Tikam Samurai - 429


Padahal yang tak enak adalah perasaannya. Si Bungsu kini tak ingin lagi terkecoh oleh perasaannya,dia sudah hafal dengan firasatnya. Firasatnya selalu tak berdusta. Entah mengapa, ternyata berada di kota Dallas ini, dikota belantara yang tak mengenal belas kasihan ini, firasatnya yang tajam, yang selama ini ‘macet’kini berangsur bekerja lagi dengan sempurna.
Barangkali itu disebabkan atas kesadarannya pada bahaya mengancam. Dia datang kemari mencari Michiko. Dan Michiko sampai ke kota ini bukan kemauannya. Dia dibawa oleh seorang bekas pilot perang dunia II. Sejak semula dia sudah punya firasat, akan ada darah yang tumpah atas kedatangannya kekota ini.
Dan kini perasaan tak sedapnya timbul tiba-tiba. Dia tahu, firasatnya memberikan isyarat bahwa sesuatu yang tak dingini akan terjadi. Sesuatu yang tak diingini itu barangkali akan menimpa Tongky. Dia tahu itu, sebab ketika berwudhu itu tadi wajah Tongky melintas dalam ingatannya, itu suatu isyarat pasti!
Tapi bagaimana dia akan mengatakannya pada Tongky?Tongky menyelesaikan senam paginya. Kemudian memakai kimono yang terbuat dari bahan handuk. Kemudian minum kopi dan makan hamburger. Lalu membaca koran pagi yang di letakkan orang didepan pintu. Dimasukan di bawah pintu lewat lubang antara daun pintu dengan lantai.
“Hei, lihat! Ada gambarku…!”seru Tongky begitu membuka koran lokal. Dia memperlihatkannya pada si Bungsu. Koran itu terbitan Dallas, bernama PIONEER. Dalam gambar kelihatan Tongky tengah duduk dengan kaki dimeja.
“Busyet, foto ini diambil ketika kita berada diruang tunggu lapangan terbang Mexico kemaren. Sialan, kenapa ada wartawan disana?”Tongky menggerutu.
Koran itu memberitakan tentang pembajakan pesawat Japan Airlines di bandara Mexico. Pembajakan itu digagalkan oleh seseorang dan pioneer berhasil mendapatkan foto ”Pahlawan penyelamat” itu dengan membelinya dari New York Times. Tongky tertawa membaca bualan koran tersebut. Hari sudah pukul sembilan ketika mereka menyusun rencana untuk mulai bergerak, mencari jejak Michiko.
“Di kota ini kita akan menghubungi seorang teman bernama Alex. Dia banyak tahu tentang kota ini, dan telah mencium jejak Michiko..” kata Tongky.
Mereka lalu membuat rencana, pagi itu mereka akan menuju ke wilayah utara, ke Civilation City, ke wilayah perkantoran pemerintah. Di sana Alex bekerja. Meraka lalu turun menuju Lobi. Dalam Lift menuju kebawah si Bungsu akhirnya berkata.
“Tongky, pagi ini perasaanku sangat tak sedap..”Tongky tersenyum.
“Lumrah, kawan. Engkau akan bertemu dengan kekasihmu, perasaan itu yang membuat kau gundah…”
“Bukan, ada sesuatu yang akan terjadi. Barangkali atas diri kita berdua atau atas diri mu Tongky..”akhirnya si Bungsu berterus terang. Tongky menepuk bahu si Bungsu.
“Terima kasih kawan, kita akan berhati-hati…”
Si Bungsu lega, dia sudah memberi ingat. Mereka sampai di lobi. Bersamaan dengan mereka keluar lift, lift di sebelah kanan mereka juga berhenti dan dari dalamnya keluar empat orang, dua lelaki dan dua perempuan. Tongky menuju ke Front Office dan menyerahkan kunci, si Bungsu tegak disisinya.
“Apakah kami bisa memakai taksi?”tanya Tongky kepada gadis di front office.
“Tentu…”dan gadis itu memberi isyarat kepada seorang gadis lainya yang tegak dekat pintu masuk. Isyaratnya dengan membunyikan dua jari dengan menyentikkannya, gadis itu mendekat.
“Taksi…”ujar recepsionis.
“Mari, silahkan…”sahut gadis petugas hotel itu.
Kedua mereka mengikuti gadis yang pahanya tersimbah-simbah itu. Dekat pintu dia melambaikan tangannya ke deretan taksi di sayap kanan hotel. Dan sebuah taksi segera mendekat. Kaca taksi itu sesaat berkilat ketika memasuki tersa hotel, berkilat oleh terpaan sinar matahari yang langsung menerkam mata mereka yang tegak menantinya.
Si Bungsu memejamkan mata, demikian Tongky dan gadis hotel itu. Dan taksi itu sampai di dekat mereka. Tapi taksi itu tidak berhenti, hanya melambatkan jalannya. Dan..dhas..dhas..dhas…!! Tiga tembakan dengan pistol yang berperedam. Suara dhas hanya berupa suara yang agak lemah. Dan taksi itu tiba-tiba menekan gas kuat-kuat, seperti melejit terbang kejalan raya, meninggalkan suara ban berdenyit-denyit.
Saat itu tubuh Tongky tersentak-sentak. Si Bungsu terlompat memburu temannya itu, merangkul tubuhnya yang hampir terbanting ke lantai. Dan gadis petugas bertubuh montok dengan pakaian merangsang itu terpekik. Dan heboh pun terjadi! Darah membasahi dada dan kepala tongky. Tiga peluru bersarang di tempat yang Fatal! Si Bungsu seperti hilang semangatnya, Tongky terkulai. Menggelepar dan terdengar suaranya berbisik-bisik.
“Firasatmu benar kawan.Maaf…Saya…”Dan sepi! Sepi yang benar-benar sunyi!
Si Bungsu tertegun disana memeluk kepala dan tubuh kawannya itu. Orang berkerumun diam. Kemudian sebuah Ambulance yang datang entah dari mana, sampai didepan hotel dengan suara meraung-raung. Orang bersibak,empat petugas melompat turun. Dua orang membawa tandu dan dua lagi memeriksa.



@



Tikam Samurai - 429