Tikam Samurai - 11

Saat itu Datuk Berbangsa tengah melihat betapa tangan kanan Jepang itu mulai bergetar dan secara perlahan pula, hampir-hampir tak kelihatan, bergerak mili demi mili mendekati gagang samurainya. Ini adalah gerakan pendahuluan. Tiba-tiba tangan itu bergerak cepat. Dan saat itu pula Datuk Berbangsa melompat ke kiri kemudian berguling di tanah dan tumitnya menghantam siku kanan Jepang itu. Sungguh sulit untuk diceritakan. Kejadiannya demikian cepat. Demikian fantastis. Hampir-hampir tak bisa dipercaya. Gerakan Samurai yang terkenal cepat itu terhenti tatkala samurainya baru keluar separoh.
Siku si tinggi besar itu kena dihantam tumit Datuk Berbangsa. Terdengar suara berderak. Jepang itu terpekik. Sikunya patah! Dia mencabut samurainya dengan tangan kiri. Tapi gerakan ini juga terlambat. Guru Silat Kumango itu telah mengirimkan sebuah tendangan lagi ke selangkangnya. Tubuh Jepang itu terangkat sejengkal, kemudian tertegak lagi di tanah. Mula-mula hanya agak hoyong. Masih berusaha untuk tetap tegak. Tapi Datuk Berbangsa telah tegak dan mengirimkan sebuah pukulan dengan sisi tangan kanannya ke leher Jepang itu.
Itu adalah sebuah serangan yang disebut ”Tatak Pungguang Ladiang” dari jurus Kumango yang terkenal ampuh. Tetakan dengan sisi tangan itu mendarat di leher Jepang tersebut. Begitu suara berderak terdengar, begitu nyawa Jepang itu berangkat ke lahat. Tubuhnya rubuh ke tanah tanpa nyawa! Hanya dalam sekali gebrak, serdadu Jepang itu mati! Beberapa saat suasana jadi sepi. Benar-benar sepi.
Keenam serdadu yang membuat lingkaran besar itu ternganga. Kapten Saburo sendiri hampir-hampir tak mempercayai matanya. Lelaki pribumi ini telah membunuh seorang samurai dari Jepang hanya dengan tangan kosong. Mungkinkah ini? Apakah ini tidak semacam sihir? Tapi ini memang kejadian. Dia tak melihat lelaki itu mempergunakan sihir sedikitpun. Serangan itu benar-benar sebuah serangan silat yang telak dan tangguh dari silat aliran Kumango!
Kini Datuk Berbangsa tegak dengan kaki dipentang. Tegak dengan gagah menatap kepada Kapten Saburo. Kapten itu memberi aba-aba dalam bahasa Jepang. Dua orang serdadu maju ke depan. Kedua mereka juga menyisipkan samurai di pinggang. Mereka kembali saling memberi hormat. Ini adalah perkelahian kaum satria. Salah satu dari Jepang yang maju ini bertubuh pendek dan kurus. Gerakannya gesit sekali. Yang satu lagi agak tinggi dengan tubuh sedang. Begitu habis memberi hormat, begitu dengan cepat sekali mereka menghunus samurai dan menyerang!
 Datuk itu berbarengan diserang dari muka dan belakang. Saburo dengan jelas sekali melihat kedua prajuritnya masing-masing mengirim serangan tiga jurus. Berarti Datuk itu diserang enam jurus dalam gebrakan pertama saja. Enam bacokan yang cepat dan terarah! Namun ketika kedua Jepang itu kembali tegak dengan diam sambil memegang samurainya, Datuk itu juga tegak tiga depa dari mereka dengan diam dan tak kurang satu apapun! Luar biasa!!. Tanpa dapat ditahan, dan diluar sadar, beberapa serdadu Jepang yang menyaksikan pada bertepuk tangan.
Saburo harus mengakui, bahwa Datuk itu memang patut mendapat tepuk tangan dari serdadu. Tatkala kedua serdadu itu tadi menyerang, Datuk Berbangsa segera bergulingan ke tanah. Dua kali bergulingan dia berhasil menghindarkan dua bacokan. Kemudian seperti kucing dia melompat bangun dengan gerakan seenteng kapas. Lompatannya tinggi dengan kaki dilipat. Dengan gerakan yang diperhitungkan ini, empat bacokan berhasil pula dia elakkan. Gerakan selanjutnya dia melompat dan menunduk sambil memutar. Gebrakan pertama berakhir.
Kini mereka saling menatap. Yang bertubuh agak sedang lambat-lambat mengingsut tegaknya. Telapak kakinya beringsut di pasir mili demi mili. Kedua tangannya dengan kukuh memegang hulu samurai. Kini jarak mereka hanya tinggal sedepa. Datuk Berbangsa memiringkan tubuh dengan jari kanan lurus di depan dada dan sudut mata memandang pada mata Jepang itu. Mereka tegak bertatapan. Tiba-tiba dengan sebuah pekik Bushido, sejenis pekik khas para pesilat Samurai, serdadu itu membuka serangan.
Namun ternyata Datuk Berbangsa lebih cepat lagi. Dia ternyata cepat menangkap jurus-jurus Samurai. Setiap samurai pasti mengawali gerakannya dengan membawa samurai itu agak ke kanan atau ke kiri sedikit. Gerakan ini diperlukan untuk memberi kekuatan hayun bagi samurai itu bila dibacokkan.
Hanya saja, makin tinggi kepandaian seorang samurai, makin tak kelihatan gerak mengambil ancang-ancang itu. Dan makin cepat dan halus pula gerakannya. Jepang ini gerakannya cukup cepat. Namun tak begitu cepat di mata Datuk yang guru silat Kumango ini. Sebagaimana jamaknya pesilat-pesilat tangguh, dia tidak melihat pada gerakan senjata lawan. Dia menatap langsung ke mata serdadu itu. Di sana pesilat-pesilat tangguh dapat membaca kemana gerakan tangan dan kaki setiap lawan. Itulah yang dilakukan oleh Datuk Berbangsa. Begitu tangan Jepang itu bergerak, dia segera mengetahui bahwa tangan Jepang ini akan bergerak sedikit ke kanan.
Dan kesempatan yang sedikit itulah yang dinantinya. Sebelum gerakan itu sempurna, dengan kecepatan loncatan seekor harimau tutul, dia melesat ke arah Jepang itu. Dan sebelum Jepang itu sadar apa yang terjadi, Datuk Berbangsa telah memiting leher Jepang tersebut. Kemudian dengan gerakan yang sempurna dia meremas kedua tangan si Jepang yang memegang Samurai. Jepang itu terpekik



@



Tikam Samurai - 11