Padahal yang tak enak
adalah perasaannya. Si Bungsu kini tak
ingin lagi terkecoh oleh perasaannya,dia sudah hafal dengan firasatnya.
Firasatnya selalu tak berdusta. Entah
mengapa, ternyata berada di kota Dallas ini, dikota belantara yang tak mengenal
belas kasihan ini, firasatnya yang tajam, yang selama ini ‘macet’kini berangsur
bekerja lagi dengan sempurna.
Barangkali itu disebabkan
atas kesadarannya pada bahaya mengancam. Dia
datang kemari mencari Michiko. Dan
Michiko sampai ke kota ini bukan kemauannya. Dia
dibawa oleh seorang bekas pilot perang dunia II.
Sejak semula dia sudah punya firasat, akan ada darah yang tumpah atas
kedatangannya kekota ini.
Dan kini perasaan tak
sedapnya timbul tiba-tiba. Dia tahu,
firasatnya memberikan isyarat bahwa sesuatu yang tak dingini akan terjadi.
Sesuatu yang tak diingini itu barangkali akan menimpa Tongky. Dia tahu itu, sebab ketika berwudhu itu
tadi wajah Tongky melintas dalam ingatannya, itu
suatu isyarat pasti!
Tapi bagaimana dia akan
mengatakannya pada Tongky?Tongky menyelesaikan senam paginya. Kemudian memakai
kimono yang terbuat dari bahan handuk. Kemudian minum kopi dan makan hamburger. Lalu membaca koran pagi yang di
letakkan orang didepan pintu. Dimasukan di bawah pintu lewat lubang antara daun
pintu dengan lantai.
“Hei, lihat! Ada gambarku…!”seru
Tongky begitu membuka koran lokal. Dia
memperlihatkannya pada si Bungsu. Koran
itu terbitan Dallas, bernama PIONEER. Dalam gambar kelihatan Tongky
tengah duduk dengan kaki dimeja.
“Busyet, foto ini diambil
ketika kita berada diruang tunggu lapangan terbang Mexico kemaren. Sialan,
kenapa ada wartawan disana?”Tongky menggerutu.
Koran itu memberitakan
tentang pembajakan pesawat Japan Airlines di bandara Mexico. Pembajakan itu
digagalkan oleh seseorang dan pioneer berhasil mendapatkan foto ”Pahlawan
penyelamat” itu dengan membelinya dari New York Times. Tongky tertawa membaca
bualan koran tersebut. Hari sudah pukul
sembilan ketika mereka menyusun rencana untuk mulai bergerak, mencari jejak
Michiko.
“Di kota ini kita akan
menghubungi seorang teman bernama Alex. Dia
banyak tahu tentang kota ini, dan telah
mencium jejak Michiko..” kata Tongky.
Mereka lalu membuat
rencana, pagi itu mereka akan menuju ke wilayah utara,
ke Civilation City, ke wilayah perkantoran pemerintah. Di sana Alex bekerja. Meraka lalu
turun menuju Lobi. Dalam Lift menuju
kebawah si Bungsu akhirnya berkata.
“Tongky, pagi ini
perasaanku sangat tak sedap..”Tongky tersenyum.
“Lumrah, kawan. Engkau
akan bertemu dengan kekasihmu, perasaan itu yang membuat kau gundah…”
“Bukan, ada sesuatu yang
akan terjadi. Barangkali atas diri kita berdua atau atas diri mu Tongky..”akhirnya
si Bungsu berterus terang. Tongky menepuk bahu si Bungsu.
“Terima kasih kawan, kita
akan berhati-hati…”
Si Bungsu lega, dia sudah
memberi ingat. Mereka sampai di lobi. Bersamaan dengan mereka keluar lift, lift
di sebelah kanan mereka juga berhenti dan dari dalamnya keluar empat orang, dua
lelaki dan dua perempuan. Tongky menuju ke Front Office dan menyerahkan kunci,
si Bungsu tegak disisinya.
“Apakah kami bisa memakai
taksi?”tanya Tongky kepada gadis di front office.
“Tentu…”dan gadis itu
memberi isyarat kepada seorang gadis lainya yang tegak dekat pintu masuk.
Isyaratnya dengan membunyikan dua jari dengan menyentikkannya, gadis itu
mendekat.
“Taksi…”ujar recepsionis.
“Taksi…”ujar recepsionis.
“Mari, silahkan…”sahut
gadis petugas hotel itu.
Kedua mereka mengikuti
gadis yang pahanya tersimbah-simbah itu. Dekat
pintu dia melambaikan tangannya ke deretan taksi di sayap kanan hotel. Dan sebuah taksi segera mendekat. Kaca taksi itu sesaat berkilat ketika
memasuki tersa hotel, berkilat oleh terpaan sinar matahari yang langsung
menerkam mata mereka yang tegak menantinya.
Si Bungsu memejamkan mata,
demikian Tongky dan gadis hotel itu. Dan
taksi itu sampai di dekat mereka. Tapi
taksi itu tidak berhenti, hanya melambatkan jalannya.
Dan..dhas..dhas..dhas…!! Tiga tembakan dengan pistol yang berperedam. Suara dhas hanya berupa suara yang
agak lemah. Dan taksi itu tiba-tiba
menekan gas kuat-kuat, seperti melejit terbang kejalan raya, meninggalkan suara
ban berdenyit-denyit.
Saat itu tubuh Tongky tersentak-sentak. Si Bungsu terlompat memburu
temannya itu, merangkul tubuhnya yang hampir terbanting ke lantai. Dan gadis petugas bertubuh montok
dengan pakaian merangsang itu terpekik. Dan
heboh pun terjadi! Darah membasahi dada dan kepala tongky. Tiga peluru bersarang di tempat yang
Fatal! Si Bungsu seperti hilang semangatnya, Tongky terkulai. Menggelepar dan
terdengar suaranya berbisik-bisik.
“Firasatmu benar kawan.Maaf…Saya…”Dan sepi! Sepi yang benar-benar sunyi!
Si Bungsu tertegun disana memeluk kepala dan
tubuh kawannya itu. Orang berkerumun
diam. Kemudian sebuah Ambulance yang datang entah dari mana, sampai didepan
hotel dengan suara meraung-raung. Orang
bersibak,empat petugas melompat turun. Dua
orang membawa tandu dan dua lagi memeriksa.“Firasatmu benar kawan.Maaf…Saya…”Dan sepi! Sepi yang benar-benar sunyi!
@
Tikam Samurai - V