Tikam Samurai - 266

“Ada apa?”
“Tetaplah tenang disini. Pegang dokumen ini. Jangan pergi sebelum saya datang di sini. Tutup pintu kamar ini…” berkata demikian si Bungsu lalu menyelinap. Namun berbalik lagi cepat.
“Ada telepon disini?”
“Ada” Salam bergegas ke kamar tengah. Di sana ada telepon yang diengkol untuk mempergunakannya. Tapi tali telepon itu ternyata telah putus. Mereka bertatapan.
“Kembali ke kamar tadi!” kata si Bungsu.
Salma bergegas ke kamar tersebut. Dia tak tahu ada apa sebenarnya. Namun dari sikap si Bungsu dia dapat merasakan bahwa ada bahaya.
Hanya bahaya apa sesiang ini hari?
Si Bungsu bergegas ke ruang depan dimana terbaring mayat polisi Singapura tadi. Dia memeriksa pinggangnya, namun ternyata senjata polisi itu telah lenyap. Dan telinganya yang tajam menangkap suatu gerak di depan. Dia menoleh, dan seorang Cina berambut pendek bertubuh gemuk kelihatan muncul. Di tangannya tergenggam sebuah senapan mesin.
Cina itu menyeringai pada si Bungsu yang masih berjongkok dekat mayat polisi Singapura itu.
Cina itu bicara dalam bahasa nenek moyangnya. Si Bungsu tak mengerti apa yang dibicarakannya. Namun dia tetap berjongkok. Cina itu berada di sebelah kananya dalam jarak empat depa. Cina itu mulai membentak. Si Bungsu tetap diam. Cina itu melihat si Bungsu tak memiliki senjata. Dia lalu bergerak mendekat.
Saat itu si Bungsu mendengar pekikkan Salma dari kamar sebelah. Cina itu makin menyeringai. Dan saat itulah tangan kanan si Bungsu bergerak. Tangannya terayun menyamping. Dan samurai kecil yang selalu diikatkannya secara khusus di lengan kanannya, dan tertutup oleh lengan bajunya, meluncur dengan cepat.
Cina itu tak menyangka sedikitpun. Samurai kecil itu menancap diantara dua matanya. Mulutnya masih memperlihatkan seringai buruk. Namun ada rasa heran dan sakit pada sinar matanya. Kedua bola matanya berputar. Lalu rubuh. Mati!
Dari kamar dimana Salma memekik tadi tak terdengar lagi suara apa-apa. Si Bungsu berjalan ke jendela. Di luar kelihatan sebuah sedan.
Berapa orang mereka di rumah ini sekarang, pikirnya.
Dia lalu berjingkrat ke kamar dimana Salma tadi memekik. Mendorong pintunya, dan mengintai ke dalam. Dan saat itu dia melihat punggung Salma lenyap di pintu samping sana. Bersama seorang Melayu yang menyeret tangannya.
Ke samping!
Si Bungsu berlari ke samping. Masuk ke kamar yang menghubungkan dengan taman samping. Dan dia segera menyeret tangan Salma. Orang Melayu itu tertegak menatapnya. Tangan kanannya menodongkan pistol otomatis. Si Bungsu tetap tegak. Dia tak bersenjata sama sekali. Dan lelaki Melayu itu melihat hal tersebut.
“Hei, awak menelungkup di lantai!” perintah si Melayu itu.
Si Bungsu mematuhinya. Dia menunduk. Tangan kanannya bergetar perlahan. Samurai kecil yang diikatkan secara khusus menurut petunjuk Tokugawa dahulu jatuh dan turun ke telapak tangannya. Ketika tangan kanannya hampir mencecah lantai, dia menghayunkannya kuat-kuat ke depan.
Orang Melayu yang memegang tangan Salma itu tak menyangka apa-apa. Tapi tiba-tiba saja jantungnya terasa amat pedih. Dia mengangkat pistolnya. Tapi pistol otomatik yang biasa dia pergunakan itu terasa alangkah beratnya. Dia jatuh berlutut. Salma menjauh segera.
Mata si Melayu itu menatap heran pada Si Bungsu. Si Bungsu bangkit perlahan. Si Melayu itu menatap heran pada si Bungsu. si Bungsu itu jatuh terlentang. Pistol masih ditangannya. Matanya masih terbuka. Dari mulutnya ada keluhan perlahan. Dia lihat anak muda itu melangkah kearahnya. Membungkuk diatas tubuhnya. Dan mencabut samurai kecil yang tertancap di jantungnya. Si Melayu itu hanya bisa melihat sementara mulutnya terasa kering. Dan nafasnya akhirnya juga kering. Mengirap ke langit. Mati dengan mata masih terbuka, dengan wajah keheran-heranan.
Si Bungsu menghapuskan darah di samurai yang panjangnya tak lebih dari sejengkal itu ke lengan di balik lengan baju panjangnya.
Salma melihat di lengan kanan anak muda itu ada semacam kulit selebar tiga jari yang melilit tangannya. Dan pada kulit hita itu tersisip tiga buah samurai-samurai kecil dengan hulunya menghadap ke bawah.
“Sulong, A Cong! Sudah selesai?” tiba-tiba terdengar suara dari kamar tamu. Suara itu jelas dengan aksen India. Salma menatap si Bungsu. si Bungsu memegang tangan Salma kemudian membawanya lewat ke pintu belakang.
“Sulong, A…” suara India itu seperti terputus. Dan si Bungsu dapat menduga, India itu pastilah menemui mayat Cina yang bernama Acong itu di kamar tengah dekat mayat polisi Singapura.



@



Tikam Samurai - 266