“Hallo boy. Beraninya hanya pakai pisau? Kenapa tak sekalian kau pakai senjataku di meja itu?”
Muka Fred jadi merah. Dia merasa dihina dengan ucapan itu. Orang itu menganggapnya takut berkelahi dengan tangan kosong. Dia tak jadi mencabut pisau komandonya. Dia menggeser tegak. Kini mereka berhadapan. Dari sikap tegak dan cara lelaki itu menempatkannya tangannya, Fred segera tahu, bahwa orang ini adalah karateka seperti dirinya.
Dan Fred lagi-lagi membuat kesalahan. Yaitu dengan membiarkan dirinya terpancing oleh ejekan lawan. Dia sedang berada dalam suatu pasukan. Berarti bukan hanya dirinya yang harus dia selamatkan. Tapi seperti tupai yang pandai melompat tadi, dia juga bisa “gawa”.
Kini mereka mengintai langkah lawan.
Fred mendahului menyerang dengan sebuah tendangan ke selangkangan orang itu. Orang itu bergerak cepat ke samping dan mengirimkan sebuah pukulan cepat ke wajah Fred.
Fred menarik tendangannya, kemudian berputar. Kali ini kakinya menyerang dalam bentuk berputar ke belakang.
Ternyata dia berhasil. Sepatunya menggebrak wajah Itali itu. Orang itu terpelanting ke dinding. Fred memburu. Namun seperti seekor musang. Orang yang terjajar itu tiba-tiba melompat tinggi. Dan sebelum Fred siap benar, sepatunya telah mendarat di dada Fred. Sebuah tendangan Mae Tobigeri yang sempurna!
Akibatnya juga sempurna. Jantung Fred pecah. Dan jatuhlah korban pertama dalam pasukan Baret Hijau malam itu. Fred mati!
Sungguh menyedihkan. Fred yang ahli karate itu, justru mati ditangan karateka lainnya. Kalau saja tadi dia tidak terlalu mengandalkan karatenya, yaitu begitu pertama hidungnya pecah, dia segera mempergunakan pisau komando, maka keadaan akan lain jadinya.
Orang Itali ini sudah bisa dia lumpuhkan. Namun dia terlalu percaya pada diri dan kemampuannya. Dan dia cepat panas kena sindir. Dia membiarkan dirinya terperangkap oleh ejekan orang ini. Tak tahunya orang ini juga seorang karateka yang justru lebih tangguh darinya.
Orang Itali itu menatap pada tubuh Fred yang terlentang di lantai. Mulutnya ternganga. Wajahnya membayangkan rasa sakit bercampur heran. Dari mulutnya darah mengalir. Tendangan sambil melompat dia lakukan ketika terdesak tadi sebenarnya tak begitu telak mengenai lelaki ini. Artinya, lelaki itu tak usah sampai terjajar lima depa ke belakang. Tersandar ke dinding. Itu sebenarnya hanya gerak tipu saja. Yaitu gerak mencari ruang dan waktu untuk mempersiapkan sebuah lompatan.
Dan Fred yang ingin segera menyudahi pertarungan itu, ternyata memakan umpan yang diulurkan lawan. Dia maju. Dan saat itulah Itali ini bertumpu dan melompat. Kakai kanannya terjulur lurus ke depan. Kaki kirinya terlipat di bawah paha kanan. Dan tubuhnya seperti duduk melunjurkan kaki kanan ke samping kanan di udara. Dalam posisi begitulah dia mendarat di dada Fred!
Lelaki anggota sindikat ini segera sadar bahwa bahaya besar tengah mengancam dirinya dan teman-temannya. Seluruh pulau dijaga dengan ketat. Perangkap telah dipasang lewat rawa yang diduga pasti akan dilalui oleh musuh mereka. Kini ternyata orang ini bisa menerobos kemari tanpa diketahui oleh penyergap yang mereka pasang. Apakah yang telah terjadi dengan sembilan orang teman-temannya yang menanti dipinggir rawa?
Depat dia menyambar Mausernya yang terletak di meja. Dia menanggalkan granat mauser itu dari ujung Junglenya. Lalu perlahan keluar dari pintu belakang. Gelap!
Dia bersuit. Suit isyaratnya membelah malam yang dingin. Suitnya terdengar oleh ke lima teman-temannya yang tertelungkup di bawah todongan bedil Donald dan Miguel. Kedua anggota Baret Hijau itu juga mendengar suit itu. Dan kedua mereka tahu bahwa suara suitan itu bukan kode dari teman mereka.
Kelima anggota sindikat itu sebenarnya ingin membalas isarat itu. Tapi bagaimana mereka bisa, kalau ujung bedil otomatik tetap diarahkan ketengku mereka? Makanya mereka memilih berdiam diri saja.
Dan orang Itali itu segera menangkap bahaya atas tak terjawabnya isarat yang dia berikan. Dia lalu menuju ke pelabuhan!
Di pelabuhan orang-orang tengah menurunkan sembilan orang perempuan. Perempuan terakhir, yaitu seorang perempuan dari Muangthai kelihatan dipapah turun. Kemudian dibawa ke rumah kecil dipinggir dermaga.
“Kalian telah kami kepung. Menyerahlah!!”
Tiba-tiba saja sebuah suara mengoyak kesepian. Dan suara itu datang dari pangkal dermaga! Mereka menoleh, dan disana, tegak seorang lelaki barat dalam pakaian loreng-loreng. Cahaya lampu di dermaga memantulkan kilat senjata otomatik ditangannya.
Orang itu kelihatan sendiri. Tapi enam orang lelaki di dermaga itu mengetahui bahwa lelaki itu pasti tak sendiri.
Dan dengan kehadiran lelaki berbaju loreng itu, mereka segera pula menyadari bahwa sembilan orang teman mereka yang memasang perangkap di tepi rawa sana telah dilumpuhkan.
@
Tikam Samurai - III