Tikam Samurai - 311

Dia hampir tak percaya. Namun si Bungsu juga tak memberi kesempatan pada orang Itali yang telah membunuh Fred Willianson itu untuk percaya. Samurai ditangannya segera melibas lagi. Dan mata samurai itu menyelusup antara dagu dan pangkal leher si Itali.
Darah segera menyembur dari luka yang menganga membelah jakun orang itu. Tubuhnya mengelupur-gelupur, mati seperti babi disembelih. Dan ketika si Bungsu menoleh ke dermaga, pertempuran telah selesai. Semua anggota sindikat yang ada di dermaga itu, kecuali satu orang mati semua.
Ya, kecuali satu orang. Yang satu orang ini adalah orang Cina. Dan dia belum mati. Dia belum mati karena berlindung dibalik tubuh seorang gadis Indonesia. Ditangannya cina itu memegang sevbuah pistol. Pistol itu lopnya ditekankan rapat-rapat ke pelipis gadis Indonesia itu. Sementara tangan kirinya memiting leher gadis itu dari belakang dengan kuat.
“Jangan menembak! Kalau kalian menembak, gadis ini kubunuh. Gadis ini kupecahkan kepalanya…!” Cina itu menggertak. Ketiga pasukan Baret Hijau disekitar dermaga itu tertegun. Si Bungsu juga tertegun. Subuh tiba-tiba datang menguak malam yang gulita. Cahaya subuh yang kemerah-merahan. Dermaga itu sendiri telah berkuah darah.
Dengan si Bungsu, maka pasukan Baret Hijau di sekitar dermaga itu hanya tinggal empat orang. Jumlah mereka semua sembilan orang, dua orang yaitu Donald dan Miguel menjaga tawanan dekat rawa. Fred Williamson gugur. Jhonson dan Kapten Fabian juga tertembak.
Cina berperut gendut bertubuh gemuk itu mulai menyeret gadis yang dia jadikan tameng itu ke ujung dermaga. Ke arah kapal! Dia bergerak mundur dengan gadis itu di depannya.
Keempat anggota Baret Hijau itu tertegun di tempat mereka masing-masing.
Di dermaga, ada sekitar tiga orang gadis yang barangkali mati terkena peluru nyasar.
Apakah akan ditambah lagi dengan kematian gadis yang dijadikan tameng itu?
Ditempatnya tegak, si Bungsu menoleh ke tempat Sony. Anggota Baret Hijau dari yang berasal dari Inggris dan ahli menembak dan ahli bahan-bahan peledak itu juga tengah memandang pada si Bungsu.
Setelah kematian Kapten Fabian, maka komando kini dipegang oleh “Letnan” itu. Dia memang ahli menembak tepat. Tapi menembak Cina itu dari jarak sejauh ini, dengan mulut pistol yang ditekankan rapat ke pelipis gadis itu, Sony jadi khawatir juga. Makanya dia menoleh ke arah si Bungsu meminta pendapat.
Si Bungsu mengangguk. Dan isyarat itu sudah cukup bagi Sony. Isyarat itu adalah perintah untuk menembak. Sudah tentu dia berusaha melumpuhkan Cina itu tanpa membuat gadis yang disanderanya jadi cidera. Tapi kalaupun akhirnya gadis itu cidera, maka dia takkan dipersalahkan. Sebab perintah langsung dari pimpinan pasukan.
Anak  Inggris yang masih muda itu perlahan mengangkat bedilnya. Sepucuk Jenggel semi otomatik. Dia membidik. Dari tempatnya tegak, Cina yang tengah mundur itu kelihatan tubuhnya sedikit dibalik tubuh gadis yang dia jadikan sandera itu.
Cina itu nampaknya salah salah seorang dari pimpinan sindikat penyelundupan ini. Dan ia cukup cerdik. Dia tetap melindungkan dirinya rapat-rapat ke tubuh gadis itu. Demikian pula kepalanya dia letakkan rapat-rapat di belakang kepala si gadis. Dengan demikian dia memunahkan kemungkinan untuk kena tembak.
Sony juga menyadari betapa sulitnya membidik sasaran bergerak dan dalam posisi terlindung begitu. Namun dia sudah dikenal sebagai penembak jitu yang jarang tandingannya dalam pasukannya dan salah satu modal untuk bisa menembak jitu adalah ketenangan dan kesabaran yang luar biasa.
Tangan kirinya yang menopang laras Jenggerl itu seperti dipakukan. Tak bergerak sedikitpun. Telunjuk kanannya rapat menempel di pelatuk bedil itu. Popor bedil itu menekan bahunya dan menempel rapat dipipi kanannya. Mata kirinya terpicing. Dan dia bernafas lewat mulut dalam jarak waktu yang teratur. Sistim pernafasan begitu membuat dadanya tak begitu berombak ketika bernafas.
Dan dengan demikian, tubuhnya juga tak banyak bergoyang jika dibandingkan dengan kalau dia bernafas lewat hidung seperti biasa.
Cina gemuk itu akhirnya sampai ke tepi dermaga. Nah, dia nampaknya menemui kesulitan. Untuk masuk ke kapal, dia harus menuruni sebuah anak tangga.
Sony membidik. Yang dia bidik bukan kepala atau bagian tubuh yang lain. Yang dia bidik justru siku kanan lelaki itu. Siku kananya menyembur keluar. Hal itu disebabkan karena tangan kanannya memegang pistol yang ujungnya ditekankan ke pelipis gadis itu.
Kalau saja dia bisa menembak dengan tepat, maka telunjuk kanan Cina itu pasti takkan mampu menarik pelatuk karena sikunya remuk. Urat pengatur gerakkan jari berada pada siku dan lipatan siku. Kalau siku itu bisa dia remukkan, maka urat-urat jari itu otomatis lumpuh. Pistol ditangan lelaki itu akan jatuh dengan sendirinya.
Cina itu mundur, setapak kaki kanannya turun ke bawah anak tangga di bawah dermaga. Dan saat itulah letusan bergegar dari loop senjata Sony. Terdengar pekik gebalau dari dermaga. Perempuan itu memekik. Cina itu juga memekik.
Persis seperti perhitungan Sony. Dia berhasil menembak dua jari dari siku Cina itu. Sikunya remuk. Dan menghancurkan sistim kerja seluruh jari kanannya. Pistolnya jatuh tanpa meledak.



@



Tikam Samurai - 311