Tikam Samurai - 65

Salim memberikan pelajaran yang telah dia terima selama tiga tahun ini. Baik pelajaran yang telah dia kuasai. Maupun pelajaran dalam taraf dilatih. Ternyata pelajaran Mei-mei maju dengan sangat cepat. Malah kini dia sangat sukar menundukkan gadis itu. Dalam rimba persilatan, memang terdapat apa yang disebut anak anak ajaib. Di Tiongkok, yaitu tempat asal muasal silat yang ada di seluruh dunia, anak ajaib di kalangan persilatan ini lahir satu atau dua orang dalam seratus tahun.
Itupun sangat sulit menemukannya. Kalau ada, maka sejak lahirnya anak itu senantiasa menjadi rebutan kalangan persilatan. Sebab bisa diduga, siapa saja yang berhasil menjadikannya murid, pastilah perguruannya akan menjadi perguruan yang disegani. itu pulalah yang terjadi pada ayah dari kakek Mei-mei. Bu Beng Kiam Hiap dari Tinggoan yang terkenal itu. Ayah kakeknya ini, lahir di biara Budha. Biara itu milik perguruan Bu Tong Pay. Kala itu Biksu Bu Tong Pay yang melihat pertama kalinya sangat terkejut. Diam diam dia memelihara anak itu. Namun Biksu itu membuat suatu kesalahan. Dalam rangka mengamankan anak itu agar tak sampai jatuh ke tangan perguruan lain, dia sampai sampai tak membenarkan ayah ibunya menemui si anak.
Ini sudah keterlaluan- Suatu malam anak itu diculik oleh ayahnya sendiri. Dan si ayah hampir mati di tangan si Biksu. Namun saat itu muncul seorang pendekar dari perguruan Siaw Lim Pay, yang menolong ayah dan ibu anak itu dari kematian. Membawa ketiga beranak itu ke perguruannya. Dan tentu kehadiran anak itu disambut dengan kaget dan gembira oleh guru guru besar perguruan tersebut. Akhirnya ayah kakek Mei-mei menjadi pesilat yang kesohor. Kesohor karena dia selalu muncul di saat saat genting.
Dimana ada penindasan dari yang kuat pada yang lemah, di sana dia muncul dan turun tangan menolong. Siapa sangka, cucu buyutnya yang lahir di Indonesia juga mempunyai susunan tulang seperti dia. Dan kini menjadi murid dari Perguruan Silat Tuc di Minangkabau. Datuk Penghulu tak memiliki banyak murid. Bukannya tak ada orang yang ingin berguru padanya. Cukup banyak orang yang datang. Tapi dia selalu menolak dengan halus. Kini muridnya hanya tiga orang. Si Upik anaknya, Salim kemenakannya dan Mei-mei. Hanya tiga orang. Namun dia merasa puas dengan ketiga muridnya ini. Salim dan Mei-mei menjadi dua sahabat. Kehadiran Mei-mei di rumah Datuk Penghulu tak banyak diketahui orang. Pertama karena rumah Datuk itu terletak di tengah kebun yang luas, selain itu dikelilingi pula oleh hutan bambu di daerah Padang Gamuak. Di daerah itu hanya ada beberapa rumah.
Mei-mei juga sangat menyayangi Upik. Gadis kecil ini tak punya abang dan tak punya kakak. Itulah kenapa dia memanggil Mei-mei dengan sebutan Uni. Mei-mei senang punya adik seperti dia. Baik Datuk Penghulu maupun istrinya, sangat menyayangi Mei-mei. Gadis itu sangat pandai membawa diri. Dia sudah bisa bertanak dan menggulai. Pandai merendang dan membuat dendeng.
Mei-mei gadis yang tak segan bekerja keras membantu istri Datuk Penghulu. Hari ini, selesai latihan Salim mengawani si Bungsu. Dia ingin membawa anak muda itu berjalan jalan keliling rumah untuk melatih kakinya. Mereka berjalan di bawah pohon bambu. Kemudian tengah hari mereka kembali kerumah. Si Bungsu duduk di bawah pohon jambu di depan rumah tersebut, dikawani oleh Salim. Salim menceritakan kemajuan kemajuan yang dicapai oleh Mei-mei dalam latihan silat.
“Saya dengar mak Datuk bercerita tentang perkelahian engkau dengan penyamun penyamun di Penginapan itu ..” Salim berkata setelah dia bercerita tentang kemajuan Mei-mei dalam silat.
“Oh ya ..?”
“Ya. Saya ingin sekali belajar mempergunakan samurai itu. Apakah sulit belajarnya ..?” Si Bungsu tersenyum.
“Ilmu silatmu cukup tinggi. Saya pernah mencoba belajar. Namun tak pernah bisa. Saya memang tak ada jodoh untuk jadi pesilat. Mempergunakan samurai inipun hanya karena takdir saja. Kekerasan tekad untuk membalas dendam”.
Dia lalu menceritakan nasib keluarganya. Nasib yang menimpa diri mereka. cerita itu pernah dia Ceritakan pada Datuk Penghulu Basa dan istrinya ketika lima belas hari dia terbaring. Dia juga menceritakan nasib yang menimpa diri Mei-mei kepada kedua suami istri itu. Itulah sebabnya kenapa suami istri kusir bendi itu merasa sayang pada Mei-mei. Mereka menganggap Mei-mei sebagai kakak si Upik. Dan kini si Bungsu menceritakan perihal dirinya pada Salim.
“Saya tak menyangka demikian pahitnya hidupmu Bungsu ..” kata Salim, setelah si Bungsu selesai bercerita.
Si Bungsu menarik nafas panjang, ketika Salim permisi sembahyang ke Mesjid di tepi jalan besar di luar hutan bambu ini, si Bungsu tegak dan berjalan perlahan dengan dibantu sebuah tongkat kerumah. Di ruang tengah dia melewati istri Datuk Penghulu yang tengah sembahyang. Dia ingat belum sembahyang lohor. Tapi dalam keadaan sakit begini apakah dia mungkin untuk sujud? Sembahyang duduk sajakah? Dia mencari kain sarungnya. Mungkin dijemur. Dia kembali lewat di ruang tengah. Akan ke belakang mencari Mei-mei untuk mengambil sarungnya. Namun di pintu ruang tengah dia tertegak seperti patung.



@



Tikam Samurai - 65