Tikam Samurai - 335

Esoknya setelah hari agak tinggi, dia berkeras juga untuk pergi dan dilepas dengan was-was. Akhirnya hanya sekitar setengah jam keluar dari rumah temannya di Tigobaleh, dia terjerat dalam peristiwa berdarah di Simpang Aurkuning itu.
Anggota OPR yang mencegatnya, demikian pula yang bernama Nuad, yaitu mata-mata lihai yang dia ancam dengan samurai itu, rata-rata merupakan orang baru di Bukittinggi. Baru sekitar sepuluh tahun. Makanya mereka tak penah mengenal bahwa dahulu di kota itu ada seorang anak muda yang kemahirannya bersamurai amat luar biasa.
Si Bungsu mengunyah beberapa macam dedaunan yang dia pungut dari belukar di Tambuo itu. Lalu menempelkannya ke luka di keningnya. Dalam waktu singkat, darah itu berhenti mengalir. Pening kepalanya lenyap.
Bagi anak muda ini,soal obat-obatan bukan hal yang aneh.Dia belajar meramu obat-obatan dari daun,getah,kulit kayu dan rumput saat mengasingkan diri di Gunung Sago dahulu.
Pasukan APRI yang memburunya sudah dari tadi lenyap.Beberapa saat dia masih duduk di belukar itu.baru kemudian bangkit perlahan.Meruni tebing yang air mengalir dibawah.Dia buka baju guntingcina nya yang berlumuran darah,begitu juga dengan celana pantolan hitamnya.Dia cuci di sungai yang dingin dan alangkah sejuknya itu.Kemudian dia jemur dibatu.Sinar matahari yang terik akan mengeringkannya.Hanya dengan menggunakan celana pendek dia membaringkan dirinya di rerimbunan hutan bambu.Kemudian menjelang sore,anak muda ini kembali kedalam kota,alangkah nekatnya!
Dalam situasi begitu orang lain pasti sudah menyingkir jauh-jauh.Tapi bagi si Bungsu tak ada alasan untuk menyingkir.Dia benar-benar buta politik.Menurut anggapanya,peristiwa di Tambuo itu bisa selesai dengan sendirinya.Tak diketahuinya,peristiwa tersebut menjalar dengan cepat ditubuh pasukan APRI yang berada di kota.Banyak mata OPR dan tentara yang menyaksikan betapa dia membantai OPR yang bernama Kudun itu dengan samurainya.
Cerita itu menjalar seperti api dalam sekam.Mata-mata pun disebar untuk mengetahui serta mencari dimana lelaki itu berada.Dalam saat yang demikianlah dia memasuki kota.Menjelang sore kota memang sudah agak ramai.Artinya meski dalam keadaan takut-takut,namun penduduk sudah berani keluar rumah.Ada yang belanja ke pasar.Toko dua tiga sudah ada yang buka sejak siang tadi.
APRI yang menjaga disetiap sudut kota mengawasi setiap orang yang lalu lalang dengan teliti.Namun tak ada tindaakan kekerasan yang dilakukan.Bagi penduduk kota sebenarnya kehadiran APRI membuat mereka merasa aman.Mereka bisa keluar rumah,kepasar,kanak-kanak sekolah atau melakukan kegiatan sehari-hari dengan tentram.Ketakutan justru muncul ketika terjadi pertempuran,sebagaimana yang baru saja terjadi tadi malam.Biasa nya dalam keadaan seperti itu kedua pihak,PRRI maupun APRI tidak akan pandang bulu.
Si BUngsu menuju Pasar Atas.Dekat pendakian Jam Gadang tiba-tiba dia dicegat tentara berpakaian loreng,si Bungsu tertegun,namun dia berusaha untuk kelihatan tenang,tentara itu berpangkat Sersan Mayor.
“Maaf, ada korek api, pak?”tanya tentara itu setelah dekat.
Si Bungsu menarik nafas,dimerogoh kantong,namun segera sadar bahwa dia tak pernah membawanya karena dia tak merokok.
“Ah, maaf. Saya tak membawanya…”ujarnya.
“Bapak akan kepasar?”tanya tentara itu dengan ramah.
“Ya…”
“Ada membawa kartu penduduk?”
“Ada..”si Bungu merogoh kantongnya berniat mengambil KTP yang memang telah dia siapkan, tapi sersan itu menggoyangkan tangannya.
“Tidak. tak perlu bapak lihatkan. Yang penting bapak hati-hati saja.Kalau ada tanda bahaya cepat sembunyi cari perlindungan…”
“Akan ada serangan lagi?”
“Saya rasa tidak.Tapi siapa tahu bukan ?rasanya gegabah kalau PRRI masih akan menyerang kota lagi.Peperangan seharusnya tak dilakukan dikota.Karena yang paling kena getahnya adalah penduduk.Bapak lihat banyak yang mati tadi?”
“Tak semua.Apakah semua yang mati adalah penduduk?”
“Tidak.Banyak anggota PRRI.Tapi,saya rasa peluru tak bisa membedakan mana yang penduduk atau bukan.Malam tadi PRRI menyerang secara besar-besaran. Kabarnya penyerangan itu dipimpin langsung oleh Kolonel Dahlan Djambek..”
Pembicaraan mereka terputus ada suara peluit panjang.Tentara itu tak sempat pamitan,dia berlari kearah suara peluit itu. Si Bungsu meneruskan langkahnya, tapi firasatnya mengatakan akan ada terjadi sesuatu pada dirinya.Cara sersan tadi memandangnya agak ganjil.Memang tak begitu mencurigakan.Tapi ada dua kali dia mencuri pandang melihat luka dikepalanya.Apakah cerita tentang dirinya di Simpang Aurkuning pagi tadi sudah disebarluaskan? cepat-cepat dia menyelinap ke dalam pasar.
Benar saja, dalam waktu singkat tiba-tiba pasar segera digeledah.Sersan tadi memang memperhatikan luka dikeningnya.Tapi tak ada membawa tongkat.sersan tadi memang pura-pura menayakan korek api.Padahal dia ingin memastikan apakah orang ini yang sedang dicari,yang telah membunuh seorang OPR tadi pagi.



@



Tikam Samurai - 335