Si Bungsu mengelak. Tapi orang Australia yang satu lagi, yang tadi hanya tegak diam, tiba-tiba mendorong si Bungsu dari belakang. Akibatnya elakan si Bungsu tak terkontrol. Pukulan maut itu mendarat di wajahnya! Prakk!! Ada rasa asin dimulutnya. Ada cairan hangat melelh dihidungnya.
Dia membuka mata. Aneh, tiba-tiba saja dia mendapatkan dirinya diatas tempat tidur. Melingkar diujung sebeleh ke dinding. Tiga depa dari bekas serdadu yang tadi memukulnya! Kalau demikian, ternyata dia telah terpental sejauh itu akibat pukulan tersebut. Dan si Bungsu tak merasa heran. Dia memang yakin bahwa demikianlah kejadiannya, makanya dia sampai ke pembaringan ini!
Dia menggelengkan kepala. Merangkak di pembaringan.
“Babi, sok jago koe disini…!” yang memiliki kepalan seperti godam itu menyumpah sambil mendekat ketempat tidur. Dia menjangkaukan tangannya yang berotot besi bertulang kawat itu kearah tengkuk si Bungsu. namun saat itu pula, si Bungsu bertelekan ke kasur. Lalu kakinya menyorong kebawah perut, langsung ke dada bekas tentara itu.
Tendangan dengan jurus silat ini menerpa dada tentara tersebut.
Dan tubuhnya besar terjajar kedinding. Sebelum dia sadar sepenuhnya si Bungsu melompat turun. Kini mereka tegak berhadapan. Bekas tentara itu maju lagi dan cepat mengirimkan sebuah pukulan beruntun ke kepala dan ke dada si Bungsu.
Secara reflek, si Bungsu menjatuhkan tangannya ke lantai. Dan secara reflek pula kaki kananya menerjang ke belakang dalam bentuk sebuah cuek yang kuat sekali.
Orang Australia itu seperti dihantam kerbau besar. Perutnya kena sepak belakang yang telak. Matanya juling. Dia melosoh ke lantai. Yang satu lagi menyerang dari samping. Namun si Bungsu menyambutnya dengan sebuah tendangan telak menyamping. Sebuah tendangan mirip-mirip Kekomi dari jurus karate. Bekas tentara itu tersentak kebelakang. Namun dia menyerang lagi dengan sebuah pukulan. Si Bungsu mengelak, dan saat berikutnya dia balas memukul dengan cepat. Kepalanya masuk ke bawah hidung tentara itu. Terdengar suara berderak. Hidung orang itu remuk. Darah mengucur.
Tapi tanpa dia sadari, si kekar besar yang tadi melosoh ke lantai bangkit diam-diam. Dan disuatu kesempatan, dia memiting leher si Bungsu dari belakang secara tiba-tiba. Nafas si Bungsu jadi sesak. Melihat anak muda ini tersekap begitu, yang kena hantam hidungnya tadi segera mendekat dan mengirimkan sebuah pukulan ke perut si Bungsu. si Bungsu merasa perutnya akan pecah.
Namun ketika orang itu akan melancarkan pukulan kedua, kakinya dia hantamkan ke kerampang bekas tentara itu. Suara tak sedap terdengar dan bekas tentara itu melolong sambil kedua tangannya memegang kerampangnya. Dia meringkuk dan melingkar di lantai.
Pada saat itu pula, dengan menghimpun sisa tanaganya, si Bungsu membungkuk dengan cepat. Karena tubuhnya membungkuk tiba-tiba itu, bekas serdadu yang memitingnya dari belakang jadi terangkat tubuhnya.
Si Bungsu meneruskan gerakkan itu. Dan tanpa dapat dikontrol, orang Australia bertubuh kekar itu terbanting ke lantai di depan si Bungsu. si Bungsu menarik nafas panjang. Mengatur lagi pernafasannya yang seperti akan meledak dipiting tadi.
Lalu ketika orang itu tengah merangkak bangkit, dia menendang pelipisnya dengan kuat. Bekas tentara itu tercampak lagi ke lantai. Namun dia benar-benar ulet, dia merangkak lagi bangkit. Si Bungsu membiarkannya untuk coba bangkit. Ketika lelaki itu belum begitu sempurna tegaknya, dia menendang kerampang tentara Australia itu.
Terdengar suara berderak. Mata bekas tentara itu membelalak. Tangannya seperti tangan temannya tadi, memegang kerampangnya. Mulutnya mengeluh. Dan tubuhnya rubuh. Ketika dia rubuh, temannya yang kena tendang duluan tengah berusaha bangkit. Namun si Bungsu menendang rusuknya. Dan lelaki ini rubuh lagi. Kini keduanya tak bergerak. Pingsan!
Si Bungsu tegak. Menghapus darah yang masih melelh dari hidung dan bibirnya akibat pukulan tadi.
Lalu menoleh pada Mei-Mei yang masih terbaring pingsan. Tubuh gadis itu hampir telanjang. Dia mengambil selimut. Menutupkannya ke tubuh gadis itu. Kemudian mengangkatnya keluar.
Peritiwa itu segera saja membuat heboh. Polisi datang memeriksa. Mei-Mei dan beberapa saksi yang kebetulan mengintip ketika kejadian itu menceritakan bahwa bekas tentara Australia itu mati karena akan memperkosa Mei-Mei. Yang membunuhnya adalah seorang anak muda dari Indonesia.
Tapi ketika pintu kamar anak muda itu dibuka, dia tak ada lagi disana. Si Bungsu tahu bahwa pembunuhan di kota besar seperti Singapura ini tak akan didiamkan begitu saja. Makanya dia cepat-cepat menyingkir dari hotel Sam Kok itu. Dia meja dia tinggalkan uang sewa penginapan.
Mei-Mei merasa matanya basah begitu mengetahui bahwa anak muda itu telah meninggalkan hotelnya.
Dan peritiwa itu ternyata dipeti-eskan. Sebab, bagi pejabat Singapura, adalah rumit juga menuntut kedua bekas tentara Sekutu yang masih hidup itu ke pengadilan.
Namun si Bungsu tak pergi jauh. Hanya berjarak seratus meter di kiri hotel Sam Kok itu ada lagi hotel bernama International. Hotel itu kecil saja, meski mereknya International namun di dalamnya serba brengsek. Si Bungsu memilih hotel itu hanya karena letaknya yang strategis. Berada tepat di depan jalan yang menuju dermaga di pelabuhan.
@
Tikam Samurai - III