Tikam Samurai - 366

Bukankah hanya dengan kibasan tangannya saja dia telah membelokkan arah samurai kecilnya? Michiko tak sempat memikirkan terlalu banyak. Babah gemuk itu telah memberi isyarat kepada lelaki bertubuh besar yang tegak di sisi kanannya.
”Siapa di antara kalian yang berhasil menelanjangi perempuan itu, dia akan mendapat giliran setelah aku….” babah itu berkata dengan kurang ajarnya.
Michiko ingin muntah mendengar ucapan jorok itu. Lelaki besar itu maju. Nampaknya dia telah diberi tahu bahwa gadis ini berbahaya. Begitu maju, tangannya telah memegang sebuah belati. Dengan gaya seorang yang amat ahli, dia mulai maju dengan mengayun-ayunkan pisau di depan tubuhnya yang agak membungkuk ke depan.
Michiko masih tetap tegak di tempatnya. Tak bergerak sedikitpun. Dia telah bertekad, kalau dia tak bisa melawan orang-orang ini, maka dia akan menyudahi nyawanya sendiri. Dia akan bunuh diri sebelum dinodai. Tapi dia bersumpah akan membunuh babah gemuk itu sebelum dia bunuh diri. Dia benar-benar berharap dapat melaksanakan sumpahnya itu.
Lelaki itu tiba-tiba menyerang. Pisaunya bergoyang cepat sekali di depan dada Michiko. Michiko bukannya tak tahu itu adalah sebuah tipuan. Dia tetap diam. Dan benar, kaki lelaki itu ternyata degan cepat menyapu kaki Michiko. Maksudnya ingin agar gadis itu terjatuh. Dengan demikian bisa dia tindih. Namun Michiko adalah Michiko. Dia telah belajar cukup banyak dari Zato Ichi. Dia telah belajar banyak dari Tokugawa. Dan dia telah belajar banyak dari Kenji. Teman si Bungsu dan abang Hanako. Bukankah dia tinggal bersama Hanako lebih kurang setahun? Selama itu pula dia belajar karate dari Kenji.
Kini, Michiko adalah seorang pemegang sabuk hitam karate. Sistem pelajaran yang dipakai oleh Kenji untuk membekali Michiko adalah sistem memintas. Hingga memungkinkan gadis itu memiliki bekal yang lebih daripada cukup. Ketika kaki lelaki besar itu menyapu kakinya, dia justru memajukan kakinya selangkah ke depan. Dan serentak dengan itu tangan kanannya terayun dalam bentuk sebuah pukulan yang telak. Prak! Pukulannya mendarat di hidung lelaki besar itu. Lelaki itu seperti tersentak. Kepalanya seperti ditarik ke belakang dan hidungnya bocor. Darah segar mengalir dari hidung yang pecah itu. Bukan hanya si gendut, tapi lelaki Cina kurus kerempeng yang tadi memukul samurai kecil Michiko itupun jadi kaget. Serangan gadis itu demikian cepat dan demikian telaknya.
Lelaki besar itu menggeram. Tangannya yang tak berpisau menghapus darah yang meleleh di hidungnya. Sopir taksi tadipun, yang saat itu tetap tegak di pintu, jadi kaget. Namun mereka adalah bandit-bandit ibukota yang tak mudah gentar oleh bahaya. Apalagi kalau hanya terhadap seorang gadis, cantik pula. Bos mereka telah menjanjikan bahwa siapa yang berhasil meringkus gadis itu akan mendapat giliran pertama menikmati tubuh gadis itu, setelah si bos. Pernyataan demikian membuat mereka terangsang dan bersemangat untuk menundukkan Michiko. Lelaki berpisau itu maju lagi. Kini dengan lebih berhati-hati. Dia telah kecolongan. Michiko masih belum mau mencabut samurainya. Dia ingin menghemat tenaga dan kecepatannya. Lawannya yang dia taksir berbahaya adalah lelaki Cina kurus tinggi itu. Maka dia harus menyimpan kepandaian bersamurainya untuk menghadapi lawannya yang kurus itu.
Kalau kini dia menggunakan samurai, dia khawatir permainan samurainya bisa dibaca oleh si kurus. Itu sudah tentu membahayakan. Karena itu, ketika si besar itu menyerang, dia masih mengandalkan ilmu karatenya. Lelaki itu maju dengan sebuah tusukan pisau yang cepat ke rusuk Michiko. Michiko mengelak dengan mengalihkan tegak kakinya. Lelaki itu tahu. Dia menyabetkan pisaunya ke kanan, hampir saja menebas perut Michiko. Untung gadis ini juga cepat melompat mundur. Tegaknya justru mendekat ke dekat sopir taksi tadi. Sopir itu menatap heran dan kagum. Dan saat itulah Michiko mencabut samurai. Sopir taksi itu masih belum sadar akan bahaya yang mengintainya. Dia menyangka bahwa gadis itu hanya sekedar bermain tongkat.
Michiko menanti si besar berpisau itu menyerang kembali. Ketika lelaki itu kembali menyerang dengan menyabetkan pisaunya, Michiko seperti akan menangkis dengan samurai. Namun dia sama sekali tidak menangkis serangan pisau itu. Melainkan mundur selangkah lagi. Dan samurainya justru membabat ke belakang! Ke arah sopir taksi yang masih tegak di dekat pintu! Cress! Samurai itu memakan bahunya. Sopir taksi yang sok sopan itu benar-benar tak pernah menduga bahwa dirinya akan dimakan senjata gadis cantik itu. Dia sebenarnya seorang pesilat aliran Cimande. Begitu bahunya termakan samurai, dia segera memasang kuda-kuda Cimande. Tangannya bergerak seperti akan bersilat.
Tapi apa hendak dikata, gerakannya itu sudah tinggal sekedar lagak saja. Tak ada gunanya. Bahunya telah dibabat samurai yang alangkah tajamnya. Mata samurai itu menetak dan memutus tulang bahunya. Terus ke bawah membelah jantungnya. Demikian tajamnya samurai itu. Tubuh sopir itu belah dan mati sebelum jatuh ke lantai! Sekali lagi babah gemuk itu jadi pucat dan sekali lagi Cina kurus tinggi itu dibuat kaget bukan main.
Samurai Michiko hanya sekejap berada di luar sarangnya. Tak sampai lima hitungan cepat. Begitu dicabut, dia melangkah ke belakang, samurainya berkelebat, membabat bahu sopir itu dan snap…masuk kembali ke sarungnya di tangan kiri Michiko!
Kini dia tegak dengan diam. Lelaki besar berpisau itu juga tegak. Kaget bercampur ngeri melihat ketenangan gadis itu membunuh manusia. Mereka bertatapan. Lelaki besar itu, juga seorang bandit yang sering menghantam mangsanya dengan kepalan atau dengan pisau, kali ini mulai hati-hati benar. Dia menggertak lagi. Michiko masih diam.



@



Tikam Samurai - 366