Tikam Samurai - 388

Selama terjadinya pergolakan sudah dua kali peristiwa yang merenggut begitu banyak korban. Pertama penyerangan ke kota Bukittinggi, kedua pencegatan di Lembah Anai. Dua tragedi itu meninggalkan bekas yang sangat dalam dan tak mudah dilupakan. Apalagi mayoritas yang tewas dan serangan ke Bukittinggi adalah penduduk sipil. Sementara mayoritas korban di lembah anai adalah anak-anak sekolah dan juga sipil! Peluru tidak pernah bisa membedakan mana orang yang terlibat pertempuran mana yang tidak.
Si Bungsu mencari informasi keberadaan Michiko.Namun tak seorang pun perawat itu yang mengetahui ada seorang gadis Jepang yang dikirim kerumah sakit itu. Dua anak SGKP yang kebetulan menaiki bus yang sama dengan Michiko juga tidak tahu apa yang terjadi dengan gadis itu.
“Kami mengetahui keberadaannya di dalam bus, soalnya, selain orang asing, dia amat cantik, ramah dan rendah hati pula. Di Bus dia menjadi sahabat semua orang, tapi ketika sopir tertembak dan bus bersandar ke dinding batu, semua kami pada berhamburan keluar menyelamatkan diri. Beberapa teman termasuk saya terkena tembakan setelah berada di luar. Saat keluar dari bus itu kami tak mengingat apapun,kecuali mencari perlindungan kedalam hutan terdekat….” tutur gadis yang perutnya terkena tembakan itu.
Tapi baik gadis anak SGKP itu maupun dua perempuan lainnya yang berada satu bus dengan Michiko, mengatakan bahwa mereka semua mereka mendaki tebing terjal. Mencari pohon atau bebatuan yang bisa dijadikan perlindungan dari terjangan peluru. Malangnya mereka tidak tahu peluru datang nya dari mana, sehingga mereka harus dimana. rasanya tembakan dari depan, belakang, kiri, kanan, bahkan dari atas! nyaris tidak tempat berlindung sama sekali.
Siang itu si Bungsu di beritahu kalau ada dua tamu yang ingin menemuinyai. Ketika tamu datang, dua orang tentara berbaret merah disangkanya Letnan Fauzi dan Letnan Azhar. Ternyata dugaannya meleset.
“Assalamualaikum …”ujar anggota RPKAD berpangkat kapten yang baru datang itu sambil mengulurkan tangan.
“Waalaikumsalam…”Jawab si Bungsu sambil menerima salam tentara itu.
“Saya Syafrizal, sanak yang bernama Bungsu, kan?”
 “Ya…”
“Yang pernah ke Jepang dan berasal dari Situjuh Ladang Laweh?”
Si Bungsu heran dan menatap tentara itu. Darimana orang ini tahu siapa dirinya? “Bapak tahu nama saya dari mana?”
“Panggil saya Syafrizal saja. Saya tahu banyak tentang Sanak. Saya dengar dari Fauzi, ponakan saya..”
“Fauzi, anggota RPKAD itu..?”
“Ya, dia keponakan saya. Kami semua di Jakarta. Saat baru pulang dari bertugas di daerah ini, dia bercerita banyak tentang situasi di sini. Termasuk tentang Sanak. Apalagi kemudian saya ditugaskan menggantikan peleton yang dia pimpin di daerah ini. Kenalkan, ini Arif, teman saya..” ujar kapten itu memperkenalkan temannya yang sama-sama datang dengan dia, yang berpangkat sersan mayor.
Mereka lalu duduk di ruang tamu rumah sakit itu. Tiba-tiba si Bungsu dikejutkan oleh pertanyaan kapten Syafrizal.
“Sudah dapat kabar tentang Michiko?
“Beb…belum” jawabnya gugup dan berdebar.Kapten Syafrizal menceritakan bahwa setelah penyergapan di Lembah Anai itu Michiko ditemukan malam hari di atas sebuah batu besar, dalam keadaan terluka dan tak sadar diri. Karena ceita tentang si Bungsu yang “sahabat” PRRI maupun “sahabat” APRI sudah tersebar luas, maka kisah dia dicari gadis Jepang cantik bernama Michiko juga ikut tersebar luas. Itu sebab anggota PRRI yang menemukannya segera mengenali gadis Jepang yang luka itu adalah kekasih si Bungsu, dan mereka merasa berkewajiban menolongnya.
Atas perintah seorang perwira pasukan PRRI Michiko lalu dibawa dengan tandu ke barak rahasia PRRI di pinggang Gunung Singgalang, untuk diselamatkan. Barak rahasia itu dibuat untuk menerima suplay senjata dari Amerika, yang sering mengirim persenjataan dengan helikopter dari salah satu tempat di Laut Cina Selatan, atau mungkin dari Singapura. Bersamaan dengan sampainya mereka di barak tersembunyi tersebut, APRI yang telah mencium keberadaan barak rahasia PRRI itu sebagai salah satu tempat menunggu suplay senjata dari Amerika, menyerang tempat tersebut. Perwira PRRI itu meminta tolong kepada pilot helikopter Amerika bernama Tomas untuk membawa Michiko yang terluka ke Singapura.
Pilot itu semula menolak, tapi karena Michiko sudag dinaikkan ke heli, dan serangan APRI makin menjepit, heli itu berangkat dengan membawa Michiko.
Si Bungsu termenung mendengar penuturan Komisaris Polisi Syafrizal tersebut.
“Dari siapa cerita ini Sanak peroleh?” tanya si Bungsu perlahan.
“Kendati PRRI dan tentara Pusat berperang, namun sejak awal APRI memiliki kontak-kontak khusus dengan beberapa perwira PRRI.



@



Tikam Samurai - 388