Tikam Samurai - 173

Perkenalan mereka bermula ketika si Bungsu mencari kamar di kapal itu. Karena kapal itu bukan kapal penumpang, melainkan kapal barang maka para penumpang biasanya menempati dek atau kalau akan menyewa kamar, mereka menyewa kamar para awak kapal.
Si Bungsu menempati sebuah kamar. Dan kamar itu adalah kamar Kenji.
Dia menyewa kamar tersebut pada Kenji. Sudah lazim bagi awak kapal menyewakan kamarnya kepada para penumpang untuk sekedar penambah uang rokok.
Persahabatan mereka terjalin secara perlahan tapi akrab. Dari si Bungsu Kenji banyak mengenal Indonesia. Selain cerita tentang Indonesia, dia juga belajar bahasa Indonesia dari si Bungsu.
“Kapal kami sudah dua kali berlabuh di Priok dan sekali di Surabaya. Saya sulit turun ke darat karena tak mengerti bahasa Indonesia” kata Kenji.
Dia giat belajar selama pelayaran. Dan sebagai “tukarannya” Kenji mengajarkan pula bahasa Jepang pada si Bungsu. Ternyata kedua mereka maju dengan pesat dalam pelajaran masing-masing.
“Untuk apa kau datang ke Jepang?” suatu saat ketika kapal mereka akan merapat di pelabuhan Tokyo, Kenji bertanya.
Si Bungsu menatap Kenji sesaat. Kemudian melemparkan pandangannya ke pulau Honshu yang kelihatan sayup-sayup dibalik kabut.
Pulau honshu adalah pulau terbesar diantara kepulauan di negara Jepang. Di pulau Honshu terletak kota-kota besar Jepang seperti Tokyo, Kyoto, Nagoya dan Osaka.
Pandangannya seperti menembus kabut. Wajahnya datar seperti danau tak beriak sedikitpun. Ada api yang marak di dadanya. Ada teluk dendam yang alangkah dalamnya dan alangkah berpiuhnya direlung hatinya. Namun semuanya tak berbekas keluar.
Dan Kenji seperti dapat merasakan semuanya. Seperti mengetahui ada sesuatu yang bergelora dan berbuih di hati sahabatnya ini. Dia merasakannya, meski tak tahu dengan pasti.
“Tak usah kau katakan Bungsu-san. Saya hanya mendoakan, agar apa yang kau cari, kau temui. Dan saya berdoa agar engkau bisa kembali ke negerimu dengan selamat dan dengan perasaan yang tenteram….” Kenji akhirnya berkata.
“Terimakasih. Kenji-san…” katanya perlahan. Dan apa maksud kedatangannya ke Jepang ini, semenjak pertanyaan pertama itu, tak lagi pernah diungkit oleh Kenji.
Namun kini, setelah dia bertemu dengan adiknya Hannako, setelah dia ketahui bahwa adiknya diselamatkan oleh si Bungsu dengan samurai, Kenji kembali ingin mengetahui apa maksud kedatangan anak muda ini.
Mereka kini tinggal serumah. Kenji dengan ketiga adiknya. Dan si Bungsu. Kenji mempunyai uang yang cukup banyak dari penghasilan menjadi Stirman di kapal Ichi Maru selama 5 tahun. Dengan uang itu, dia membeli sebuah rumah di jalan Uchibori. Rumah dengan taman dibelakangnya.
Rumah itu tak begitu besar. Namun untuk mereka rumah itu sudah lebih dari cukup. Di bahagian depan ada dua pohon Sakura yang kini tengah gundul. Dan untuk kamar si Bungsu, Hannako memilihkan kamar depan yang bagus.
Namun si Bungsu meminta kamar yang di belakang. Soal kamar ini sempat membuat Hannako jadi merajuk. Soalnya dia telah memilihkan dua kamar terbaik untuk kedua pemuda itu. Kamar pertama untuk abangnya Kenji. Berada di bahagian kanan jika mula masuk ke rumah tersebut.
Kamar kedua yang dia siapkan secara baik dan indah adalah kamar yang sebelah kiri. Berhadapan dengan kamar abangnya. Dan kamar itu dia atur khusus untuk si Bungsu.
Begitu si Bungsu menolak kamar itu dan justru meminta kamar yang di belakang, Hannako berlinang matanya. Si Bungsu jadi kaget. Kenji hanya bisa angkat bahu melihat perangai adiknya itu.
“Sumimasen Hanako-san, saya tak bermaksud melukai hatimu. Saya memilih kamar di belakang hanya karena ingin dekat dengan taman. Saya ingin keluar masuk ke taman tanpa mengganggu kalian”
Untunglah kejadian itu tak berlarut-larut. Hanako akhirnya memindahkan peralatan di kamar depan itu ke kamar yang diminta si Bungsu.
“Dozo okamainaku Hanako-san” (Jangan terlalu bersusah payah Hanako) katanya takkala melihat betapa Hanako sibuk menyiapkan kamarnya. Hannako hanya tersenyum. Dan si Bungsu harus mengakui bahwa Hannako adalah salah satu diantara gadis Jepang yang cantik. Dia teringat pada gadis Jepang sombong yang ditanyanya tak mau menjawab di daerah Ginza dahulu. Yang kemudian bertemu dengannya di penginapan Asakusa dibawa oleh tentara Amerika. Yang telah melibatkan dirinya dalam perkelahian dengan letnan tersebut.
Kemana gadis itu? Pikirnya. Apakah gadis itu selamat atau tidak? Dia memang tak mengetahui apa yang terjadi setelah itu.



@



Tikam Samurai - 173