Tikam Samurai - 228

“Kita sudahi saja cepat anak ini…” kata yang memakai samurai.
Dan keempat mereka nampaknya sepakat untuk “menyudahi” orang Indonesia itu.
Si Bungsu sudah pasrah pada nasibnya. Tanpa dia sengaja, jari jemarinya meraba cincin bermata berlian di jari manisnya.
Cincin pemberian Salma. Sesaat dia teringat pada gadis itu. Teringat pada kampung halamannya. Pada Situjuh Ladang Laweh. Pada Gunung Sago dan Payakumbuh.
Tugasku selesai, aku rela mati di sini, hatinya berkata perlahan begitu keempat lelaki itu mengambil ancang-ancang untuk menyudahi nyawanya.
Dia menatap keempat anggota Beruang Gunung itu. Menatap dengan tak berkedip.
Namun saat itu terdengar seseorang batuk di pintu.
Keempat anggota Kumagaigumi itu menghentikan gerakan mereka dan menoleh ke pintu. Si Bungsu juga menoleh ke pintu. Lewat keempat tubuh lelaki itu dia melihat seorang lelaki Jepang tegak di pintu. Lelaki yang baru muncul itu berambut sangat pendek. Hanya satu senti.
Tubuhnya agak gemuk. Memakai kimono berwarna coklat. Dia tegak dibalik pintu yang telah ditutupkan. Rupanya tak seorangpun yang tahu kapan dia membuka pintu dan masuk kemudian menutupkan pintu.
Kini dia tegak dengan kepala menunduk.
“Siapa kau?” bentak yang memegang tombak.
Lelaki itu masih menunduk.
Di tangannya dia memegang sebuah tongkat panjang. Dan si Bungsu segera mengenali, bahwa tongkat di tangan lelaki itu mirip dengan “tongkat” yang selalu dia bawa.
Tongkat di tangan lelaki itu pasti samurai! Tapi berlainan dengan samurai yang dia miliki, samurai di tangan lelaki itu nampaknya lebih kecil ukurannya. Meski panjangnya sama, tapi lebarnya berbeda.
“Siapa kau!!” yang bertombak itu membentak lagi. Dengan masih menunduk, terdengar suara lelaki yang baru muncul itu perlahan:
“Hmmm… alangkahnya tak bermalunya. Ramai-ramai mengeroyok orang asing di kota ini”
Keempat lelaki itu saling pandang sesamanya. Mereka sungguh mati tak pernah mengenal lelaki ini. Si Bungsu juga heran.
Dia tak pernah mengenal lelaki ini sebelumnya. Mengapa lelaki tak dikenal ini tiba-tiba saja muncul dalam kamarnya?
“Engkau pemilik samurai ini orang asing?” lelaki itu bertanya perlahan. Dan di tangannya rupanya telah tergenggam samurai si Bungsu yang tadi disepakkan ke dekat pintu oleh anggota Kumagaigumi itu.
“Ya….” Kata si Bungsu perlahan.
“Nah, ambillah kembali…” lelaki asing yang baru datang itu berkata dan tiba-tiba melambungkan samurai itu tinggi-tinggi. Melewati kepala keempat anggota Kumagaigumi itu. Dan tanpa dapat dicegah jatuh tepat di depan si Bungsu.
Sudah tentu si Bungsu tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan sisa tenaga, dia menyambar samurainya itu.
Keempat anggota Kumagaigumi itu bukan main berangnya. Mereka sesaat melupakan si Bungsu yang tak berdaya. Serentak mereka menyerang orang lancang yang baru masuk itu.
Namun yang berada paling depan, yaitu yang memakai samurai, terpekik dan terguling rubuh. Dia mendekap mukanya yang berdarah.
Ketiga lelaki lainnya segera maju. Namun lagi-lagi mereka terpekik. Dan kali ini, dua diantaranya mati. Yaitu yang memegang tombak bercabang tiga dan yang memekai rantai!
Si Bungsu sendiri kaget bukan main melihat kecepatan lelaki ini. Dia seperti tak melihat pada keempat anggota Kumagaigumi itu. Namun gerakannya demikian cepat. Samurainya berkelabat seperti kilat yang amat sulit diketahui.
Dua orang anggota Kumagaigumi yang masih hidup jadi kaget. Mereka kini terjepit antara dua lelaki yang kemahirannya bersamurai bukan main. Yaitu antara lelaki baru masuk itu di pintu, dengan orang Indonesia itu dibahagian dalam kamar.
“Sis…siapa engkau….?” Yang memakai tombak itu bertanya gugup.
Lelaki itu mengangkat wajahnya. Dan dengan kaget, baik si Bungsu, terlebih lagi anggota Kumagaigumi itu mengetahui, bahwa lelaki ini ternyata buta!
“Zato Ichi….!” Suara anggota Kumagaigumi itu terdengar seperti tangisan.
Lelaki yang buta itu menunduk. Dan yang tak tanggung-tanggung kagetnya adalah si Bungsu. dia kaget mendengar nama Zato Ichi itu.
Siapa di antara orang di Jepang yang tak mengenal dan mendengar nama Zato Ichi?
Nama itu sebuah legenda. Nama seorang pahlawan rakyat Jepang.
Seorang lelaki buta yang kecepatan samurainya hampir-hampir tak tertandingi. Dan dengan kemahiran bersamurai itu, meskipun buta, dia malang melintang di seluruh tanah Jepang. Berkelana dari satu negeri ke satu negeri menegakkan keadilan. Dia seperti malaikat penolong orang-orang teraniaya.



@



Tikam Samurai - 228