Tikam Samurai - 120

Pada saat itulah Akiyama menyerangnya. Babatan pertama didengar si Bungsu suitan anginnya. Dia menangkis! Tapi inilah kesalahannya. Tangkisannya justru mendatangkan bencana. Akiyama benar-benar seorang yang tangguh. Kini dia menyerang dengan segenap konsentrasi dengan dukungan moril yang tak tanggung-tanggung dari komandan dan teman-temannya.
Begitu samurai mereka beradu, begitu tangan si Bungsu terasa pedih pada telapaknya yang memegang hulu samurai itu. Namun dia masih menangkis serangan kedua. Dan kali ini tak tertahankan lagi, smurainya terpental ke udara!
Dan babatan berikutnya datang! Si Bungsu terkejut, namun dia segera ingat lompat tupai! Tapi tak urung behunya dirobek samurai begitu dia akan membungkuk.
Dia bergulingan empat kali ke belakang. Dan saat itu telinganya menangkap bunyi sesuatu yang meluncur turun. Dan crepp! Samurainya menancap sehasta disampingnya. Dia sambar dengan cepat, dan kini dia tegak!
Semua orang, tak terkecuali satupun, termasuk Fujiyama pada menarik nafas. Lalu tepuk tangan pecah dengan gemuruh. Mereka melihat sesuatu pertarungan yang bukan main. Namun beberapa pejuang Indonesia, yang pernah melihat makan tangan anak muda ini jadi kaget. Kenapa si Bungsu begitu lamban dan sempat terluka?
Darah merah memang mengalir membasahi baju gunting cina si Bungsu dipunggungnya. Namun luka itu tak begitu menyakitinya. Hanya luka sayatan yang agak dalam.
Akiyama menarik nafas panjang. Menahannya pada rongga dada. Mengeluarkannya sedikit sekali dengan bunyi yang ganjil. Kemudian menarik nafas lagi panjang-panjang lalu menahannya. Mukanya merah. Dan dia maju lagi dalam kuda-kuda yang mantap.
Si Bungsu memutar tegak. Dia melangkah dengan langkah biasa saja. Dan tentara-tentara Jepang takjub dan heran atas langkah yang tak menurut semestinya itu.
Tak ada yang berani bersuara. Semua pada terdiam. Si Bungsu masih melangkah melingkar. Dan Akiyama seperti memburunya. Dan tiba-tiba kembali Akiyama menyerang. Kali ini si Bungsu tak berani menangkis dengan samurainya. Dia juga balas menyerang sambil mengelak.
Tapi lagi-lagi dia terlambat! Sebuah sabetan melukai dadanya. Kali ini tidak hanya sekedar luka goresan. Tapi benar-benar luka yang dalam. Baju dan kulitnya menganga. Darah mengucur. Beberapa penduduk pada terpekik.
Para anggota Heiho, Gyugun dan pejuang pejuang-lainnya diam-diam pada berdoa untuk keselamatan anak muda ini. Beberapa orang diantara mereka justru ada yang menitikkan air mata.
Tapi si Bungsu masih tegak. Dua jurus berlalu sejak serangan pertama. Rasa sakit dan pedih terasa mencucuk. Dan tiba-tiba si Bungsu ingat lagi betttapppa Akiyama menghantam luka dibahunya ketika dia tertangkap di Koto Baru dahulu. Dan dia teringat betapa sambil duduk Akiyama menghantam perut Datuk Penghulu sampai belah dan putus ususnya.
Dia teringat latihannya beberapa hari yang lalau dibelakang rumah Salma. Betapa gadis itu melemparnya dengan delapan putik jambu sementara matanya terpejam. Konsentrasi! Bukankah itu yang tak dia lakukan? Bukankah selama ini dia mengandalkan kecepatan dan pendengarannya yang amat terlatih?  Bukankah Salma telah menunjukkan hal itu padanya beberapa hari yang lalu?
Dan tiba-tiba si Bungsu mengatur pernafasan. Menggertakkan gigi. Dan tiba-tiba dia duduk bersila di tanah. Dududk membelakangi Akiyama. Dan duduk memejamkan mata! Memusatkan konsentrasi dengan samurai yang berada dalam sarungnya dan terpegang ditangan kiri!
Akiyama tak mau tertipu. Meski orang yang melihat jadi kaget dengan sikap anak muda ini. Apakah anak muda ini telah menyerah? Tak mungkin. Sebab sudah ada dalam peraturan, bahwa seorang samurai yang menyerah haruslah melemparkan samurainya kehadapan lawannya dan harus menghormat dengan menunduk ke tanah seperti orang sujud. Dan hal ini tidak dilakukan oleh si Bungsu, berarti dia masih melawan!
Akiyama mulai melangkah mendekat. Dia tak mau menyerang dari belakang. Sebagai seorang satria, pantang baginya menyerang dari belakang. Kini dia menapak tegak kehadapan si Bungsu.
Sementara itu si Bungsu benar-benar telah memusatkan inderanya. Dia kini tidak hanya mendengar langkah Akiyama yang mengitarinya. Kini dia harus memisahkan suara-suara yang masuk ke inderanya itu. Memisahkannya dan memusatkan pendengaran pada langkah dan angin yang ditimbulkan oleh perpindahan samurai Akiyama.
Lambat-lambat Akiyama menghayun samurai. Kemudian menggeser tegak. Lalu tiba-tiba dengan pekik Banzaaii yang mengguntur, ia melakukan serangan penutup. Dua kali bacokan membelah kepala. Dua kali bacokan menebas leher dari kiri kekanan. Dan dua kali tusukan ke dada!
Namun gerakan itu terbaca oleh si Bungsu yang memejamkan mata. Tangannya bergerak mencabut samurai. Serangan pertama dia tangkis dengan melintangkan sarung samurainya dikepala. Serangan kedua dengan mengayunkan samurai itu. Dan serangan berikutnya dia elakkan dengan berputar, kemudian lebih cepat beberapa detik dari kelajuan samurai Akiyama!



@



Tikam Samurai - 120