Tikam Samurai - 184

Esoknya, sehabis makan pagi., dia berkat akan pergi ke stasiun kereta api.
Siang itu di rumah Kawabata ada rapat penting yang dihadiri oleh Tokugawa. Yaitu kepala Jakuza untuk wilayah Tokyo dan sekitarnya.
Rapat itu dihadiri oleh dua puluh anggota pilihan. Ada pengangkatan kepala-kepala Cabang baru. Dalam organisasi Jakuza ada suatu wilayah tertentu yang dikepalai oleh pimpinan cabang.
Saat ini Tokyo dibagi dalam 12 cabang utama. Dan Tokyo merupakan kota kedua bagi organisasi Jakuza. Kota pertamanya adalah Kyoto. Yaitu suatu kota yang terletak sekitar 500 kilometer di selatan Tokyo.
Wilayah Tokyo dan sekitarnya dipimpin oleh Tokugawa. Tokugawa adalah keluarga turunan samurai yang tersohor sejak zaman dahulu. Dari suku Tokugawa inilah lahir pahlawan-pahlawan samurai yang tersohor diseluruh Jepang. Dinasti Tokugawa terkenal dengan pemerintahannya yang bersih.
Dari suku mereka lahir perwira-perwiara yang tangguh. Prajurit-prajurit yang bersedia mati untuk kerajaannya. Dan kalaun ada Tokugawa yang hari ini menjadi seorang kepala begal seperti organisasi Jakuza ini, maka itu hanyalah sebagai kewajaran proses zaman saja.
Tak seluruh suku pahlawan akan melahirkan pahlawan. Ada juga diantaranya yang jadi pengkhianat. Sama halnya, tak semua penjahat melahirkan turunan penjahat. Ada pula yang melahirkan penegak hukum, ulama atu pendidik.
Mereka sedang mengangkat minuman sake atas selesainya pemilihan pimpinan cabang yang baru takkala seorang anak muda tiba-tiba saja sudah berada di ujung ruangan.
“Gomenkudasai…” katanya tenang.
Suaranya menyebabkan gelas-gelas yang diangkat untuk meminum sake itu pada terhenti. Dan dengan cawan masih terangkat, semua kepala menoleh ke ujung ruangan.
Semua mereka, tak terkecuali Kawabata, merasa heran atas kehadiran orang asing bertongkat ini. Tokugawa yang bermata tajam segera dapat mengetahui bahwa yang ditangan orang asing itu bukanlah tongkat biasa. Melainkan sebilah samurai! Perbedaan samurai biasa dengan samurai yang di tangan orang asing itu adalah pada hulu dan sarungnya.
Samurai anak muda ini sarungnya sudah dibuat sedemikian rupa, sehingga jika mata tak terlalu tajam akan kelihatan seperti tongkat kayu biasa saja.
Namun Tokugawa memang seorang keturunan samurai.
Dia mengenal dengan baik puluhan jenis buatan samurai yang ada di seluruh Jepang. Dan sekali pandang saja, meluhat lengkung dan ukuran panjang samurai di tangan anak muda itu, dia segera tahu bahwa anak muda itu memegang samurai buatankota Sakamoto. Yaitu sebuah kota kecil di tepi danau Biwa di Propinsi Chubu. Dan samurai dari negeri tepi danau Biwa itu adalah salah satu diantara tiga samurai terbaik yang dibuat oleh Jepang.
“Maafkan saya mengganggu…” lelaki asing itu, yang tak lain daripada si Bungsu, berkata lagi.
Kawabata memberi isyarat pada dua orang lelaki untuk menyuruh orang itu keluar. Tapi Tokugawa memberi isyarat lain. Dia justru tertarik dengan kedatangan orang asing ini.
“Siapa anda?” tanyanya sambil meletakkan cawan berisi sake yang belum diminum. Ke 20 orang pimpinan Jakuza daerah Tokyo itu ikut meletakkan cawan mereka seperti yang dilakukan Tokugawa.
“Watashi wa Indonesia-jin desu, Bungsu desu…” (nama saya Bungsu, saya ornag Indonesia..) katanya tenang.
“Aa, orang Indonesia, Selamat datang. Anda rupanya datang dari jauh, mari silakan minum bersama kami….” Tokugawa memberi isyarat pada pelayan.
Pelayan segera mengisi sebuah cawan dengan sake. Karena si Bungsu tetap tak mendekat, maka Tokugawa menyruh mengantarkan Sake itu padanya dekat pintu.
“Terimalah. Mari kita minum bersama. Kami baru saja mengangkat pimpinan-pimpinan cabang yang baru. Sekalian sambil mengucapkan selamat datang pada anda, mari kita minum sake…”
Tokugawa mengangkat cangkirnya. Ke 20 orang pemuka Jakuza Tokyo itu, termasuk Kawabata mengangkat cangkirnya.
Si Bungsu menerima cangkir sake tersebut. Dan ketika semua mengangkat cawan tinggi-tinggi, dia juga ikut mengangkatnya. Semua memandang padanya sebelum meminum sakenya. Kemudian serentak mereka meminum sake tersebut. Si Bungsu juga meminumnya.
Selama di Jepang ini, dia sudah terbiasa minum sake. Minuman itni memanaskan badan. Tak banyak bedanya dari air tapai di kampungnya. Hanya saja sake yang dia minum di Jepang ini, kwalitasnya lebih baik dan wangi serta lebih keras. Itu menyebabkan tubuh lebih cepat panas dalam cuaca dingin bersalju seperti sekarang.
Tokugawa meletakkan cangkirnya.
“Nah, anak muda dari Indonesia, apa yang bisa kami bantu? Patut anda ketahui, kami adalah kelompok Jakuza. Kau pernah dengar nama itu?”



@



Tikam Samurai - 184