Tikam Samurai - 193

Kini ketika anak muda itu pergi, dia merasa suatu kehilangan yang alangkah pedihnya. Si Bungsu menyalaminya. Kemudian memegang bahu Hanako. Gadis itu tak berani menatap mukanya.
“Baik-baik di rumah Hannako-san. Saya akan selalu mengingat budi baikmu….”
Dan dia berbalik. Kapten Polisi Militer itu melekatkan belenggu ke tangannya. Kemudian semua barang-barangnya diambil. Samurai, bungkusan dan pakaiannya dimasukkan ke dalam sebuah kantong sebagai barang bukti.
Hanako terduduk di depan pintu begitu Jeep  Polisi Militer meninggalkan jalan Uchibori di depan rumah mereka.
“Kenji-san…dia telah pergi meninggalkan kita…” katanya lirih.
Kenji tiba-tiba teringat pada sesuatu.
“Tenanglah Hanako. Kita akan berusaha membebaskannya. Dia telah menolong kita banyak sekali. Kita harus menolongnya. Tak ada orang lain yang akan menolongnya kalau tidak kita. Dia tak punya siapa-siap di negeri ini….”
“Tapi bagaimana kita akan menolongnya…?”
“Tenanglah Hanako. Kita akan mengusahakannya…” namun bagaimana Hanako akan bisa tenang? Pemuda Indonesia itu telah mencuri separuh hatinya. Kini pemuda itu pergi, dirinya tiba-tiba terasa amat sepi.
--o0o--
Tokugawa sedang menerima laporan dari berbagai cabang Jakuza. Dia berkantor di Nikko Hotel di jalan Ginza di bilangan pusat kota Tokyo. Dia mencarter lima buah ruangan utama di tingkat paling atas dari hotel tersebut.
Tak seorangpun yang akan menyangka bahwa lantai teratas dari Nikko Hotel itu adalah pusat dari suatu organisasi yang selalu mengacau di kota Tokyo.
Teror terhadap individu atau orang ramai yang dibuat oleh Jakuza, diatur dari hotel ini. Orang takkan pernah menyangka, karena tak ada lift ke tingkat itu.
Ada sebuah lift yang sampai ke tingkat atas. Tapi lift itu tak boleh digunakan oleh  umum. Di pintu lift tertulis kalimat : Khusus Untuk Staff
Tak dijelaskan Staff apa yang boleh naik itu. Hanya di pintu lift yang satu itu, selalu ada penjaga dengan pakaian sopan dan sikap ramah menolak dan menyilahkan orang naik ke lift lain yang sama kunonya dengan lift yang satu itu.
Orang-orang di hotel itu tak pernah memperdulikan akan orang yang turun naik ke tingkat atas. Sebab di tingkat lain, ada juga beberapa  ruangan yang dipakai untuk kantor.
Di hotel itu ada kantor Perusahaan Honda. Kantor perusahaan pembangunan dan kantor perusahaan penerbangan. Dan tak seorangpun yang pernah menduga bahwa pelayan lift yang sopan dan ramah itu, sewaktu-waktu bisa berobah menjadi pembunuh yang berdarah dingin.
Tak ada yang tahu bahwa pelayan itu sebenarnya seorang ahli karate, judo dan samurai.
Ketika Tokugawa sedang memberi beberapa instruksi seseorang masuk. Membungkuk memberi hormat. Kemudian berbisik dan menyerahkan sesuatu.
Tokugawa menerima pemberian itu. Membuka bungkusnya. Dan segera dia mengenal bahwa yang dikirim padanya itu adalah kain putih bekas pembungkus potongan kelingkingnya dahulu.
“Dimana dia?”
“Di bawah”
“Antarkan dia kemari”
“Hai…”
“Rapat ini saya skor sementara. Saya menerima tamu. Seorang anak lindungan”
Tak lama mereka menanti, Kenji yang membawa bungkusan kain putih berdarah bekas potongan kelingking Tokugawa itu masuk diantarkan penjaga tadi.
Tokugawa bangkit dari duduknya. Demikian pula tiga orang “staf” Jakuza lainnya yang hadir disana.
“Anda pastilah Kenji-san. Kakak Hannako dan sahabat Bungsu-san orang Indonesia itu…” katanya ramah menyambut Kenji.
“Selamat siang tuan Tokugawa….saya…”
“Saya senang dapat membantu anda dan adik-adik anda. Maafkan atas kejadian yang lalu. Kawabata telah mendapat balasan yang setimpal atas dosanya. Bungsu-san benar-benar seorang yang mahir mempergunakan samurai. Nah, apa yang bisa saya bantu…?”
“Saya…saya…”
“Jangan gugup. Mari, silakan duduk. Kita sahabat bukan? Nah, ceritakan apa yang terjadi. Ada yang mengganggu Hannako?”
“Tidak. Terimakasih, Tokugawa telah melindungi kami. Tapi… ini mengenai Bungsu-san…”
“Ya, bagaimana dengan dia?”
Kenji terdiam. Dia tak tahu dari mana harus mulai. Tokugawa memberinya minum sake. Begitu pula teman-temannya yang ada di kantor itu. Mereka minum bersama.
Setelah agak tenang. Kenji bercerita tentang nasib yang menimpa Bungsu-san. Tokugawa terdiam.



@



Tikam Samurai - 193