Tikam Samurai - 78

Ketiga Jepang itu tegak terengah-engah. Mereka tegak dalam reruntuhan pohon bambu. Yang kelihatan kini sebatas leher ke atas. Sebatas leher ke bawah ditimbuni oleh pohon bambu. Suatu saat mereka melihat sesosok tubuh di arah pangkal pohon bambu itu, tapi karena gelap tak jelas wajahnya.
“Siapa di sana!!” si sersan membentak sambil berusaha mengangkat bedilnya yang terhalang oleh pohon bambu. Kedua temannya menoleh pula ke sana.
“Saya si Bungsu. Siapa diantara kalian bernama Atto, dan berpangkat Syo-I (Letnan dua) ?” ujar si Bungsu.
Nama yang dia tanyakan itu adalah nama pimpinan regu yang senja tadi memperkosa Mei-Mei, si Upik dan Tek Ani.
“Hei Bungsu Lebih baik kau menyerah. Kalau tidak. kau bisa ditembak..,” sersan mayor itu kembali menggertak.
“Jawab pertanyaanku. Ada diantara kalian yang bernama Atto?”
Suara si Bungsu terdengar dingin, menegakkan bulu roma yang mendengar. Jepang-Jepang ini tak mengetahui siapa si Bungsu. Tak ada cerita mengenai diri anak muda itu yang nampaknya hanya bersenjatakan sebuah tongkat itu.
Si sersan mayor itu berusaha mencampakkan bambu yang menghalanginya. Kemudian bergegas ke arah si Bungsu untuk menantangnya dengan jurus karate. Namun si Bungsu sudah sampai pada puncak sabarnya. Dia melangkah dua langkah di atas pohon bambu yang rubuh setinggi pinggang itu. Kemudian membabat bambu yang menghalangi sersan mayor tersebut. Kini sersan mayor itu bebas. Dia mengangkat bedilnya. Namun saat itulah samurai ditangan si Bungsu bekerja. Tangan Kempetai yang memegang badil itu potong keduanya. Dia meraung-raung .
“Jawab pertanyaanku. Dimana Atto!!”
Namun sersan itu bukan menjawab, dia memaki dan memerintah anak buahnya untuk menembak.
“Bageroo uteeee (tembak)” pekiknya.
Namun tak ada letusan sebuahpun. Sebab yang seorang senjatanya telah tercampak entah kemana ketika dia berusaha menghindarkan runtuhnya pohon bambu tadi. Yang satu lagi bedil memang masih di tangannya. Tapi untuk mengangkatnya ke atas untuk menembak tak mungkin. Sebab terhalang oleh pohon bambu yang menjepit tubuhnya. Saat berikutnya, suara sersan terhenti. Kepalanya belah di makan samurai si Bungsu. Perlahan si Bungsu menoleh pada kedua Kempetai yang masih tinggal.
“Kini katakan. Siapa di antara kalian yang bernama Atto?”
Dan kedua Kempetai ini ternyata juga manusia biasa, yang punya sikap amat takut mati. Begitu melihat komandannya mati dengan kepala terbelah, dan melihat mereka tak bisa selamat dari anak muda luar biasa hebat, tubuh mereka pada menggigil, yang satu malah menangis.
“Sho-I Atto ada di markas. Dialah yang memperkosa istri tet..tuan. Kami tet..tak ikut. Ampunkan kami. . .”
Si Bungsu merasa jijik pada tentara yang meminta belas kasihan itu. Dia tahu, mereka ikut dalam memperkosa keluarga Datuk Penghulu dan Mei-mei malam tadi. Dia ingin membunuhnya saat ini. Namun kedua orang itu dalam keadaan tak berdaya. Terhimpit dan terkalang oleh kedua bambu. Dan dia tak mau membunuh orang yang tak dapat melawan.
Samurainya berkelebat. Kedua Kempetai itu terpekikpekik. Tapi mereka segera menjadi malu. Ternyata samurai di tangan anak muda itu hanya membabat rumpun bambu yang menghimpit tubuh mereka. Dan tiba-tiba mereka bebas. Yang masih memegang bedil, segera menikamkan sangkur di ujung bedilnya ke perut si Bungsu yang jaraknya hanya sedepa. Namun si Bungsu lebih cepat. Dia menunduk dalam-dalam. Kemudian…
Srep..!!
Samurainya menikam jantung si Kempetai hingga tembus ke belakang. Kempetai yang satu lagi, yang bedilnya sudah tercampak entah kemana segera mengambil langkah seribu.
Lari…
Tapi malang, dalam paniknya d ia ternyata lari ke arah rumah Datuk Penghulu yang sudah menjadi abu. Dan dia terhenti, ketika di depannya tegak sesosok tubuh. Datuk Penghulu. Dari panik, dia menjadi nekad. Dia memasang ancang-ancang karate, dan menyerang Datuk itu dengan serangan bernama reng-geri. Yaitu serangan dua kali tendangan yang amat cepat. Yang pertama mengarah ke dada yang kedua ke perut.
Malang Kempetai ini. Lawannya adalah Datuk Penghulu. Hanya dengan sedikit memiringkan tubuh, kedua tendangan itu mengenai tempat kosong. Namun Kempetai itu, yang memiliki sabuk coklat karate, segera menyerang lagi dengan tiga pukulan yang amat cepat. Yaitu pukulan Sam-Hong Tsuki yang mengarah ke kening dan dua pukulan kejantung.
Tapi Datuk Penghulu adalah guru gadang silat Kumango. Pukulan itu tidak dia tangkis, melainkan dia biarkan lewat di sisinya. Lalu dengan suatu gerakan menyamping yang amat cepat, sikunya masuk ke rusuk si Jepang. Terdengar suara berderak dari dalam. Jepang itu terhenti nafas, tapi kembali terpekik.



@


Related Posts

Tikam Samurai - 78