Tikam Samurai - 182

“Tenanglah Hanako….” Si Bungsu berusaha mendekat. Namun gadis itu melompat ke bawah dan berusaha untuk lari. Si Bungsu mencegatnya di pintu.
“Pergi! Jangan dekati aku….pergilah….!”
Gadis itu memukul bahu si Bungsu hingga kain yang menutupi tubuhnya jatuh lagi.
“Tenanglah Hanako, mereka yang mencemarkan dirimu telah kubunuh…tenanglah..” dan tiba-tiba gadis itu memeluk si Bungsu. Menangis didadanya.
Si Bungsu mengambil kain dan menyelimutkan ke tubuh gadis malang itu.
Lalu mengangkatkanya ke pembaringan. Gadis itu makin menjadi tangisnya.
“Nakanaide kudasai Hanako-san…nakanaide kudasai..” (Hanako, jangan menangis, jangan menangis..) katanya perlahan. Tapi gadis itu menangis terus.
Dia menelungkupkan wajahnya ke bantal.
“Mereka telah menodai saya Bungsu-san…mereka benar-benar jahanam…”
“Tenanglah…..”
“Bungsu-san, apa jadinya diriku. Aku tak berharga lagi…apa artinya seorang gadis bila telah ternoda…?”
“Tenanglah Hanako. Tuhan akan melindungimu. Tuhan menyayangi orang-orang yang teraniaya…”
“Tetapi Tuhan tak menolong kami. Budha tak menolong kami. Budha membiarkan diriku tercemar, Budha membiarkan abangku teraniaya. Mereka tak menolong kami dari kekejaman bangsa kami sendiri…”
“Tenanglah Hanako-san. Bukan saya yang menolong kalian. Saya hanya penjalan takdir Tuhan. Tuhan telah mengatur segalanya…tenanglah. Tabahkan hatimu. Saya akan membantu Kenji-san..”
Gadis itu bangkit, duduk dan tiba-tiba memeluk si Bungsu erat-erat.
“Terimakasih Bungsu-san. Kami tak lagi punya orang tua. Engkaulah kini tempat kami berlindung. Engkau dan Kenji-san. Jangan tinggalkan kami…”
“Saya akan membantu kalian Hannako, percayalah…”
Hannako beberapa saat masih menangis dibahunya. Kemudian si Bungsu membaringkannya kembali. Gadis ini benar-benar patut dikasihani. Dia mendapat goncangan jiwa yang dahsyat.
Di ruang tengah Kenji tengah berusaha merawat lukanya.
“Bagaimana adikku, Bungsu-san?”
“Dia tak apa-apa. Dia tengah istirahat….bagaimana lukamu Kenji-san..?
“Mereka memakai samurai… dikamarku ada obat Bungsu-san…tolonglah…”
Dan mereka sibuk mengurus luka-luka Kenji. Mujur Naruito adik lelaki Kenji tak di rumah.
Selesai merawat luka Kenji, si Bungsu memberesi ruang tengah yang berlumur darah itu. Dia mengintip keluar. Tak ada orang. Salju turun seperti kapas. Hari sudah sore.
“Kita buang kemana mayat ini Kenji-san?”
“Saya tak tahu harus dibuang kemana Bungsu-san. Saya tak sanggup berpikir. Nasib kami, saya serahkan padamu…” Kenji berkata dari pembaringan dengan lemah. Dia cukup banyak mengeluarkan darah.
Bungsu bertindak cepat. Orang tak boleh tahu tentang apa yang telah terjadi di rumah ini. Terutama adik lelaki Kenji yang kecil.
Bungsu mengangkat mayat itu satu persatu.
Di belakang rumah mereka ada parit besar sekali. Parit ini dalam musim dingin begini penuh airnya. Airnya tak membeku karena seluruh air yang masuk ke sana disaring lewat penutup riol. Seluruh air akan berkumpul disaluran yang besarnya ada tiga meter bundaran.
Dan saluran induk pembuang kotoran ini berada di belakang rumah mereka. Tanpa banyak pikiran Bungsu membuang mayat itu ke dalam riol besar tersebut. Tak peduli apakah mayatnya dihanyutkan atau tidak. Persetan.
Kemudian dia membersihkan darah yang bergelimang di lantai. Lalu mengepel lantai itu hingga kering. Ketika dia berhenti, dia melihat Hannako tegak di pintu. Gadis itu sejak tadi tegak di sana dengan tubuh lemah melihat si Bungsu bekerja.
“Bungsu-san…” katanya perlahan.
Si Bungsu tersenyum. Mendekati gadis itu. Memegang bahunya. Dan tiba-tiba gadis itu kembali memeluknya. Menangis lagi dipundaknya.
“Tenanglah Hanako, semuanya sudah lewat…” Hannako menggeleng.
“Belum ada yang lewat Bungsu-san. Ini baru permulaan. Jakuza tak pernah meninggalkan sisa bila ia membereskan suatu soal. Mereka akan datang lagi dalam jumlah yang lebih banyak. Dan mereka akan membunuh kita. Engkau pergilah jauh-jauh Bungsu-san. Selamatkan dirimu. Biarkan kami menyelesaikan soal ini sendiri. Ini persoalan kami Bungsu-san. Jangan libatkan dirimu terlalu jauh…”
“Tenanglah Hanako. Siapa bilang ini bukan urusanku. Bukankah aku justru yang memulai membuat soal dengan Jakuza. Yaitu takkala membunuh ke empat lelaki yang akan membawamu dari terowongan di daerah Yotsui dulu?



@



Tikam Samurai - 182