Dan untuk surut ke belakang akan membuang waktu panjang. Kapten Fabian dengan pasukannya di seberang sana pasti tak sabar lagi menanti. Maka tak ada jalan lain baginya, selain membiarkan punggungnya berlumur darah, dan kini dia merayap ke atas. Bergulingan dan hop! Kini dia berada pada posisi si Keling tadi. Tubuh keling itu terbaring menelentang. Dan si Bungsu berbaring disisinya.
Pada saat Cina tadi menyuruh Keling yang telah mati itu untuk diam, Donald dan Tongky pada saat yang hampir bersamaan terhenti. Mereka sebenarnya siap menyekap musuh mereka dari belakang. Tapi mendengar Cina itu memerintah si Keling, kedua lelaki yang akan mereka sekap itu berpaling.
Sebenarnya kedua orang itu berpaling ke arah tempat si Keling. Yaitu di dua belas depa dari lelaki yang akan disekap Tongky dan delapan depa dari lelaki yang akan disekap Donald.
Kedua orang itu juga mendengar suar semak-semak terkuak akibat gesekan tubuh si Keling. Ke arah itulah mereka berpaling. Meskipun mereka tak dapat melihat karena gelapnya malam, namun mereka menoleh juga. Dan malangnya baik Donald maupun Tongky berada di arah yang toleh kedua orang itu.
Kedua orang itu semula hanya melihat bayangan gelap. Dan bagi Tongky maupun Donald hal begini mereka maklumi sangat sebagai suatu bahaya. Kalau saja sempta salah seorang diantara orang yang mereka sekap ini berteriak, maka tamatlah riwayat penyergapan mereka. Mungkin mereka masih akan bisa memenangkan pertarungan. Tapi korban akan berjatuhan. Sedangkan mereka tak ingin seorangpun korban yang jatuh di pihak mereka.
Dan yang lebih penting lagi, kalau sampai terdengar tembakan, maka kapal yang sedang membongkafr muatan berupa perempuan-perempuan itu pasti akan melarikan diri.
Mengingat bahaya ini, Tongky segera menerkam lawannya yang orang Cina itu.
Dan Donald menerkam lawannya yang orang Melayu. Cara mereka memang cara khas pasukan komando. Terlatih, cepat dan mematikan. Dan yang lebih penting, tak menimbulkan suara!
Tongky menyergap lawannya dengan pisau komando. Sergapannya dibuat sedemikian rupa. Sehingga ujung pisau komando itu menerkam jantung Cina tersebut bersamaan dengan tangan kirinya yang menyekap mulut Cina itu.
Cina itu kaget separoh mampus. Bukan hanya separoh mampus, tapi dia kaget sampai mampus. Mula-mula tubuhnya akan berkelonjotan seperti tubuh Keling yang dipancung kepalanya itu. Tapi Tongky menekan tubuhnya rapat ke tanah. Dan menyekap mulutnya kuat-kuat. Menghujamkan pisaunya sampai tembus kehulu!
Cina itu menggigit jari Tongky. Sakitnya bukan main. Tapi Tongky membiarkan. Lebih baik jarinya digigit. Biar saja, asal mulutnya tak terbuka. Jari tangan Tongky berdarah. Tapi akhirnya Cina itu mampus!
Tongky menarik nafas. Perlahan tubuhnya bergulingan ke samping. Menelentang diam. Dan perlahan masih dalam berguling, mencabut pisau komandonya yang tertancap di jantung Cina itu. Cina berdegap itu beralih jadi mayat.
Akan hanya Donald, dia juga mempergunakan pisau Komando. Ya, keistimewaan pasukan Komando, sebagaimana jamaknya pasukan komando. Ya, keistimewaan pasukan Komando, sebagaimana jamaknya pasukan komando di negara manapun, adalah kemahirannya dalam bela diri.
Dia menyerang dengan tusukan pisau komando. Serangan dengan pisau ini terutama ditujukan agar lawan tak bersuara. Dan serangan yang dilakukan juga tak menimbulkan suara. Namun orang Melayu yang dia serang ternyata punya reflek yang cepat.
Tikaman pisau komando itu berhasil dia tangkis. Meski lengannya jadi luka, tapi nyawznya selamat. Dia berusaha mengangkat bedil dan memberi ingat teman-temannya.
Tapi sergapan orang tak dikenalnya itu telah membungkam mulutnya. Tangan orang itu rapat sekali ke mulutnya.
Posisinya yang duduk menyusahkannya untuk bergerak bebas. Dia mengeliat. Tapi tangan kiri Donald benar-benar seperti melengket dimulutnya.
Donald sendiri, merasa serangan pisau komandonya luput, segera memiting leher orang itu dengan tangan kanannya. Dia berusaha menanamkan kedua lututnya di tanah. Orang itu menggelinjang, namun dia makin menekankan tubuhnya ke bawah. Dia tak ingin pergulatan ini menimbulkan suara. Suara harus dilenyapkan sedapat mungkin.
Jika suara tak bisa diredam, maka peyergapan bukan bernama penyergapan. Namanya sudah jadi pertempuran. Dan kalau pertempuran, maka nilainya sama saja dengan pasukan-pasukan biasa. Disitulah letak istimewanya pasukan komando.
Jika berperang dalam bentuk beregu atau Kompi, dia akan merupakan pasukan pemunah yang sangat tangguh, ditakuti dan berbahaya. Kalau berperang secara individu, maka dia merupakan ujung-ujung tombak yang amat berbisa.
Yang setiap goresannya merupakan maut.
Begitulah yang telah dibuktikan oleh Tongky. Dan kini Donald sedang berusaha menyelesaikan penyergapannya. Dia jadi malu kalau penyergapan ini ketahuan. Meskipun musuhnya ini bisa dia bunuh, namun suara yang ditimbulkan akan jadi cemooh nanti.
@
Tikam Samurai - III