Tikam Samurai - 267

Dan memang benar. India itu berhasil menemui mayat temannya. Dia menyumpah-nyumpah dalam bahasa Urdu yang tak dimengerti oleh si Bungsu maupun oleh Salma.
India itu mulai membuka pintu demi pintu, dia tertegun. Di tengah ruangan, terlihat temannya yang bernama Sulong itu tergolek dengan mata terbuka. Dia maju selangkah, dan saat itulah dari samping sebuah tendangan mendarat di kerampangnya. Tendangan itu amat kuat. Dilakukan oleh seorang anak muda yang telah melatih diri bertahun-tahun.
Ada suara tak sedap takkala punggung kaki si Bungsu melanda kerampang India itu. India bertubuh tinggi besar itu tertegak disana. Matanya jadi juling. Senapan otomatiknya terjatuh. Kedua tangannya segera memegang instrumen di kerampangnya yang baru saja diterpa kaki si Bungsu.
Dia melenguh. Dan nampaknya, ada beberapa instrumennya yang fatal kena tendang itu. Dia melosoh turun dengan mulut berbuih.
Pingsan!
Nah, kini tinggal membereskan sopir di halaman sana.
Tapi bagaimana caranya? Mereka harus keluar dari rumah ini secepat mungkin.
Sopir sedan yang parkir jauh di halaman sana menanti dengan mata terkantuk-kantuk. Lalu dia mendengar suitan. Di pintu rumah besar itu dia lihat seorang perempuan tegak dengan leher ditekuk oleh temannya. Temannya yang tegak dibelakang perempuan itu melambaikan tangannya. Sopir Cina itu menjalankan mobil dan membawanya ke dekat rumah.
Tapi saat itu pula si Bungsu melihat lain dibangku belakang sedan tersebut. Dia cepat menarik Salma ke dalam.
“Masih ada yang lain di dalam sedan itu. Tak ada jalan keluar yang lain?” tanya si Bungsu.
“Ada. Lewat belakang. Tapi harus meloncati pagar”
“Kita harus coba. Kemana jalan itu tembusnya?”
“Ke jalan raya”
“Bagus. Ayo cepat”
Mereka berlarian sepanjang rumah. Sementara sedan terhenti di depan.
Mereka mencapai pintu belakang ketika yang seorang lagi dari komplotan yang tak diketahui siapa mereka oleh si Bungsu itu turun.
Dengan pistol di tangan dia membuka pintu. Dan matanya terbelalak melihat mayat temannya si Cina yang bernama Acong.
“Mereka lolos!!” teriak orang itu dalam bahasa Melayu.
Sopir Cina itu turun dan mengambil pistol dari laci sedannya. Berdua mereka lalu masuk hati-hati ke rumah besar tersebut. Menyelinap ke kamar demi kamar. Tapi rumah itu kosong!
“Ke belakang!” serunya. Mereka berlari ke belakang. Dan saat itu di pagar belakang si Bungsu tengah menahan kaki Salma yang memanjat tembok.
“Berhenti!!” si Melayu itu berteriak. Saat itu Salma telah melompat ke jalan raya disebelah tembok. Dan kini tinggal si Bungsu. perlahan dia membalik. Dia melihat dua orang, satu Melayu dan satu lagi Cina tegak dengan bedil siap ditembakkan padanya.
“Kemari kau!!!” bentak si Melayu.
Yang melayu ini agak tenteram juga hatinya. Sebab ternyata lelaki di depannya ini tak bersenjata sama sekali.
Si Bungsu melangkah menuruti perintah kedua orang itu.
Ketika telah dekat, si Melayu itu menghantamnya dengan sebuah pukulan. Kena mulutnya. Berdarah. Sebuah tendangan ke perut. Si Bungsu terbungkuk. Terputar. Dan saat berputar itu tangannya terayun ke belakang.
Dua bilah samurai kecil. Dengan keahlian yang sulit untuk dipercaya, meluncur dari balik lengan bajunya. Dan kedua samurai yang sejengkal panjangnya itu, menancap di leher kedua lelaki tersebut! Menancap hingga ke gagangnya!
Kedua lelaki itu tersentak. Melemparkan senjata ditangan mereka.
Sebelum kedua lelaki itu jatuh ke tanah. Si Bungsu berbalik. Kemudian memanjat tembok. Dan melompat ke sebelah. Salma menanti dengan wajah pucat.
Mereka menghentikan sebuah taksi.
Salma menyebutkan alamat konsulat. Taksi itu meluncur kesana. Di konsulat, Salma melaporkan pada Konsul tentang peristiwa yang dialami dirumahnya. Menceritakan tentang sopir konsulat yang mati terbunuh.
Namun dia tak menceritakan tentang dokumen yang sekarang ada pada si Bungsu. konsul segera saja menelpon pihak yang berwenang di Singapura. Menyampaikan protes keras atas lemahnya perlindungan keamanan bagi anggota korp diplomatik Indonesia.
Pihak pemerintah kota Singapura minta maaf dan berjanji akan menyelidiki dan mengusut peristiwa itu sampai ke akar-akarnya.



@



Tikam Samurai - 267