Tikam Samurai - 369

”Ya. Memang ada pesawat militer yang akan ke sana. Maaf, apakah Nona ada membawa surat keterangan?”
”Ada…”
Michiko lalu membuka sebuah tas kecil. Mengeluarkan pasport, visa dan beberapa surat keterangan lainnya. Lalu menyerahkan pada mayor itu.
”Anda seorang turis?”
”Ya”
”Aneh. Maaf, maksud saya, adalah sesuatu yang agak luar biasa kalau memilih Sumatera Barat sebagai tempat melancong dalam situasi yang begini. Negeri itu sebenarnya memang negeri yang indah, Nona. Gunung berjejer. Sawah berjenjang. Ada ngarai dan air terjun. Bunga mekar sepanjang tahun. Tapi saat ini masih bergolak. Kalau saya boleh menyarankan, barangkali bisa memilih Bali atau Danau Toba. Yaitu kalau ingin sekedar jalan-jalan….”
Michiko menunduk.
”Ada seseorang yang saya cari di sana, Mayor….” akhirnya dia membuka kartu.
”Nah. Saya sebenarnya telah menduga hal itu. Kalau demikian lain persoalan. Apakah dia seorang yang telah lama di Sumatera Barat?”
”Dahulu dia dilahirkan di sana. Tapi saya mengenalnya di Jepang. Dia baru datang dari Australia. Barangkali baru sepekan dua ini….”
”Dari Jepang dan Australia?”
”Ya”
Mayor itu mengerutkan kening. Menatap pada Michiko seperti menyelidik.
”Apakah dia bekas seorang sahabat?” tanyanya.
Michiko ragu, tapi kemudian mengangguk.
”Seorang pemuda?”
Michiko tak menjawab.
”Maaf. Saya hanya ingin memudahkan urusan Nona” ujar mayor itu ramah.
”Ya. Dia seorang pemuda…”
Mayor itu mengangguk maklum. Kemudian menoleh pada seorang staf yang duduk di meja di kanannya. Mengatakan sesuatu. Stafnya itu, seorang letnan, lalu berdiri. Membuka sebuah lemari yang dipenuhi laci-laci. Melihat sederatan map yang diberi kode bernomor-nomor. Mengambil sebuah di antaranya. Map berwarna biru. Menyerahkannya pada Mayor tersebut yang lalu membuka map tersebut. Menatap sebuah halaman berfoto. Kemudian menatap kembali pada Michiko.
”Pemuda itu bernama Bungsu?”
Ujar Mayor itu perlahan. Michiko kaget. Jantungnya seperti berhenti berdegup.
”Apakah memang benar dia orang yang Nona cari?”
Michiko masih belum bisa bersuara. Namun akhirnya dia mengangguk dan balik bertanya.
”Apakah dia memang berada di Sumatera Barat?”
”Ya, dia memang kembali ke sana. Dulu dia juga menompang pesawat khusus yang mengangkut militer. Pesawat Hercules yang sebentar lagi akan berangkat. Maaf, ini fotonya, bukan?” mayor itu memperlihatkan map tersebut.
Michiko melihat foto si Bungsu di sana.
”Ya…” katanya antara terdengar dan tidak, sementara jantungnya berdegub kencang melihat foto itu.
Mayor itu menarik nafas panjang. Menutup map di tangannya.
”Saya tidak tahu apa maksud Nona mencarinya, mudah-mudahan untuk kebaikan kalian berdua. Kalau benar dia yang ingin Nona temui di daerah bergolak itu, Nona bisa ikut dengan pesawat militer yang akan berangkat sebentar lagi…” ujar mayor itu akhirnya.
Michiko menarik nafas lega. Dan siang itu dia memang berangkat dengan pesawat Hercules menuju Padang. Ikut bersama prajurit-prajurit PGT dan Infantri yang akan betugas di sana. Bahkan sesampai di Padang dia mendapat tompangan dengan jip militer yang kebetulan langsung ke Bukittinggi dari lapangan Tabing. Jip militer itu mengantarkannya sampai ke Hotel Indonesia, di daerah Stasiun Kota Bukittinggi. Disanalah dia menginap, sambil mencari informasi di mana si Bungsu, musuh besarnya!
--o0o--
Pagi itu, ketika si Bungsu keluar hotel, setelah subuh tadi didatangi mimpi yang amat menakutkan, di hotel yang sama Michiko memang telah lebih dahulu keluar. Gadis itu menikmati udara pagi yang amat sejuk. Hari itu hari Sabtu. Hari dimana pasar besar di kota tersebut. Dari hotel Michiko berjalan perlahan ke arah pasar. Hari masih pagi benar. Embun masih menebarkan dirinya seperti awan tipis. Menggantung rendah di permukaan bumi. Tapi orang sudah ramai. Berjalan bergegas. Ada yang menjunjung bakul di kepala. Ada yang menolak gerobak beroda satu yang sarat oleh sayur-sayuran. Semua bergegas seperti memburu sesuatu. Beberapa orang di antara mereka menoleh pada Michiko. Barangkali merasa sedikit heran melihat seorang gadis berjalan sendirian di pagi buta begitu. Sesuatu yang kurang lazim di kota tersebut.
Pagi itu si Bungsu mengurungkan niatnya untuk pulang ke Situjuh. Kedatangan Michiko merobah niatnya itu. Apapun maksud kedatangan gadis itu, satu hal adalah pasti. Yaitu mencari dirinya. Dan dia tahu, bahwa gadis itu akan menuntut balas kematian ayahnya. Dia tak boleh pergi.



@



Tikam Samurai - 369