“Namanya michiko..”katanya sambil berjalan dan bersiul.
Si Bungsu tertegak dan kaget seperti disambar petir. Dia hampir tidak mempercayai pendengarannya. Apakah pelayan itu ada ngomong tentang gadis jepang dan bernama Michiko? atau yang terdengar olehnya adalah semacam ilusi yang dibawa dari mimpi yang terlalu dasyat barusan tadi.Aneh? hatinya berdebar. Jantungnya berdegub tak menentu.Tak biasanya seperti ini,peluh kembali membasahi tubuhnya. Untuk menenangkan diri dia pergi mandi, kemudian bertukar pakaian.
Hari ini dia akan ke Payakumbuh dan dari sana baru kekampungnya, Situjuh ladang Laweh. Kampungnya persis di bawah kaki gunung Sago. Dia tak tahu apa yang akan dia perbuat disana. Yang jelas,dan keinginan paling besar adalah menjenguk Pusara Ayah, Ibu dan kakaknya. Kemudian melihat rumah dimana dia lahir dan dibesarkan. Lalu apa lagi? Dia tak tahu, barangkali dia akan tinggal disana, semalam dua malam atau akan pergi lagi.
Tetapi apakah si Bungsu memang salah dengar ata ucapan pegawai hotel Indonesia atas “Gadis di sebelah kamar”itu? apakah benar Michiko dan Michiko yang dimaksud adalah anak dari Saburo matsuyama,yang datang untuk membalas kematian ayah nya terhadap si Bungsu.? sebab di Jepang ada ribuan gadis yang bernama michiko. Apakah Michiko yang di sebelah kamarnya itu adalah Michiko yang “membunuh”nya didalam mimpi tadi?
Ternyata benar! Dia memang Michiko yang satu itu, dia datang untuk mencari si Bungsu. Namun ketika dia mendaftarkan diri di Hotel ini sama sekali dia tidak tahu bahwa lelaki yang dia cari itu ada di hotel tersebut. Dan ketika dia masuk kekamar nomor dua sama sekali dia tak tahu kalau di kamar nomor emapat persis di sebelah kamarnya dan hanya dibatasi oleh sebuah dinding, berbaring si Bungsu, lelaki yang sangat ingin dia temui.
Ketika si Bungsu bermimpi berkelahi dengan Michiko, saat itu Michiko telah bangun. Dia mendengar suara gaduh disebelah, namun tidak dia perhatikan. Dia keluar dan mandi. Kemudian ketika dia masuk kekamarnya, saat itu pula si Bungsu keluar pergi mengambil wudhu. Kalau saja dia agak terlambat keluar dari kamar mandi, atau si Bungsu sedikit lebih cepat keluar kamarnya, pasti kedua mereka bertemu di gang didepan kamar itu. Pasti!
Ketika si Bungsu sembahyang subuh, Michiko telah keluar, dia pergi menghirup udara pagi yang cerah sambil menapaki jalan dalam kota itu. Kedatangannya di bukittinggi di mulai dari kedatangan Donald ke Singapura dari Australia. Setelah menceritakan kepada Fabian tentang perjalanannya dengan si Bungsu mengantarkan jenazah Robert ke Australia, Lalu datang ke Konsulat indonesia.
Di sana dia disambut oleh Overste Nurdin dan Salma isterinya. Karena tamu yang datang membawa berita tentang si Bungsu, Salma segera memanggil Michiko yang saat itu tengah bermain dengan Eka, anak mereka, di taman belakang.
”Michiko san, kemarilah…”
Michiko berhenti mengejar-ngejar Eka. Memangku anak itu, kemudian mendekat.
”Ada apa, Salma san?”
”Ada tamu untukmu…”
”Tamu untukku?”
”Ya. Tamu dari Australia!”
Hampir saja anak dalam gendongannya jatuh. Untung dia cepat menguasai diri. Tamu dari Australia! Orang yang kenal dengannya dan kini ada di Australia adalah si Bungsu! Apakah lelaki itu yang datang?
”Tenanglah, bukan si Bungsu. Tetapi temannya. Namun dia datang membawa cerita tentang kekasihmu itu. Ayo kita masuk”
Mereka ke ruang tamu. Donald terkesima melihat kedua perempuan cantik itu. ”Kenalkan, ini Michiko. Teman si Bungsu…”
Nurdin mengenalkan gadis itu pada Donald. Donald berdiri. Mengulurkan tangan dengan sikap kagum dan hormat. Yang disambut dengan dada berdegup oleh Michiko. Yang sangat ingin tahu tentang si Bungsu.
”Nona Michiko…?” ulang Donald perlahan.
”Ya, Michiko. Pernah mendengar namanya?” tanya Nurdin.
Donald kembali duduk. Kemudian menatap pada Michiko.
”Saya sering mendengar nama nona. Saya gembira hari ini dapat bertemu dengan nona. Si Bungsu banyak bercerita tentang nona…”
Michiko merasa jantungnya mengencang. Si Bungsu sering bercerita tentang diriku. Apakah dia masih mengingatku?, pikirnya. Dari Donald mereka semua jadi tahu bahwa si Bungsu telah pulang ke Indonesia, ke kampungnya. Ketika sore hari itu Donald pamitan, ketiga mereka membicarakan soal si Bungsu.
”Saya akan pergi…” kata Michiko perlahan.
”Ke Sumatera Barat?” tanya Nurdin.
”Ya…”
@
Tikam Samurai - IV