Tikam Samurai - 328

”Kalau tuan bisa memperlihatkan tanda pengenal bahwa tuan memang seorang intelijen, dan kalau benar uang itu palsu, saya akan serahkan uang itu beberapa lembar lagi,….” ujar si Bungsu sam bil tegak beberapa depa dari lelaki yang mengaku intelijen itu.
”Saya akan memperlihatkan padamu tanda pengenal yang asli, buyung…”
Sehabis berkata, dia memberi isyarat pada kedua temannya. Kedua temannya yang masih memegang pisau segera mengepung si Bungsu. Lelaki tinggi besar itu sendiri mencabut pula pisau dari pinggangnya. Mereka mengepung makin ketat. Si Bungsu mundur. Sampai akhirnya punggungnya tersandar ke dinding Los Galuang itu.
”Nah, serahkan semua uangmu, buyung. Atau kau tak sempat lagi bernafas…” ujar lelaki besar itu mengancam, sambil memainkan pisaunya di hadapan hidung si Bungsu.
”Intelijen biasanya memakai pistol. Tak memakai pisau belati seperti tuan. Yang memakai belati hanya tukang bantai atau kaum penyamun…” ujar si Bungsu tenang.
Muka ketiga orang itu jadi merah padam kena sindir.
“Tak peduli apa pekerjaan kami.Yang jelas serahkan uangmu..!”
“Hm,akhirnya terbukti bahwa kalian hanya igin merampok,bukan?”
Lelaki besar itu jadi berang.Dia memberi isyarat dan kedua anak buahnya segera maju.Namun kaki si Bungsu bergerak cepat sekali.Lelaki didepannya menyangka bahwa si Bungsu akan menendang tangannya,maka dia menghadapkan mata pisaunya kebawah.Berharap kaki si Bungsu akan menendag ujung pisau yang runcing itu.
Namun dia salah kira,si Bungsu ternyata menendang tempurung lututnya.Demikian dan telaknya tendangan itu,kaki lelaki itu lemas dan tempurungnya bergeser!tegaknya jadi goyah.Tapi dia coba untuk melangkah,namun kakinya terlalu sakit.
Dia jatuh berlutut dengan mengeluh,jatuhnya kedepan.Hingga kepalanya sangat dekat dengan kaki si Bungsu.Kalau saja si Bungsu mau,dengan mudah dia bisa menendang pelipis lelaki itu.
Namun dia tak berniat menjatuhkan tangan jahat.Lelaki yang satu lagi,yang menyerang dia dari sebelah kanannya segera dinanti dengan sebuah tinju.Tinju itu mendarat di hidungnya,lelaki itu terdongak.Untuk sesaat seperti ada sejuta kunang-kunang dimatanya.Sebelum dia sadar sepenuhnya apa yang terjadi,sebuah tendangan mendarat diperutnya.Tubuhnya berlipat dan jatuh menerpa lelaki besar yang tadi memberikan komando!Dalam gebrakan yang pendek kedua lelaki itu dilumpuhkan.
“Oooo..pandeka waang rupanya,ya?Hmm..Boleh,boleh!Mari saya beri waang   pelajaran.Waang akan selalu ingat pelajaran dari Datuak Hitam….”
Tangan kirinya mencabut sebuah belati yang sebuah lagi.Kini tangan kiri dan kanan Datuk Hitam memegang belati berkilat.Lelaki tua peniup saluang dan suami pedendang itu jadi kaget mendengar lelaki besar itu menyebut namanya,Datuak Hitam!Siapa yang tak kenal dengan nama itu?seorang begal berhati kejam.Seorang kepala rampok dan kepala copet yang baru pulang dari Betawi.Kini di Minangkabau dia mengepalai puluhan pencopet dan perampok. Markasnya tak diketahui dengan pasti.Entah di Padang atau Bukititnggi,entah diPadang Panjang.Namun dalam aksi-aksi pencopetan.perampokan,baik ditoko atau rumah penduduk bahkan pembunuhan,selalu dikaitkan dengan namanya!
Dia memang terkenal amat Bagak,amat kejam dan amat pendekar.Kabarnya dia di Betawi membuka sasaran silat.Di Betawi sana dia juga mengepalai puluhan garong,Datuk Hitam siapa yang tak kenal namanya?Mendengar namanya saja sudah bisa membuat orang terkencing-kencing.
Kini,datuk yang terkenal itu berdiri dihadapan si Bungsu memegang dua bilah belati.Sebuah serangan dilakukannya dan si Bungsu menunduk,namaun Datu itu seperti bisa membaca gerakannya.Begitu menunduk sebuah tendangan menanti.Hampir saja dagu si Bungsu hancur kena tendangan kakinya yang besar.
Masih untung anak muda itu bisa mengelak cepat dengan menjatuhkan dirinya ke kanan.Dia berguling dilantai los galuang itu.Namun Datuk itu memburunya dengan injakan-injakan yang kuat,membuat si Bungsu menggelindingkan badannya jauh-jauh.
“Hm..Boleh juga…”ujar si datuk memuji.
Anak muda itu bergulingan dilantai dengan cepat.itu membuat nya kagum.Kini mereka telah regak berhadapan lagi.Si datuk menyerang dengan ayunan tangan kanan nya.Si Bungsu mundur,si datuk menyepak,si bungsu mundur lagi,dan akhirnya dia terpepet kedinding.
“Nah,bergerak kemana lagi kau buyung,serahkan saja uang mu.he..he…”ujar datuk itu.
Si Bungsu tersenyum melihat si datuk memainkan belatinya dengan bersilang di depannya.Bagaimana dia harus menghajar lelaki ini?Dia tak ingin membunuh.Bukankah dia telah kembali berada di Minangkabau.Kenapa dia harus membunuh orang kampungnya sendiri?Terasa tak sedap dihati,namun si datuk itu makin mendesaknya.
“Hmm, tak mau?Baiklah.Saya akan ambil uangmu setalah perutmu terbusai…”
Sehabis berkata begitu kedua pisaunya secapat kilat menghujam.Si Bungsu menjatuhkan dirinya selurus dinding.Begitu kakinya mencecah lantai,kaki kananya terangkat.Menghantam kerampang datuk itu dengan telak.Tubuh datuk itu terangkat dari lantai sejari.kemudian dengan mata mendelik jatuh terlutut kelantai.
“Onde,maaak.onde-onde den waang gili.eh waang sipak.Aduh maak...!”



@



Tikam Samurai - 328