Matanya menatap pada mayat yang tadi akan dia tolong, yang ditembak saat tangannya tengah menggapai. OPR yang tiga orang itu juga menatap pada mayat yang pecah kepalanya itu. Tiba-tiba mereka melihat sesuatu. Sesuatu yang memberikan alasan bagi lelaki asing itu untuk mengatakan bahwa yang baru mati itu bukan PRRI. Mayat itu ternyata buntung kaki kirinya.
Itu jelas terlihat dari kaki celananya yang diikat sampai di atas lutut! Lelaki itu cacat! Bagaimana mungkin seorang yang kakinya hanya sebalah bisa ikut menyerbu kota. Bisa melarikan diri dengan teman-temannya seperti yang dituduhkan OPR sebantar ini?
Ketika mereka menatap lelaki asing itu, jantung mereka merasa bergetar. Tatapan matanya yang tajam itu seperti akan menikam mereka. Namun ini adalah perang. Lelaki asing itu tak membawa bedil. Sementara mereka membawa bedil. Dan bedil membuat orang jadi berani. Bedil di tangan orang zalim pasti mendatangkan bencana. OPR yang tadi menembaki lelaki buntung itu mengokang bedilnya. Dialah yang tadi mengusulkan agar lelaki yang baru muncul itu ditembak saja. Kini dia berniat melaksanakan niatnya itu. Niat pertamanya menghantam kepala lelaki itu hingga berdarah sudah kesampaian. Kini niat berikutnya, menembaknya sampai mampus!
Dalam negara SOB begini, takkan ada yang bakal berani menuntut! Apalagi mereka OPR, sayap resmi tentara Pusat! Begitu bedil dia kokang, begitu loopnya dia arahkan ke dada lelaki itu. Namun entah setan darimana yang menyambar, sebelum pelatuk bedil panjang itu sempat dia tarik, OPR itu melihat tangan lelaki itu bergerak. Lalu pukulannya yang telak sekali menghajar wajahnya! Terdengar suara berderak. Gigi OPR itu rontok tiga buah! Dia tersurut. Teman-temannya yang lain ternganga kaget. Kejadian itu begitu cepatnya. Kembali lelaki asing itu bergerak. Kali ini kakinya. OPR yang menembak orang cacat itu merasa perutnya diseruduk kerbau. Tubuhnya terlipat dan tercampak sedepa ke belakang!
Kedua temannya masih menatap kaget. Belum pernah ada orang yang demikian berani mampus melawan OPR. Lelaki itu masih tegak. Kepalanya berlumur darah. Tangannya memegang tongkat. Matanya masih menatap tajam! Setelah hampir muntah, OPR yang tercampak kena tendang itu bangkit. Merasa malu dihajar di depan temannya, dia lalu kembali mengacungkan bedil. Saat itulah tongkat lelaki itu bergerak. Selarik sinar putih, yang alangkah cepatnya, kelihatan muncul membentuk setengah lingkaran. OPR itu tak sempat memekik. Dadanya belah dan dia rubuh dengan mata terheran-heran atas kejadian yang tak dia mengerti.
Darah menyembur-nyembur dari dadanya yang menganga. Teman-temannya yang tegak di dekatnya, tersembur oleh darah yang muncrat itu. OPR itu menggelepar seperti ayam disembelih.
Empat orang tentara yang tegak tak jauh dari sana menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh lelaki asing itu.Dengan bedil terkokang mereka mendekat.Tapi saat itu pula lelaki asing itu bertindak.Dia mencekal leher seorang OPR didekatnya.Kemudian menekankan tongkatnya yang telanjang.Yang tak lain dari samurai,yang dingin dan tajam itu keleher OPR itu.Ke tiga tentara yang sedang berlari itu tertegun.OPR yang tengah disendera itu pucat dan menggigil.
“Menyerahlah dengan baik-baik.Kalau tidak kami tembak..!”ujar seorang sersan sambil menodongkan pistolnya.Tapi lelaki bersamurai itu melindungkan diri dibalik badan OPR yang disanderanya.
“Saya tak percaya pada ucapanmu,sersan…!”ujarnya dingin.
“Kalian,para pemberontak.Takkan mungkin menang,sekarang menyerahlah..!”
“Saya bukan pemberontak,sersan.Tak ada urusan saya dengan PRRI.Seperti tak ada urusan saya juga dengan kalian.Saya sama dengan lelaki buntung itu.Bukan PRRI,saya hanya tak suka melihat OPR ini bertindak buas.Kalian boleh saling tembak sesama tentara.Tetapi jangan membunuh rakyat yang tak tahu apa-apa…”
Sersan itu seperti menelan sesuatu yang pahit mendengar ucapan lelaki yang sama sekali tak dikenal itu.Lelaki itu menyeret OPR yang sedang disandera dengan samurai itu mundur.
“Kalian tetaplah tegak disana.Kalau tidak leher orang ini akan saya potong…”ancam lelaki itu.
Sersan itu memang tak bisa berbuat apa-apa.Soalnya OPR yang disandera itu,bukan sembarang OPR.Dia sebenarnya,adalah mata-mata yang lihai.Dia lah yang dua hari lalu mencium ada serangan kekota.Kalau kini mereka bertindak gegabah,maka jelas OPR itu akan mati.Sementara dia berpikir begitu,orang yang menyeret mata-mata andalan itu telah jauh.Mereka hanya bisa menatap dengan diam,kalau saja OPR itu,hanya OPR biasa maka mereka akan menembak biar kedua-duanya mati!Tapi dalam kasus yang satu ini tidak mungkin.Kalau OPR itu mati,maka meereka akan kehilangan mata-mata alias tukang tunjuk yang lihai.Yang mampu menyamar dan menyusup kedesa-desa,untuk mencium gerak-gerik PRRI.
“Kita kejar..”ujar seorang kopral.
“Tidak..”bisik si sersan.
“Tapi, Nuad akan dibunuh…”
“Tidak, nampaknya orang itu tidak sembarangan membunuh…”
@
Tikam Samurai - IV