Malaya tak ingin Indonesia mencapnya sebagai negara yang pro-Belanda. Berurusan dengan Indonesia jelas tak diingini oleh Malaya. Soalnya lagi, bukan karena takut dimusuhi Indonesia saja, melainkan kehadiran sebuah kapal perang tanpa setahu pemerintah setempat, memang bukan urusan yang sepele.
Awak kapal selam yang terbenam itu terpaksa diserahkan oleh pihak Konsulat Belanda kepada pemerintah Malaya. Mereka sempat dihukum masing-masing lima bulan. Barulah lewat saluran diplomatik yang ruwet, ke 45 orang awak kapal selam itu di pulangkan ke negeri Belanda.
Hanya saja, pihak Malaya tetap tak tahu, bahwa selain kapal selam yang meledak itu, masih ada kapal selam lain di perairannya. Bahkan ada empat atau lima kapal perang Belanda yang dikamuflase sebagai kapal dagang, yang berlabuh dengan tenang di antara ratusan kapal-kapal dagang lainnya di teluk Singapura!
Si Bungsu sebenarnya ingin sekali membongkar kedok Belanda itu. Dia menyelidiki kapal-kapal perang yang dipalsukan jadi kapal dagang itu, kemudian memberitahu pihak Malaya. Namun dia tak punya waktu lagi. Teman-temannya telah menyiapkan tiket untuk berangkat ke Dallas.
Apalagi tujuan utamanya adalah mencari Michiko, kekasihnya yang dibawa lari oleh seorang mantan pilot Amerika semasa Perang Dunia II, bernama Thomas. Pilot keturunan Inggeris – Spanyol. Sehari menjelang berangkat, mereka berkumpul di rumah Fabian, dimana si Bungsu menginap selama di Singapura.
‘’Besok engkau akan berangkat dengan Japan Airlines, kawan. Dari sini menuju Hongkong. Dengan pesawat yang sama ke Dallas lewat Hawai. Engkau akan ditemani oleh Tongky. Dia kenal baik kota itu, karena dia tinggal di sana sebelum Perang Dunia II,” ujar Fabian.
Fabian sendiri tak bisa ikut karena akan ke Inggeris mengantarkan ibunya. Namun setiap saat yang dibutuhkan, jika ternyata si Bungsu dan Tongky menghadapi kesulitan di Dallas, mereka akan datang.
‘’Jangan ragu-ragu memanggil kami. Barangkali kalian di sana akan terbentur dengan dinding kejahatan hebat bernama Mafia, siapa tahu bukan? Jika itu terjadi, beritahu kami, kami akan datang..’’
Si Bungsu amat berterima kasih atas setia kawan teman-temannya ini. Sebenarnya Fabian berkeras agar si Bungsu disertai teman-teman yang lain. Seperti Sony dan Miquel. Jadi mereka bisa berangkat berempat. Namun si Bungsu khawatir keberangkatan berempat itu akan memakan biaya besar dan akan menyulitkan dia bergerak mencari jejak Michiko. Sebagai jalan tengah, akhirnya dia berangkat duluan dengan Tongky.
Pesawat yang mereka tompangi itu adalah pesawat DC 10. Sejenis pesawat jet yang terhitung baru kala itu. Bermuatan sekitar lima puluhan orang. Namun dalam trayek menuju Hongkong, hanya separoh tempat duduk yang terisi.
Sebahagian besar adalah orang Hongkong, Singapura, Jepang dan beberapa orang Barat. Pintu pesawat hampir ditutup, ketika tiba-tiba seorang gadis berlarian. Nampaknya dia datang terlambat ke bandara.
‘’Maaf, pesawat saya baru mendarat dari Italia. Saya harus ke Amerika..’’ terdengar dia bicara pada pramugari dalam Bahasa Inggeris yang amat fasih.
Gadis yang baru datang itu nampaknya adalah juga seorang pramugari. Pakainnya menunjukan hal itu. Nampaknya dia dari perusahaan penerbangan Al-Italia. Ketika dia masuk, hampir semua mata menatap kagum padanya.
Gadis itu luar biasa cantiknya. Tak pelak lagi, dia pastilah orang Italia.
Kulitnya tak dapat dikatakan putih. Lebih tepat dikatakan coklat terang. Berhidung mancung dengan mata yang biru dan rambut hitam kelam. Gadis itu tersenyum ke kiri dan ke kanan. Sikapnya yang ramah sebagai pramugari tak bisa dia lepaskan, meski kini lagi tidak bertugas di pesawatnya.
Gadis itu duduk berseberangan dengan si Bungsu. Antara mereka berdua dibatasi oleh jalan di tengah pesawat. Tongky yang duduk di sebelah si Bungsu menyikut lengan si Bungsu sebagai isyarat. Si Bungsu menoleh dan tersenyum melihat kenakalan temannya itu.
Harus dia akui, gadis di seberang jalan kecil itu memang alangkah cantiknya. Namun dia hanya sekilas memandang gadis itu, ketika si gadis akan duduk.
Gadis itu sendiri sempat menoleh padanya, melemparkan sebuah senyum yang meninggalkan lesung pipit di pipinya yang montok. Kemudian dia kelihatan sibuk dengan tas tangan yang dia bawa. Dari dalamnya dia mengeluarkan sebuah majalah, lalu tenggelam dalam bacaan begitu pesawat mulai bergerak.
Tapi lima belas menit kemudian, ketika pramugrasi Japan Air Lines itu mulai membagi-bagikan makanan, gadis itu meletakkan majalahnya. Membuka sabuk pinggang, kemudian berjalan ke depan. Di depan, dimana pramugari JAL itu tengah menyiapkan makanan, gadis itu nampaknya menawarkan jasa baiknya. Dan meski ditolak oleh pramugari pesawat, gadis itu tetap berkukuh.
@
Tikam Samurai - V