“Tak dapat saya mengatakan bagaimana saya menarik kesimpulan bahwa diseberang sana ada perangkap. Tapi saya dapat merasakannya. Jika ingin diperjelas lagi, maka diri saya adalah bahagian dari belantara yang berbahaya tetapi sepi…”
Kapten fabian tahu, orang ini tak berbohong. Jauh dilubuk hati Kapten itu juga mengakui, bahwa dia merasa firasat anak muda ini adalah benar.
Namun bagaimana jalan keluar?
“kini, bagaimana kita menyebrenag ke sana jika kita dari arah ini? Jika diambil jalan memutar, rasanya terlalu jauh”
Semua terdiam mendengar ucapan Kapten tersebut.
“Bagaimana kalau saya dengan satu atau dua orang sukarelawan lainnya menyeberang terus pada jalan ini?” yang berkata ini adalah si Tongky Negro yang ahli menyelusup itu. Dan siapa pun diantara yang hadir itu dapat mengetahui bahwa Tongky kurang yakin pada firasat si Bungsu. sebenarnya tidak hanya Tongky, hampir seluruh mereka, kecuali Kapten Fabian kurang yakin akan firasat si Bungsu itu.
Namun mereka tak berani melanggar perintah Kapten Fabian. Dalam soal-soal begini, sebuah pasukan Komando memang ditentukan nasibnya oleh Komandan. Kecuali jika mereka telah berpencar, maka nasib mereka berada ditangan mereka sendiri. Pada saat begitulah kemampuan pribadi sangat diandalkan. Kini, betapapun juga kesatuan pasukan harus dipertahankan.
Dan itu pulalah sebabnya Tongky tak secara langsung mengajukan protes atas ramalan si bungsu. dia hanya menawarkan suatu alternatif lain dengan mengatakan : Bagaimana kalau saya tetap menyeberang dengan satua atau dua sukarelawan..
Artinya, dia ingin membuktikan bahwa ramalan si Bungsu itu tak benar. Mendengar tawaran itu, beberapa orang segera saja menyatakan akan ikut. Jumlah mereka justru enam orang.
“Saya rasa jumlahnya cukup tiga orang yang diusulkan Tongky. Dan saya masuk satu diantaranya…” yang berkata ini adalah si Bungsu. dan semua mereka jadi kaget. Sebentar ini anak muda tersebut mengatakan bahwa diseberang sana ada perangkap. Tapi dia malah menyatakan akan ikut dalam penyeberangan itu. Apakah dia hanya sekedar ingin membuat sensasi?
“oke. Jika demikian anda ikut dengan Tongky. Dan sebagai seorang Letnan, regu yang tiga orang ini berada dibawah pimpinan anda. Kami akan menanti disini…”
Kapetn Fabian akhirnya memutuskan.
Dan semua orang memang tak membantah. Soalnya waktu sudah semakin sempit. Untuk mempersoalkan apakah diseberang sana ada perangkap atau tidak ini saja, mereka telah terhenti selama lima menit.
Sukarelawan yang satu lagi adalah Donald. Si Bungsu menuju ke samping. Dan dia mengambil sebatang bambu sebesar ibu jari yang beruas panjang-panjang. Memotongnya sepanjang sehasta. Memberikannya pada Tongky dan Donald masing-masing sepotong. Untuknya sendiri sepotong.
“Barangkali ini kita perlukan. Saya lebih percaya bahwa kita akan aman jika menyelam dan mempergunakan bambu kecil ini sebagai slang pernafasan. Dengan demikian kita tak usah muncul di permukaan air sampai sekarang”
Si Bungsu kemudian masuk ke air rawa yang dalam malam pekat ini kelihatan seperti aspal, hitam pekat.
Dia menoleh pada Kapten Fabian dan berkata:
“Untuk menyeberang, kami butuh waktu sepuluh menit paling lama. Kami akan memberi syarat kalau keadaan aman, maka musuhlah yang akan memberi isyarat dengan tembakan ke arah kami..” sehabis berkata dia memberi hormat. Kemudian mulai melangkah ke tempat dalam.
Lima meter dari pinggir dia berheti. Menoleh ke belakang ke arah Tongky dan Donald. Dia berkata separoh berbisik.
“Ini batas kita berjalan. Dari sini kita harus menyelam. Nah, kita mulai…”
Dia meletakkan bambu bengkok itu ke mulutnya. Kemudian menyelam. Dengan memakai bambu bengkok tersebut di mulut, dia dapat menyelam telungkup.
Tubuhnya segera lenyap ke dalam air. Dan di permukaan air rawa hanya terlihat sepotong ranting kecil bergerak perlahan ke arah seberang sana.
Donald dan Tongky berpandangan. Mereka sebenarnya tak mau menyeberang dengan cara itu. Mereka memang tak usah khawatir dengan senjata mereka, senjata adalah senjata-senjata yang dirancang oleh para ahli. Yang bisa ditembakkan meski senjata itu telah terendam air.
Magazine tempat pelurunya serta loop senjata otomat tersebut diluar sistim yang pelik. Sehingga air tak bisa masuk kedalamnya meski terendam air agak dua hari.
Yang membuat mereka tak sedap adalah harus berendam lagi.
Tapi anak muda itu telah ditetapkan sebagai Komandan Regu mereka.
Dan mereka adalah orang-orang yang telah dididik dengan disiplin keras, bahwa komandan harus dipatuhi.
Maka merekapun meletakkan bambu bengkok yang dipilih oleh si Bungsu itu ke mulut. Lalu dengan perasaan separoh enggan mulai menelungkup dalam air.
@
Tikam Samurai - III