Tikam Samurai - 152

Suman kini menuju ke arah Buluh Cina. Menjelang menuruni hutan ditepi Batang Kampar, dia tiba di kampung Kutik. Kampung kecil ini adalah persimpangan ke Pangkalan dan ke Buluh Cina. Ke Pangkalan jalan ke kiri dan Buluh Cina ke kanan.
Penghulu kampung itu segera menemuinya ketika melihat dia datang. Dan suman lalu menceritakan apa yang telah mereka alami.
“Ya. Baru sebentar ini kami melihat Bilal lewat. Nampaknya sangat terburu. Hingga kami tak sempat bertanya…”
“Kini tugas kita menghilangkan jejak jeep itu…” Suman berkata.
“Kau teruslah ke Buluh Cina, tentang jejak jeep ini serahkan pada kami disini. Jangan khawatir”
Suman jadi lega. Dia lalu melanjutkan perjalanan ke Buluh Cina. Dari desa Kutik itu dia harus meliwati hutan belantara sejauh dua kilometer. Baru kemudian tiba dikampung Bontu yang terletak ditepi Batang Kampar.
Dari kampung ini dia dapat kabar bahwa Bilal sudah diantar menyebrang ke Buluh Cina bersama anak muda yang luka itu. Senjata ditinggalkan disebuah rumah pejuang anggota fisabilillah di Bontu tersebut.
Dan dengan sampan, Suman diantar pula ke kampungnya. Ke Buluh Cina. Tugas utama mereka semua, yaitu menyampaikan berita pada keluarga Pak Rajab, bahwa dia selamat, kini bertambah tugas lain. Yaitu lari dari kejaran Belanda dan menyelamatkan nyawa si Bungsu.
Dan sepeninggalnya, penghulu kampung segera mengumpulkan penduduk yang jumlahnya hanya puluhan orang. Kepada mereka dia ceritakan  perjuangan yang telah dilakukan pejuang-pejuang dari Buluh Cina dan Perhentian Marpuyan itu.
Dan dengan semangat perjuangan yang tebal, penduduk ini segera turun tangan. Menghilangkan jejak jeep yang tadi dibawa oleh Bilal. Mereka bekerja sepanjang siang, sore dan malam. Dan menjelang Isya pekerjaan itu selesai. Mereka pulang dengan perasaan tenteram.
Kesibukan tentara Belanda segera saja meningkat karena kehilangan sebuah power wagon dengan enam belas tentaranya itu.
Malam itu juga sepasukan tentara yang terdiri sebuah truk penuh dan dua buah jeep bermitraliyur mendatangi Perhentian Marpuyan. Penduduk segera saja diinterogasi. Ditanya apakah mereka melihat jeep dan power wagon itu.
Penduduk Marpuyan yang jumlahnya tak sampai seratus orang itu telah “diatur” oleh pemilik kedai yang juga adalah Imam di kampung itu.
Dan semua penduduk dengan suara pasti menjawab bahwa mereka memang melihat jeep dan power wagon itu. Jeep yang pertama setelah menurunkan gadis dan ibunya itu terus ke arah Taratak Buluh. Tak lama kemudian datang power wagon dengan selusin tentara diatasnya.
Power wagon itu juga terys ke arah Teratak Buluh. Tentara Belanda itu meneruskan jalannya ke Teratak Buluh dalam usaha mencari jejak patroli yang tak kembali itu. Namun mereka dibuat kaget. Sebab di Teratak Buluh, tak satupun orang yang pernah melihat kedua kendaraan itu muncul!.
Mereka lalu kembali lagi ke Simpang Tiga. Yaitu ke Pos penjagaan terjauh dari kota Pekanbaru. Mereka hanya berani bergerak malam dengan kekuatan besar. Dan malam itu hanya sampai disana penyelidikan mereka. Mereka tak berani bergerak dimalam hari lebih lanjut. Takut akan serangan para pejuang.
Mereka menanti hari siang untuk melanjutkan pencaharian.
Dan begitu hari siang, pasukan segera ditambah dari Pekanbaru. Kini dengan enam buah kendaraan yang terdiri dari dua buah jeep bermitraliyur, dua buah kendaraan lapis baja, dan dua buah power wagon yang semuanya berkekuatan sempat puluh pasukan berpakaian loreng mulai bergerak meninggalkan Simpang Tiga. Tujuan mereka hanya satu, Perhentian Marpuyan.
Hari masih subuh, ketika kampung kecil itu sudah dikepung oleh tentara Belanda tersebut.
Semua penduduk dikumpulkan dilapangan dekat sebuah sekolah. Anak-anak, lelaki perempuan, tua muda, tak ada yang tersisa satupun. Termasuk didalamnya Liyas yang kemaren bersama si Bungsu menyikat Belanda di pendakian Pasir Putih itu.
Mereka dikumpulkan dilapangan dengan dikurung oleh panser dan jeep bermitraliyur yang dihadapkan pada mereka. Seorang KNIL segera maju. Kemudian mengajukan pertanyaan.
“Kalu kalian tak menjawab, maka kalian akan ditembak…” KNIL itu menggertak. Tak ada yang menjawab. Karena kanak-kanak malah mendekat panser dan jeep bersenjata berat. Mereka terheran-heran melihat kendaraan itu.
“He, kowe lihat jeep dan truk lewat disini?” seorang KNIL bertanya pada seorang anak yang mendekati pansernya. Anak itu melihat dengan heran.
“Kowe lihat jeep lewat sini? Nanti kowe saya kasi bon-bon..” KNIL itu bertanya lagi dengan bujukan sambil mengambil gula-gula dari kantongnya.
Liyas yang pejuang itu hanya melihat dengan tenang dari kejauahn. Dia tak usah khawatir bahwa rahasia akan terbongkar dari mulut anak-anak itu. Soalnya bukan karena anak-anak itu seorang patriot. Tidak. Tapi sebabnya adalah karena hal lain.



@



Tikam Samurai - 152