“Bungsu-san…” balasnya. Dan mereka saling berlarian melintas padang rumput. Kemudian saling peluk.
“Bungsu-san, Bungsu-san saya telah temukan adik lelaki saya. Ini dia…” Kenji dengan terharu memperkenalkan kanak-kanak itu pada Bungsu. Kanak-kanak itu membungkuk memberi hormat padanya.
Si Bungsu jadi terharu.
“Syukurlah kalian telah berkumpul. Bagaimana dengan adikmu yang besar?”
Kenji menarik nafas berat. Wajahnya amat berduka.
“Saya tak tahu bagaimana nasibnya Bungsu-san. Barangkali dia telah jadi korban keganasan lelaki. Negeri ini telah berobah jadi neraka. Dahulu penduduk Jepang adalah orang-orang yang sopan santun. Tapi selama kita disini kau lihat sendiri, semua berobah jadi serigala… adik perempuanku itu…”
Suaranya terputus ketika dari belakang si Bungsu dia lihat seorang gadis tegak dari bangku yang tadi juga diduduki si Bungsu.
Gadis itu berjalan dengan terkejut ke arah mereka.
“Hanako….Hanako…” suara Kenji mengambang. Si Bungsu menoleh. Dan dia melihat Hannako yang dia tolong itu berjalan mendekati mereka.
“Ani…”(Abang…) himbau gadis itu.
“Imoto…” (abang….) himbau Kenji.
Dan tiba-tiba mereka saling peluk. Mereka berpelukan bertiga beradik. Saling peluk dalam tangis yang penuh haru.
Tanpa dapat ditahan, si Bungsu merasa matanya basah. Merasa pipinya basah. Merasa hatinya basa.
“Bungsu-san….inilah adik saya yang tua, Hanako…” Kenji berkata diantara air matanya yang mengalir turun.
“Bungsu-san…inilah abang saya, dan ini adik-adik yang saya ceritakan tadi….” Hannako juga berkata. Dan baik Kenji maupun Hannako saling heran. Kenji merasa heran, sebab kenapa adiknya ini bisa kenal dengan Bungsu. Sebaliknya Hannako juga heran, kenapa abangnya kenal pula dengan si Bungsu?
Si Bungsu benar-benar tak bisa bersuara. Dia seperti berkumpul lagi dengan kakak dan keluarganya. Dia dapat merasakan kebahagian Kenji dan Hannako.
Karenaya dia hanya mengangguk berkali-kali. Menghapus airmatanya yang mengalir dipipi.
“Aku telah mengenal abangmu, Hanako. Kami telah berkenalan sejak di kapal. Dan aku telah mengenal adikmu, Kenji. Kami berkenalan malam tadi. Di terowongan di daerah Yotsuya…”
Mereka lalu mencari tempat duduk ditaman itu. Dan Hannako lalu menceritakan pada Kenji bagaimana nasibnya di rumah Kawabata. Dan bagaimana dia dibela si Bungsu pagi tadi.
Kenji tiba-tiba berlutut didepan si Bungsu. Dia bersujud ditanah seperti halnya kaum Yudoka memberi hormat. Di antara air mata dan isaknya yang tertahan, terdengar suaranya bergetar mengucapkan terimakasih.
“Domo arigato gozaimu Bungsu-san. Domo arigato gozaimasu…”
Si Bungsu jadi kaget melihat sikap Kenji ini. Dia cepat-cepat memegang bahu Kenji. Kemudian membawanya berdiri.
“Saya gembira kalian berkumpul Kenji. Saya gembira. Bersyukurlah pada Tuhan…” dia berkata penuh haru.
-000-
Kenji adalah seorang pemuda Jepang di kapal Ichi Maru yang ditompangi si Bungsu dari Singapura ke Tokyo. Kapal itu adalah kapal Jepang. Tapi orang Jepang yang bekerja disana hanya empat orang.
Tiga orang terdiri dari Nahkoda, Mualim I, kepala Bahagian Mesin. Sedangkan Kenji adalah Stirman II dibawah Mualim II. Selain mereka berempat, awak kapal yang lain terdiri dari orang Inggris, Amerika dan cina.
Kapal Jepang itu dicarter oleh Perusahaan Inggris untuk mengangkut barang-barang dari Inggris ke Jepang melalui Singapura setelah berakhirnya perang Dunia II.
Di kapal itulah mereka berkenalan.
Kenji tahu bahwa tentara Jepang menjajah Indonesia.
“Tentara yang menjajah negerimu Bungsu-san. Bukan bangsa Jepang. Bangsa kami bukan bangsa Agresor. Saya berani bertaruh, semua penduduk Sipil Jepang tak setuju dengan ekspansi tentara Jepang ke negeri-negeri Asia. Tapi penduduk sipil tak punya daya apa-apa bila bedil dan mesiu telah berbunyi…”
Demikian Kenji pernah ngomong disuatu saat di kapal pada si Bungsu. dia termasuk pemuda-pemuda Jepang yang secara diam-diam menentang penjajahan yang dilakukan pihak militer.
Si Bungsu hanya menarik nafas panjang. Kenji adalah perwira muda di kapal itu yang usianya tak jauh beda dengan si Bungsu. Barangkali mereka sebaya.
@
Tikam Samurai - II