Tikam Samurai - 196

Aneh, tak sedikitpun wajah mereka menunjukkan emosi. Tak terlihat mereka marah atau menyesal, apalagi takut. Mereka bicara seperti sedang bicara dengan orang biasa saja.
Padahal Kawasaki sedang berjuang dengan sakratul maut. Mulut Kawasaki bergerak. Namun tak ada suara yang keluar.
“Maafkan, kami mohon diri….” Kata yang berwajah tampan. Kedua mereka segera membungkuk dalam-dalam ke lantai. Kemudian tegak. Yang satu berjalan ke tengah ruangan. Mengambil surat  yang tadi dibaca Kawasaki. Kemudian mereka melangkah pergi. Melangkahi tubuh Kawasaki yang terbelintang di tengah pintu.
Kawasaki hanya bisa menatap kepergian orang itu dengan gerak matanya yang makin melayu. Kedua orang itu berjalan di batu di tamannya. Suara sepatu mereka berdetak satu-satu. Jantung Kawasaki juga berdetak satu-satu.
Kedua orang itu membuka pintu mobil, lalu masuk. Menghidupkan mesin. Lalu pergi. Suara mesin mobilnya makin jauh makin lenyap. Dan ketika suara deru mobil itu lenyap sama sekali, nyawa Kawasaki juga lenyap.
Aneh terdengar. Seorang Tokugawa membunuh tokoh Jakuza bawahannya. Dia bunuh hanya karena Kawasaki membocorkan rahasia pada Amerika bahwa yang membunuh tentara Amerika di Asakusa adalah si Bungsu. Karenanya anak muda itu tertangkap.
Namun seperti bunyi suratnya pada Kawasaki, dia membiarkan anak muda itu bebas keluar dari rumah Kawabata setelah memenangkan perkelahian hari itu, adalah sebagai tanda, bahwa dia juga menjamin keselamatan anak muda itu.
Dan keanehan-keanehan memang banyak terjadi di dunia para penjahat ini. Meski mereka kumpulan pembunuh, pemeras, penodong, penjambret, namun mereka mengenal kesetiaan, keperwiraan, kejujuran dan kasih sayang.
--o0o--
Si Bungsu mengakui seluruh tuduhan yang diajukan padanya. Memang dia yang membunuh seorang letnan dan seorang sersan di penginapan Asakusa.
Meskipun dia membela orang lain, namun tentara pendudukan selalu berkuasa. Tentara yang dalam perang selalu mendahulukan kepentingan para prajuritnya ketimbang ketentuan hukum.
Lagipula, terhadap ksus si Bungsu, tak ada ketentuan hukum yang harus dipertimbangkan. Di Jepang tak ada konsulat Indonesia saat itu. Karenanya, tak ada perlindungan diplomatik.
Amerika tak punya hubungan diplomatik dengan Indonesia sepanjang menyangkut hak-hak kewargaannya di negeri Jepang. Maka sesuai undang-undang yang berlaku, si Bungsu diperlakukan dengan hukum perang.
Meskipun belum disidangkan oleh Mahkamah Militer, namun kepadanya telah disampaikan kira-kira hukuman apa yang bakal dia dapatkan.
Hukuman tembak mati!
Si Bungsu tak menyesal. Dia malah berharap agar gadis yang dia tolong itu selamat.
Sebulan dia dalam tahanan, persidangannya segera dibuka. Agak aneh juga, ternyata pengadilan terhadap dirinya dipercepat.
Di gedung pengadilan, tiba-tiba dia bertemu dengan Kenji dan Hannako serta adiknya.
“Bungsu-san….” Terdengar suar halus ketika dia turun dari mobil tahanan. Dia menoleh, dan melihat Hannako bersama Kenji.
Hannako memeluknya.
“Bungsu-san…” katanya lirih.
“Hanako, Kenji….terimakasih, kalian datang menegokku, domo arigati gizaimasu…” katanya perlahan.
Hannako menyerahkan ke tangannya setangkai bunga Sakura yang berwarna merah jambu.
“Sekarang sudah musim bunga Bungsu-san …”katanya perlahan.
“Arigato…”
“Lihatlah, dimana-mana bunga Sakura pada mekar. Engkau akan bebas Bungsu-san….”tambah Hannako.
Si Bungsu benar-benar terharu. Gadis itu memakai baju dari sutera berwarna biru berkembang-kembang. Wajahnya cantik. Dia tersenyum menatapnya.
Dan ketika persidangan dimulai, seorang ahli Hukum terkenal di Tokyo saat itu, tuan Yasuaki Yamada muncul sebagai pembela si Bungsu.
Tentara pendudukan Amerika seperti ditekan oleh pihak lain yang punya kekuatan terselubung untuk mengadili orang Indonesia itu secara terbuka.
Semula tentara Amerika akan mengadilinya secara penjahat perang. Ada alasannya, membunuh tentara Amerika yang sedang bertugas di negeri taklukan. Bukankah itu sama dengan kejahatan perang?
Namun “kekuatan terselubung” yang meminta agar perkara itu diadili secara terbuka, nampaknya punya kekuatan yang benar-benar tak dapat diabaikan.
Tentara pendudukan Amerika terpaksa menyetujui permintaan yang diajukan lewat ahli hukum Yasuaki Yamada itu.
Dalam persidangan terjadi debat yang amat sengit antara Jaksa Militer dengan pembela si Bungsu.



@



Tikam Samurai - 196