Tikam Samurai - 316

“Ya. Ke Australia”
“Alangkah jauhnya. Saya tak mengerti kenapa dia harus pergi sejauh itu…’
“Dia mengantarkan mayat seseorang”
“Mayat?”
“Ya. Mayat seorang sahabatnya..”
Michiko masih tak mengerti. Dia menatap pada Salma. Salma masih tetap menatap pada Michiko. Dia tengah mematut-matut. Sejauh mana hubungan antara si Bungsu dengan gadis Jepang ini?
Pastilah ada sesuatu yang istimewa dalam hubungan itu. Jika tak ada yang istimewa, mustahil gadis ini akan mencarinya sejauh itu.
“Ada seorang anak muda Asutralia…” suara Overste Nurdin mengejutkan Michiko yang tengah bertatapan dengan Salma, “ dia berteman dengan si Bungsu. dan anak Australia itu mati tertembak.
Dia minta agar jenazahnya diantarkan pada ibunya di Australia. Nah, itulah yang dilakukan oleh si Bungsu. mengantarkan jenazah temannya itu kesana…”
“Apakah dia lama disana?”
Overste Nurdin menarik nafas.
“Kami tak tahu nona. Tak ada yang bisa menebak apakah dia akan berada lama disuatu tempat atau tidak. Barangkali nona tahu bahwa dia adalah seorang pengembara. Seorang lelaki sunyi dan hidup sebatang kara…”
“Ya. Saya tahu….” Suara Michiko terdengar perlahan.
“Dan dia pergi dari suatu kota ke kota lain untuk membunuh rasa sepinya…”
“Ya…..” suara Michiko makin perlahan.
Setelah ucapan Michiko yang terakhir itu, suasana lalu jadi sepi. Michiko menunduk. Salma masih menatapnya. Begitu pula Overste Nurdin. Mereka sama-sama diam. Lalu :
“Apakah dia mengatakan kemana dia akan pergi setelah mengantarkan jenazah temannya itu?”
Michiko masih berusaha untuk mengetahui rencana perjalanan si Bungsu.
Kali ini tidak Nurdin yang bicara. Dia memberi isyarat pada isterinya untuk menjelaskan.
“Ada. Dia memang mengatakan kemana dia akan pergi. Yaitu kalau dia bisa cepat meninggalkan Australia. Katanya dia ingin pulang ke kampungnya…’
“Ke kampungnya?”
“Ya. Ke Situjuh Ladang Laweh. Ke kaki Gunung Sago di Payakumbuh seperti yang nona katakan tadi…” Salma berkata dan tersenyum lembut. Wajah Michiko jadi berseri. Dan itu semua tak luput dari amatan Salma.
Tapi tiba-tiba wajah Michiko jadi murung lagi.
“Apakah…apakah disana ada….” Dia terhenti. Nurdin dan Salma saling pandang dan menanti apa yang ingin ditanyakan gadis itu. Tapi Michiko tak kunjung mengucapkan apa yang tersirat dihatinya. Salma segera saja bisa menebak.
“Nona maksudkan, apakah dikampungnya dia punya seorang kekasih atau tunangan…?’
Wajah Michiko terangkat cepat. Separoh kaget. Namun begitu matanya bertemu dengan tatapan Salma, cepat-cepat dia menundukkan kepala. Wajahnya segera menjadi murung.
“Ya. Bukankah dia mempunyai seorang kekasih disana?” gadis itu akhirnya berkata setelah lama berdiam diri.
“Tidak. Dia tak punyai siapa-siapa dikampungnya itu….” Salma menjelaskan.
“Ah, kalau begitu nyonya belum mengenal si Bungsu seperti saya mengenalnya….” Suara Michiko terdengar perlahan. Muka Salma jadi berona merah. Entah kenapa, hatinya jadi tak sedap dikatakan gadis Jepang ini “belum mengenal si Bungsu sebagaimana Michiko mengenalnya..!.” ini keterlaluan. Sampai dimana benar gadis Jepang ini mengenalnya, pikir Salma.
Namun dia ingin tahu juga, makanya dia memancing.
“Barangkali kami memang tak begitu mengenalnya. Apakah nona mengetahui ada seorang gadis yang menantinya di kampung?” Michiko mengangguk. Salma dan Nurdin berpandangan.
“Ini baru berita. Ini berita baru…” Nurdin berkata dengan jujur dan takjub. Sebab dia memang tak pernah mengetahui akan hal itu.
Michiko memandang padanya separoh heran.
“Benar, ini berita baru bagi kami nona. Siapa gadis yang menantinya itu?” Nurdin bertanya antusias. Sebab dia tahu dengan pasti, atau katakanlah, bahwa dia hanya tahu si Bungsu hanya mencintai Salma, yang secara tak diduga menjadi isterinya. Bila kini ada orang lain yang mengatakan bahwa ada kekasih si Bungsu dikampungnya, bukankah itu berita menarik baginya?
Sedang bagi Salma sendiri  berita itu tak kurang mengejutkannya.
Sebab dia sendiri selama ini tahu dan menduga bahwa anak muda yang pernah dia cintai itu, hanya punya seorang kekasih. Dan gadis itu, yang jadi kekasih si Bungsu itu, juga membalas cinta si Bungsu dengan sepenuh hati. Gadis itu adalah dirinya sendiri. Tapi itu dulu.
Lalu kini ada saja gadis lain, yang dia duga punya hubungan dengan si Bungsu, yang mengatakan bahwa ada lagi gadis lain dihati si Bungsu. nah, diam-diam perasaan cemburunya muncul.



@



Tikam Samurai - 316