Tikam Samurai - 28

”Bapak akan susah karena bantuan bapak ini….” Si bungsu berkata perlahan-
Untuk pertama kali gadis anak imam itu menatap padanya. Pada wajahnya yang memar dan mulut serta hidungnya yang berdarah. Si Bungsu juga menatap padanya. Mereka sebenarnya sudah saling mengenal bertahun-tahun. Bukankah mereka tinggal sekampung? Hanya saja alangkah asingnya dia terasa di kampung ini. Dan gadis ini, anak Imam yang merupakan salah satu bunga di kampungnya ini, juga menatapnya dengan perasaan asing.
”Terima kasih atas air dan kain lapnya Saleha…..” dia bekata perlahan.
Gadis itu tak menjawab. Dia masih menatapnya diam-diam. Memperhatikan anak muda yang oleh orang kampung disebut telah menjual kampung inipada jepang beberapa waktu yang lalu. Menatap pada anak muda yang terkenal pemain judi nomor satu itu.
”Sediakan nasi. Kami akan makan bersama. Mana Sawal?”
Imam itu memberi perintah, sekaligus bertanya sambil membersihkan muka si bungsu. Saleha masih terdiam. Dia heran kenapa ayahnya mau membantu sampai membersihkan wajah penjudi ini.
”Kemana Sawal?” kembali Imam itu bertanya.
”sudah sejak kepetang dia tidak pulang”
”sediakanlah nasi….”
Namun sebelum Saleha beranjak. pintu digedor orang dari luar. Wajah Saleha berobah pucat. Demiklan juga Imam itu.
”Pak Imam….Pak Imam…. cepat buka pintu” terdengar suara lelaki dari luar. Mereka berpandangan. Si bungsu bersandar. Menatap pada Iman dan Saleha yang pucat. Dan tiba-tiba tanpa dibuka, pintu didobrak dari luar. Dua orang lelaki masuk. Si bungsu segera mengenalnya sebagai orang yang tadi ikut mengeroyoknya. Kedua lelaki itu sejenak tertegun memandangnya.
”Ada apa Leman?” Imam tersebut bertanya sambil berdiri.
”Sawal pak Imam….”
”Ada apa dengan Sawal…”
”Dia ditangkap Kempetai bersama Malano….”
Saleha terpekik. Imam itu sendiri tertegun. Nama Kempetai membuat tubuhnya jadi lemah.
Intel tentara jepang itu terkenal kekejamannya. Tentara pilihan saja yang dapat masuk menjadi Kempetai. Pilihan dalam bela diri dan kejamnya. Kalau Kempetai sudah turun tangan, itu berarti mati
”Mengapa dia sampai ditangkap Kempetai….?” Imam itu bertanya dengan lemah.
”Dua malam yang lalu dia mencuri senjata jepang di Kubu Gadang. Bersama Malano dan beberapa pejuang kita. Dua orang sudah tertangkap. senjata yang berhasil dicuri hanya enam pucuk. Kini mereka berdua berada dalam masjid…..”
”Dalam masjid?”
”Ya…”
Tanpa bicara ba atau bu, Haji itu bergegas turun diikuti oleh kedua lelaki tadi. Kemudian juga Saleha. Si bungsu menarik nafas panjang. Mengambil kain lap dan kembali membersihkan mukanya.
Malano tertangkup, Demikian pula Sawal. Abang Saleha anak Imam ini. Yang dulu sering menyebut dirinya penjudi kapir. Sawal memang terkenal santri. Bukan karena ayahnya Haji dan imam di masjid. Tapi pemuda itu memang pemuda yang soleh. Dia guru mengaji di kampung ini. Kini anak muda itu ditangkap Kempetai karena ketahuan mencuri senjata di Markas jepang di Kubu Gadang. Bah, anak muda itu terlalu bagak. pikirnya sambil tetap bergolek di tikar.
Di depan masjid berdiri tiga orang kempetai. Mereka tegak berkaca k pinggang. Penduduk berdesak takjauh dari halaman masjid tersebut. Ketiga Kempetai itu tak membawa bedil panjang. sebagai anggota-anggota Kempetai pilihan, mereka hanya membawa sebuah pistol dan samurai.
”Suruh anakmu keluar Haji. Kalau tidak. kami akan menyeretnya keluar”
Seorang di antara Kempetai itu berkata. Kempetai itu bertubuh gemuk. Saleha menangis dekat ayahnya. Imam itu tak bersuara. Dia masuk ke mesjid. Di dalam, dekat mihrab, dia temui Sawal duduk dengan wajah pucat. Bahunya luka. Nampaknya terjadi perkelahian ketika dia mencuri senjata bersama beberapa orang pejuang Indonesia. Di dekatnya duduk Malano.
Lelaki yang tadi memukuli si bungsu. Dia adalah seorang pejuang bawah tanah. Yang bersumpah akan membunuh jepang sebanyak mungkin. Sebagai balas dendam atas kematian gurunya Datuk Berbangsa satahun yang lalu.
Haji itu menatap Malano dengan diam. Banyak yang ingin dia ucapkan. Namun tak ada kata yang bisa terucapkan dalam saat seperti ini. Dia ingin menyuruh anaknya melarikan diri. Namun kalau dia melarikan diri, penduduk yang lain akan ditangkap jepang sebagai gantinya.



@



Tikam Samurai - 28