Tikam Samurai - 265

Hari keempat setelah operasi itu.
Nurdin masih belum sadar. Namun keadaannya tak lagi begitu mengkhawatirkan. Makanannya diinfuskan melalui pembuluh darah berupa zat cair berwarna putih. Di kamar tamu, si Bungsu menceritakan pada Salma tentang peristiwa di pelabuhan tersebut.
“Dia mengatakan tentang dokumen yang ada padamu. Salma…”
“Dokumen?”
“Ya. Ada sebuah map biru berbungkus kertas minyak berwarna kuning…”
Salma coba mengingat.
“Oh ya. Ya, saya ingat. Dia berikan sebulan sebelum kejadian ini..”
“Engkau mengetahui isinya?”
“tidak. Saya hanya menyimpannya..”
“Dia meminta saya mempelajari dokumen itu”
“Apakah tak lebih baik diserahkan pada Konsul?”
Dia tak berkata begitu. Barangkali dia tak ingin memberitahukannya sebelum dia usut secara menyeluruh. Ada dokumen itu sekarang…?”
“Ada. Di rumah di jalan Brash Basah. Kita bisa mengambilnya sekarang…”
Salma lalu berdiri. Namun telinga si Bungsu yang amat tajam dapat menangkap suara langkah kaki bergeser halus dibalik pintu ruang tamu dimana mereka berada.
Langkah itu jelas sekali diinjakkan secara amat hati-hati. Semula si Bungsu berniat memburu. Tapi dia segera sadar. Ini adalah gedung konsulat. Dan statusnya sendiri hanyalah sebagai tamu. Dia tak mau bertindak gegabah. Namun peringatan Nurdin ketika menuju ke konsulat ini terngiang ditelinganya:
“Kalau engkau ke Jakarta, bawa dokumen tentang sindikat itu. Saya bukannya tak percaya pada beberapa petugas di konsulat Indonesia di kota ini. Namun saya lebih percaya padamu. Bungsu, jangan sampai orang di konsul tahu, bahwa dokumen itu ada padamu…”
Masih dia ingat pesan itu. Dan hatinya jadi tak sedap mengingat langkah menjauh di balik pintu tadi. Kalau demikian, gerak gerik mereka di gedung ini telah diawasi dengan cermat. Hanya pihak manakah yang mengamati itu?
Saat itu Salma muncul setelah bertukar pakaian. Mereka segera menuju ke rumah kediaman Salma di jalan Brash Basah.
“Uda, apakah Bang Nurdin ada berpesan sesuatu padamu sebelum di jatuh pingsan dahulu..?”
Tiba-tiba saja bertanya ketika mobil telah berjalan. Si Bungsu jadi kaget. Dia teringat pada pesan Nurdin yang meminta dia menjaga dan bahkan mengawini Salma jika Nurdin meninggal dunia.
Dan sampai saat ini, overste itu belum juga sadar diri. Nyawanya masih dalam kritis. Akan dia ceritakan permintaan Nurdin itu?
“Ya. Dia berpesan tentang dokumen itu..”
“Tak ada yang lain?”
“Tidak..”
Salma menarik nafas panjang. Si Bungsu juga meraik nafas panjang. Tapi nafas mereka seperti terhenti takkal mereka sampai di rumah kediaman Salma di jalan Brash Basah.
Isi rumah itu sperti sudah diaduk aduk ribuan kerbau.
Meja kursi dan tempat tidur bertempetasan. Kain-kain dan laci-laci semua terbongkar habis. Dan lebih kaget lagi, diruang tengah, seorang polisis Singapura yang bertugas menjaga rumah itu kelihatan terbaring berlumur darah.
Salma terpekik dan memeluk si Bungsu.
“Tenanglah. Tenang. Dimana engkau simpan dokumen itu?”
Namun Salma tak bisa segera tenang. Keadaan suaminya dan ditambah dengan situasi rumah ini menambah kesan yang amat kuat dihatinya. Betapa sebenarnya suaminya berada dalam bahaya besar. Hal itu menggoncangkan hati Salma.
Namun akhirnya Salma berhasil juga ditenangkan. Dan dia menunjukkan dimana dia menyimpan dokumen tersebut. Ternyata dia cukup pandai menyimpan dokumen itu, karena dikatakan suaminya amat penting dia simpan dalam lemari yang tertanam ke dalam dinding. Dan di bahagian depan dinding yang menyimpan lemari itu, terletak kaca lebar.
Takkan ada orang yang menyangka bahwa dia menyimpan dokumen atau benda apapun dibelakang kaca itu. Bahkan kalaupun kaca itu dihancurkan, lemari dalam dinding itu tak pula segera kelihatan.
Salma sendiri mengetahui lemari itu ketika dahulu serah terima dengan penghuni sebelumnya. Nyonya rumah yang akan pindah itu, seorang nyonya Inggris, membawa Salma keliling kamar. Kemudian menunjukkan lemari rahasia tersebut.
Dan ternyata kinipun orang yang menggeledah rumahnya tak menemukan lemari rahasia tersebut. Dokumen dalam map biru yang dibungkus kertas minyak kuning itu masih utuh bersama beberapa dokumen lainnya berikut perhiasan-perhiasan Salma.
Tiba-tiba si Bungsu tertegak. Salma merasa heran atas sikapnya itu.



@



Tikam Samurai - 265