Tikam Samurai - 437

Alat-alat negara bukannya tidak mau ikut campur, mereka bahkan berkali-kali bentrok dengan kelompok itu. bentrok dalam bentuk perang terbuka. Beberapa gembong klu klux klan telah ditangkap dan dihukum penjara,namun beberapa di bebaskan karena di jamin.
Si Bungsu termenung dihotelnya. Dia kini tahu sudah tentang organisasi itu, dia tahu kenapa Tongky dibunuh. Dia tahu kenapa organisasi itu berdiri, dari mana sumber dananya, dan siapa pemimpin tertingginya. Namun hanya itu, penjelasan yang garis besar, tidak dijelaskan siapa-siapa tokohnya di Dallas ini. Dan tentu tidak ada alamat rumah atau kantor. Kini akan kemana dia? sendirian dikota asing yang tak beralamat ini? Mencari pembunuh Tongky dimana? Semua jejak lenyap tak berbekas. Tak ada petunjuk, tak ada yang dikenal. Tongky menyebut nama sebagai penunjuk di kota ke Dallas ini yang bernama Alex.
Namun Alex dimana? mungkin ada ribuan orang bernama Alex dikota ini. Dimana dia bekerja? Tongky menyebutkan dia bekerja di wilayah utara, di Civilation City. Di salah satu kantor pemerintahan, kantor yang mana? Dan lagi Alex tanpa nama keluarga dibelakangnya, adalah sulit mencarinya, alex apa? Alex yr, Alex sr, Alex kincaid, Alex ferguson? Tak pernah disebut Tongky, tak pernah.
Tiba-tiba dia teringat pada polisi yang menyamar tersebut! Ya, polisi yang dia lumpuhkan itu sebenarnya adalah anggota klu klux klan, bukahkah polisi gadungan itu di tahan oleh polisi asli yang datang kemudian di rumah sakit? Dia harus kesana, ke kantor polisi untuk mencari jejak, walaupun sedikit!
“Anda tahu dimana kantor polisi nona?”dia bertanya pada gadis di front office hotel.
“Tahu beberapa buah, kantor polisi yang mana tuan inginkan tuan..”gadis berpakaian jaman Napoleon itu berkata. Si Bungsu tertegun, ya kantor polisi yang mana?
“Kantor polisi di wilayah ini..”akhirnya si bungsu menjawab.
“Hmm, kalau diwilayah ini berada di jalan st .petersbug, tiga blok dari sini sebelah kiri anda, akan ketemu sebuah sinagoge. Didepanya ada sebuah jalan kekanan, diujung jalan itulah kantor polisi tersebut…”
“Terima kasih Nona..”
Beberapa saat dia telah sampai dikantor polisi tersebut, nampaknya hanya seperti kantor polisi distrik atau polsek tidak begitu besar. Di depannya terparkir empat buah mobil polisi berwarna putih, coklat, warna khusus polisi dallas, dengan lampu merah panjang diatapnya. Kantor polisi itu sendiri terdiri dari dua lantai.
Tak ada yang mengacuhkannya ketika masuk. Banyak orang berlalu lalang dikantor tersebut.Di bahagian depan agak kekiri duduk seorang perempuan yang lagi menangis di depan seorang polisi yang sedang sibuk menulis sesuatu dibukunya. Kemudian dua orang pemuda berpakaian sembrawut setengah berbaring di kursi panjang tak jauh dari perempuan tersebut.
Mereka santai saja sambil mengunyah-ngunyah permen karet, di meja lain terdengar dua orang polisi berbantah tentang perempuan lacur yang barangkali mereka tangkap tadi malam. Dia menuju ketempat seorang polisi yang duduk dekat meja, polisi itu seperti mengisi teka-teki silang yang ada di majalah didepannya.
“Maaf, dapat tuan membantu saya?”polisi itu, usahkan menjawab, menoleh pun tidak. Dia hanya memberikan isyarat dengan ibu jari kirinya kearah kanan. Sementara matanya asik memandang gambar porno dimejanya.si Bungsu mengikuti arah ibu jari polisi itu, dan dikanannya ada seorang polisi wanita yang cantik yang tengah sibuk menerima telpon. Ketika berjalan kearahnya, polwan itu tengah menerima dua buah telpon sekaligus, sementara telepon ketiga yang ada dimejanya berdering-dering dengan keras.
Dia tak tahu apakah polwan ini operator telpon atau bahagian informasi. Dia tegak cukup lama didepannya, Ketika polwan itu melihatnya langsung memberikan pencil dan kertas pada si Bungsu,kemudian dengan isarat untuk menulis. Si bungsu melihat kertas itu adalah kertas tentang pengaduan di kantor polisi.
Di situ di suruh jelaskan nama pengadu, umur, alamat, pekerjaan, kemudian isi pengaduan, kapan terjadinya, dan situ juga tertulis pasal-pasal dan hukumannya kalau isi pengaduan nya bohong. Si pengadu bisa dipenjara beberapa tahun sesuai dengan kualitas kebohongannya, si Bungsu tidak mengisi apapun. Dan polwan itupun kembali menunjuk surat pengaduan itu, si Bungsu menjawabnya dengan menggeleng.
“Kalau tidak mengadukan apa-apa sebaiknya anda pergi,saya tak punya waktu..”kata polwan itu sengit.
Tak lama kemudian dia membanting kedua telpon yang ada ditangannya, lalu mengangkat telepon yang satunya, yang sejak tadi berering-dering terus.
“Ya! tidak! Lebih baik nyonya menelpon pemadam kebakaran. Tidak! saya katakan tidak. Kami tidak punya tangga untuk menurunkannya, telepon saja pemadam kebakaran. Mereka punya tangga sampai ke langit, anda cari saja nomornya di buku telepon…”kembali dia membanting telepon itu,Namun telepon itu berdering lagi.
“Nyonya, saya lapar. Belum makan tau..!”kembali dia membanting telepon itu.
Kembali memandang si Bungsu sambil menghenyakan pantatnya yang besar itu di kursi.
“Well, Tuan. Saya tidak punya waktu untuk anda. Jika anda tidak ada pengaduan apa-apa, saya harap anda menghindar dihadapan saya. Anda menghalangi orang lain yang ingin mengadu. Menghindarlah sebelum saya lempar dengan telepon ini…”



@



Tikam Samurai - 437