Tikam Samurai - 291

Kotak korek api itu rupanya terlalu kuat dilemparkan. Dia membentur loteng. Dan benturannya menyebabkan korek itu cepat pula terpukul ke bawah. Ketiga mereka tak melihat kotak itu. Hanya mempertajam pendengaran. Menanti suara jatuhnya korek api itu menyentuh lantai kamar.
Kedua bekas serdadu sekutu itu memang cepat luar biasa dengan lemparannya. Dan lemparannya juga tepat. Buktinya, kedua pisau komando mereka menancap saling dempet di dinding!
Ya, kedua pisau komando itu menerkam dinding di belakang kaleng bekas minuman tadi. Sementara kaleng minuman itu sendiri sudah terpental dan terpaku ke dinding sedikit ke bawah dari kedua pisau komando itu.
Kedua bekas tentara sekutu itu menatap dengan mata tak berkedip pada kaleng bekas minuman itu. Selain takjub pada kecepatan anak muda itu, mereka dengan kaget juga melihat bahwa pada huruf O yang menjadi sasaran lemparan tersebut, tertancap tidak hanya sebilah samurai kecil melainkan dua bilah! Dua bilah samurai kecil pada sasaran yang amat kecil dan dalam kecepatan yang sama dengan ketepatan yang fantastis!
Lalu mereka menoleh pada si Bungsu.
“Ada dua samurai. Anda hanya memiliki sebuah tadinya…” kata salah seorang diantara mereka dengan heran.
Si Bungsu tak menjawab. Dia membuka lengan baju kirinya dan disana kelihatan kulit pengikat samurai seperti yang berada di tangan kanannya.
Kedua bekas tentara sekutu itu benar-benar takjub. Dengan demikian berarti anak muda ini tadi melempar dua bilah ssamurai dengan tangan kiri dan kanannya.
Dan kedua lemparan itu sama cepatnya, sama tepatnya.
“Anda memang seorang Master anak muda. Anda tak berbohong ketika mengatakan bahwa anda dengan mudah bisa membunuh kami bila saja anda kehendaki.
Ternyata anda tak melakukan hal itu meski telah kami tantang dan telah kami pukul. Terima kasih atas kebaikan anda. Kami takkan melupakan pertemuan ini…”
Berkata begitu kedua bekas serdadu itu mengulurkan tangan pada si Bungsu. si Bungsu turun dari tempat tidur dimana dia tegak sejak tadi. Kemudian menerima jabatan tangan dari kedua orang Australia itu.
Kedua orang itu menyalaminya dengan sikap penuh persahabatan yang akrab dan penuh kekaguman. Kemudian mereka mengambil pisau komandonya yang tertancap di dinding. Lalu mengambil samurai si Bungsu yang memakukan kaleng bekas itu di bawah pisau komando mereka.
Mereka mengamati model samurai kecil itu.
“Benar-benar senjata yang ampuh. Tapi jika dibanding dengan pisau komando kami, rasanya pisau kami lebih baik buatan dan mutunya. Hanya saja senjata ini berada ditangan seorang ahli…” mereka lalu mengembalikan samurai itu pada si Bungsu.
“Diluar sana ada sebuah restoran. Kami ingin mengundang anda untuk minum dan merayakan perkenalan ini…” yang berbaju kaos oblong merah berkata.
“Mari kita minum, anda tidak keberatan bukan?” yang bercelanan jean menguatkan ajakan temannya.
“Terimakasih atas undangan anda. Saya tak suka minuman keras…”
“Restoran itu tak hanya menjual minuman keras. Disana juga dijual the atau susu es. Ayolah..”
Akhirnya si Bungsu tak dapat mengelak ajakan kedua bekas serdadu itu. Dia ikuti kedua orang itu. Pelayan yang tadi kena tendang pantatnya dan diancam untuk tak menelpon polisi menjadi ketakutan melihat kedua orang Australia itu muncul.
Dan rasa takutnya segera berobah jadi rasa heran takkala melihat diantara kedua orang itu ada si Bungsu. dan ketiga orang itu berjalan dengan wajah berseri. Pelayan itu menganga mulutnya.
Ketiga orang tersebut melangkah keluar. Menyebrangi jalan raya. Dua buah taksi lewat. Mereka berhenti membiarkan taksi itu lalu dengan kencang.
Restoran itu terletak di dermaga, yaitu ditempat dimana si Bungsu dan Nurdin minum-minum dahulu.
Jalan itu kosong kini. Ada sebuah taksi, tapi masih agak jauh dan jalannya perlahan. Mereka lalu menyebrang. Mereka tetap beriringan, yang pakai kaos oblong merah di kanan, yang pakai jeans, yaitu yang agak muda dikiri dan si Bungsu di tengah.
Ketika mereka berada persis di tengah jalan, sedan merah yang tadi berjalan perlahan tiba-tiba menekan gas. Sedan itu seperti disentakkan meluncur maju. Ketiga orang itu kaget. Mereka tengah berada ditengah jalan. Dengan cepat mereka berlari keseberang sana. Namun sedan itu seperti sengaja dihadapkan pada mereka. Jaraknya sudah demikian dekat, dan saat itulah bekas tentara yang memakai jeans menolakkan tubuh si Bungsu.
Dalam keadaan berlari demikian, tentu saja si Bungsu kehilangan keseimbangan. Tanpa dapat ditahan, dia jatuh bergulingan ke pinggir parit. Dan begitu dia jatuh, serentetan tembakan terdengar. Dan sedan itu meninggalkan asap putih di tentang mereka.



@



Tikam Samurai - 291