Tikam Samurai -132

Ditatapnya “tongkat” yang melintang diatas meja itu.
“Samurai…” bisik hatinya. Kenapa sampai kubawa hari ini? Pikirnya lagi. Dia coba mengingat apa sebabnya ketika akan meninggalkan bilik penginapan tadi pagi dia membawa samurai ini.
Tak ada sebab yang luar biasa. Rasanya setelah berpakaian, dia lalu bersisir. Kemudian membetulkan kasur.  Dan di bawah bantal dia terpegang pada samurainya. Tanpa sadar sepenuhnya, dia meletakkan samurai yang biasanya dia simpan di bawah bantal itu ke atas meja.
Selsai membetulkan kasur dan bantal, dia memakai sandal. Lalu sambil melangkah keluar, tangannya mengambil samurai di atas meja itu. Dan lupa untuk menyimpannya lagi ke bawah bantal. Lalu kini samurai itu terletak diatas meja.
“Ambil tongkatmu itu bung!!” dia dikagetkan oleh suara lelaki itu kembali. Dengan gugup dia mengambil tongkatnya.
“Ya. Maaf, maaf….” Katanya sambil berjalan. Lebih baik dia mencari meja lain saja daripada duduk semeja dengan lelaki itu. Perasaannya mulai tak sedap. Kalu dia duduk saja disana, mungkin bisa terjadi perkelahian yang tak diingini.
Makanya diambil tempat di sudut ruangan. Memesan segelas kopi es dan sepiring sate Pariaman. Ketika akan memakan sate, matanya melirik lagi kepada lelaki yang tadi neghardiknya. Lelaki itu kelihatan gelisah. Sebentar-sebentar matanya memandang ke jalan raya.
Si Bungsu menjadi maklum, lelaki itu jadi pemberang karena ada sesuatu yang menyebabkan dirinya gelisah. Ketidak seimbangan pikiran membuat dia mudah tersinggung. Si Bungsu lalu makan satenya. Ketika dia akan meminum kopi esnya, seorang lelaki lain datang ke dekat lelaki yang menghardiknya tadi.
Mereka berbisik. Dan lelaki yang membentak si Bungsu tadi bergegas teka. Nampaknya dia ingin melangkah ke arah si Bungsu. Namun deru kendaraan bermotor di luar membuat dia menghentikan langkahnyanya. Tapi tak urung dia menoleh dan berkata tajam:
“Mata-mata jahanam! Kau jual negerimu pada Belanda. Mampuslah kau!” dan seiring dengan ucapan ini, tangannya bergerak sangat cepat kepinggang. Lalu tersenyum. Hanya naluri si Bungsu yang amat tajam itu sajalh yang menyelamatkan dirinya dari celaka.
Firasatnya merasa bahwa ada bahaya yang meluncur ke arahnya bersamaan gerak tangan lelaki itu. Dengan gerak reflek, dia menyambar dan mencabut samurai di atas meja. Dan dua kali samurainya berkelabat dengan amat cepat. Dan dengan sangat tepat sekali samurainya menghantam dua buah pisau kecil yang mengarah pada leher dan jantungnya.
Kedua pisau itu terpental dan menancap di loteng. Si Bungsu kaget. Kaget bukan atas serangan pisaunya, tapi kaget dengan tuduhan bahwa dia mata-mata Belanda. Dia ingin bicara, tapi kedua lelaki itu telah keluar dengan cepat. Namun diluar sudah berhenti mobil tadi. Dan dari atas sebuah Jeep Militer yang dicat loreng-loreng, berhamburan serdadu-serdadu Belanda!
Saat itu adalah hari-hari dimana Jepang telah menyerahkan kekuasaannya di Asia Raya pada belatentara Sekutu. Niat mereka semula untuk melanjutkan terys perjuangan menjadi batal karena perintah dari Tenno Haika, adalah penyerahan total.
Dengan demikian, tidak hanya balatentara Jepang, tetapi juga seluruh Kerajaan Jepang, termasuk Maharaja Tenno Heika, berada di bawah kekuasaan balatentara Sekutu yang di Asia dan Pasifik dipimpin oleh Jenderal Mack Arthur!.
Seluruh balatentara Jepang dilucuti. Para jenderal ditahan dan disiapkan untuk menghadapi Mahkamah Perang. Tenno Heika sendiri, meski tetap berada di istananya, namun secara de jure berada dibawah tawanan sekutu.
Bom atom yang dijatuhkan Amerika di kota Hiroshima dan Nagasaki telah menyebar sebuah bencana dan tragedi Nasional di negara Sakura itu. Ratusan ribu penduduk sipil dan militer mati seketika. Dan ratusan ribu lainnya menderita di rumah sakit. Mati secara perlahan atau menderita cacat seumur hidup. Perang telah meluluhlantakkan penduduk sipil yang tak tahu apa-apa. Perempuan, lelaki, kanak-kanak dan bayi mati jadi korban keganasan mesiu.
Dan Bom Atom yang meluluhkan itu, membuat rasa superior bangsa Jepang jadi merosot ketitik nol. Rasa bangga yang didengungkan selama ini oleh kalangan militer, bahwa Jepang penakluk dunia, tiba-tiba berlutut kehabisan daya dibawah sepatu Sekutu. Dan dengan demikian, dengan terhentinya peperangan Jepang Sekutu itu, terselamatkan pula ratusan ribu naywa lainnya. Nyawa dan harta benda yang terselamatkan itu terutama dipihak Jepang dan dipihak Sekutu.
Sebab, tiga puluh tahun kemudian, menurut analisa para ilmuan, kalau saja bom atom tak dijatuhkan dan memaksa Jepang bertekuk lutut, maka perang masih diperkirakan akan berlangsung selama setahun lagi.
Dan selama setahun itu, menurut perhitungan dipihak Sekutu akan jatuh korban nyawa sebanyak 200 ribu tentara. Dipihak Jepang akan jatuh korban sebanyak 900 ribu tentara. Tapi karena peperangan akan berlangsung di Negara Jepang sendiri, maka penduduk sipil yang akan mati oleh keganasan peluru itu, diperkirakan mencapai 2 juta!



@


Related Posts

Tikam Samurai -132