurus jangkung itu sebentar ini?
@
Tikam Samurai - IV